> bond trader menulis:
> Pak Yanuar Rizky yang terhormat.
> Saya sering membaca tulisan-tulisan bapak di Gatra, Trust, Kompas maupun
> media lain.

Mas Bond Trader yang juga saya hormati,

Terima Kasih sudah mau membaca tulisan saya ...

> Secara saya awam dengan pasar modal dan BEJ, dan mungkin juga lemah otak, 
> ada beberapa hal penjelasan yang mungkin bisa bapak berikan terkait dengan
> email ini dan (terutama) pada tulisan2 bapak di media. Saya banyak
> bingungnya... 
> Mohon kesediaan bapak yang pernah jadi analis BEJ dan sekarang analis
> independen untuk bersedia memberikan sedikit pencerahan.
>
> 1. ...pasar modalnya tumbuh... tapi giliran ditanya soal perannya ke
> sektor riil semua elitnya langsung roaming :). 
> Mungkin bapak bisa menjelaskan kenapa pasar modal harus terkait dengan
> sektor riil? Dan seharusnya pasar modal atau bursa efek itu memberikan
> peran ke sektor riil dalam bentuk apa.

Dari namanya saja Pasar Modal.. jadi yang diperdagangkan adalah Modal...
Modal kembali ke tata bahasa adalah sesuatu yang digunakan untuk berusaha..
Nah, berusaha itu kan di sektor riil..

Cara mendapatkan modal adalah Setoran Modal (equity) dan berhutang... Lalu,
sebagaimana halnya pasar, maka harus ada wujud fisik yang
diperjual-belikan.. dikenalah Sekuritisasi..

Sekuritisasi adalah menjadikan komponen Modal dan Hutang menjadi selembar
surat berharga yang sah sebagai bukti kepemilikan (saham) hak tagih (surat
utang) dan bagi hasil / hutang-piutang di sisi aset atau proyek neraca
korporasi (EBA: Efek Beragun Aset .. ABS: Aset Backed Securities)..

Kembali ke sejarah lahirnya Bursa (pasar sekunder) adalah buttonwood
agreement, yaitu hotel buttonwood tempat para saudagar tembakau
kongkow-kongkow di New York..

Saat itu, salah seorang bandar tembakau membutuhkan dana cepat, aset yang
dia punya hanya perusahaan.. maka dia menawarkan ke saudagar lain untuk
membeli perusahaannya, tapi ada kemungkinan dia bisa membeli kembali...
Akhirnya, itulah sejarah sekuritisasi, lalu munculah bursa (pasar sekunder)
yang khusus memperdagangkan surat berharganya..

Singkat kata, pasar modal akan memiliki dua pasar, yaitu pasar perdana dan
pasar sekunder (bursa)... dana beralih dari pemilik modal ke sektor riil
hanya terjadi di pasar perdana (itu pun kalau penerbitan saham baru), kalau
sifatnya menjual pemegang saham lama, maka sifatnya sama saja peralihan dana
antar investor..

Kenapa pasar modal harus ada kaitan dengan sektor riil saya rasa jelas,
karena tak akan pernah ada bursa kalau tak ada sektor riil yang
disekuritisasi.. 

Kalau kita bicara perekonomian, maka kita akan bicara Pertumbuhan Ekonomi
(GDP) berkeadilan serta kesempatan ekonomi yang setara (bekerja penuh, angka
pengangguran kecil).. kalau dihitung kapitilaisasi transaksi bursa dengan
GDP di Indonesia angkanya sekitar 39,7% dari total GDP... kalau dilihat dari
sisi pasar perdana HANYA 0,49% dari GDP.. 

Jadi, ini kan timpang.. belum lagi data klaim investor lokal di BEJ hanya
150 ribu orang (0,001% total populasi).. jadi terjadi ketimpangan ekonomi..
belum lagi terjadinya PHK dan ankatan kerja tak terserap dan terus lemahnya
daya beli (akarnya lemahnya daya kerja) ...Nah, kalau mau bicara peran ke
perekonomian kan Pasar Modal harus menjawab itu.. 

Karena, kalau dari bursa angka 39,7% dari GDP itu hanya masuk ke penerimaan
pajak APBN sebesar 10% x Nilai Transaksi BEJ setahun (2006 39,7% GDP) + 10%
x fee transaksi jual di broker... kalau dihitung perannya ke tax ratio
sangat kecil... bandingkan jika pasar meningkatkan peran di pasar perdana,
maka akan terserap x Orang pekerja .. dari x Orang itu akan ada tambahan
Pajak Penghasilan dan PPn dari belanja barang dan jasa mereka (karena punya
daya beli).. 

Itulah kenapa, biaya moneter dari anggaran negara untuk stabilitas makro di
BI kan harus ada kaitannya dengan outputnya bagi ketahanan perekonomian
negara.. ketahanan itu kan hanya kalau daya kerja naik.. ukuran daya kerja
naik secara merata kan tax ratio mampu ditingkatkan dengan basis wajib pajak
yang bertambah pula..

Kenapa saya katakan roaming.. karena klaim elit pasar modal sendiri bahwa
mereka adalah "pejuang" roda perekonomian.. Jadi kan harus jadi solusi
"chicken and egg"... Silahkan buka file kliping media tahun 2003-2004 waktu
itu alasannya bursa harus didorong likuid dulu (egg) agar bisa jualan ke
investor riil mau masuk ke Indonesia (chicken)..

Nah, sekarang kan egg sudah ada, lalu chicken-nya mana? Peradaban pasar
modal terbuka memang menuntut exit bariers berupa likuiditas bursa..
harusnya dengan bursa yang likuid, kita sudah mampu berkata "yakinlah,
kalaupun mau keluar bursa kami sudah memiliki likuiditas yang tinggi"..

Tapi, disitulah artificial growth bursa kita.. Mari kita hitung kombinasi
jual-beli saham di BJ antara lokal-asing.. maka kombinasi permutasi
lokal-lokal terbesar.. artinya energi ada di lokal, maka asing juga akan
lihat bahwa bursa yang dimiliki pun likuiditasnya bermain dengan dana lokal
dengan angka investor lokal yang minim, berarti kan spekulatif... Jadi,
untuk pasar perdana memang harus deal dengan dana lokal dulu.. 

Nah, harusnya kan sudah ada produk sekuritisasi yang melakukan komunikasi
win-win dengan pengelola dana domestik tersebut... Itu Mas Bond Trader yang
saya lihat jalan di tempat dan habis oleh ceramah pasar modal adalah poros
perekonomian tanpa langkah konkrit untuk menjaga integritas makna kata
"modal" itu sendiri..  
 
>> 2....itu kan kenapa Bank juga naik terus labanya, meski LDR turun dan
>> treasury yang boleh dari sisi Peraturan (SBI dan SUN) turun bunganya...
>> dan kenapa sejak rebound saham tahun 2002 sampai hari ini geliatnya 
>> antara
>> trio macan (Kurs - BI rate - IHSG).. itu juga kenapa arbitrase kurs -
>> saham, radarnya ada di saham Perbankan.. itu juga kenapa, normalisasi
>> intermediasi keuangan ke sektor riil tambah susah.. 
>
> Boleh bapak jelaskan hubungan antara LDR-treasury dan turunnya harga SBI 
> dan SUN? Trus mengenai trio macan , kurs-BI rate-IHSG, apa keterkaitan
> mereka bertiga itu pak? Kemudian arbitrase kurs-saham, apanya yang
> diarbitrase dan bagaimana mekanismenya, serta kenapa radarnya ada di saham
> perbankan?

Mekanisme pengaturan dana Perbankan jelas ikut aturan Bank Sentral. Inti
utama sektor keuangan adalah mengalirkan pihak yang memiliki dana ke pihak
yang membutuhkan dana (intermediasi), di pasar modal tadi di atas saya sudah
uraikan itu di pasar perdana bukan di sekunder..

Nah, Bank adalah tempat orang menyimpan uangnya (menabung). Sehingga, bahan
baku produksi di Bank ya biaya membayar dana tersimpan tersebut... Itulah
bunga deposito... darimana bayarnya, ya dari memproduktifkan dana tersebut,
caranya (1) Memberi kredit, dengan bunga kredit di atas deposito... best
practice selisih bunga kredit atas deposito di dunia 3-4%.. dimana 1%nya
adalah Marjin usaha... di kita tak pernah kurang dari 8% (2) Treasury, yaitu
menempatkan dana untuk mendapatkan capital gain dari perdagangan surat
berharga dan (3) Fee Based Income..

Agar fungsi intermediasi tetap berjalan, sistem perbankan mengatur ketat
treasury hanya terkait instrumen moneter dan surat utang negara .. di luar
itu tidak bisa... Kalau mau ke surat berharga di luar moneter haruslah yang
ada kaitannya dengan kredit...Contohnya di Amerika yang sekarang lagi rame
(subprime mortage) adalah ABS-nisasi kredit properti, sehingga
underlying-nya tetap pemberian kredit..

Logikanya, kalau instrumen moneter dari BI rate turun, maka deposit rate
turun.. dan untuk dapat marjin tidak bisa lagi dari treasury yang legal,
karena surat utang negara juga akan turun bunganya.. maka, untuk tetap dapat
marjin harus dipilih kredit dengan bunga yang sudah turun juga... Nah, itu
yang aneh bisa laba naik, treasury resmi turun ..kalau fee based memang naik
TAPI apakah signifikan..

Nah, dari situ keliatan kan yang dimainkan di BEJ paska turunnya BI rate
(2002-2007) adalah saham perbankan... kan dari diskusi saya dan Bang Poltak
terlihat bahwa bandar selalu mau main di saham yang jadi "colateral" dibawah
kekuasaan mereka... Jadi, indikatornya kan terlihat dana masuk ke saham
meski TIDAK BOLEH.. ini kan yang buat saham naik, dan upaya genjot kredit
jadi semakin jauh...

Terus, kenapa kurs... karena satu-satunya treasury yang bisa masuk "real
time" kan pasar kurs... Tapi, ini kan pasar yang naik - turunnya sangat
tergantung dengan persepsi makro... Sehingga, karena kurs akan dijaga
kebijakan moneter terkait inflasi... maka, liat aja jika ada persepsi kurs
akan naik..maka kurs di real time akan didorong untuk pancing intervensi BI
masuk... sebelum itu terjadi kan saham perbankan di BEJ dilepas (yang juga
dorong indeks turun) .. modal capital gain saham perbankan angkat kurs, BI
masuk akan hasilkan capital gain di kurs ... lalu dibawa lagi beli saham
bank dan angkat indeks... Jadi, susu-nya ada di pasar lain, sehinggga
capital gain dengan pemain terbatas (4L: Lu Lagi Lu Lagi) akan tercapai,
karena ada spesialis intervensi di kurs...Itulah arbitrase (cross selling
dua instrumen atau lebih di pasar berbeda)

>> 3... Tergantung Bos, kalau bagian dari konspirasi ya Uuuuntung banget... 
>> kalau
>> bagian dari follower yang jago baca arah bandar, ya untung juga... yang 
>> tak
>> dapat nilai tambah sama sekali adalah perekonomian, karena intermediasi 
>> ke
>> sektor riil dibiarkan RUSAK... yang paling apes, ya rakyat di luar 
>> stadion
>> "boro-boro beli saham, buat konsumsi aja nombok"...
>
> Satu lagi pak, kenapa transaksi di bursa harus memberikan nilai tambah 
> kepada perekonomian? Kemudian, apakah semua orang harus beli saham pak 
> dibandingkan konsumsi?

Kalau soal ke perekonomian saya sudah jawab di atas.. Soal prioritas beli
saham ada yang disebut literasi finansial masyarakat (financial literate),
pembentuknya adalah dimilikinya pengetahuan tentang pasar keuangan dan uang
untuk berpartisipasi di pasar keuangan itu sendiri...

Fungsi pendapatan, yang pertama jelas konsumsi dasar.. kalau itu terpenuhi
akan naik ke konsumsi lanjutan atau menabung.. Kalau Orang yang sudah sampai
tahap itu, dan punya pengetahuan investasi, maka dia akan menjadi mahluk
investasi (baik itu selih pendapatan tersisa paska menabung, atau investasi
adalah menabung)... 

Sekarang kita bicara data, seluruh UMR yang berlaku di Indonesia tidak ada
yang mencapai indeks KHL (Kondisi Hidup Layak).. komponennya makan "ikan
asin".. belum lagi banyak yang tak kerja, banyak PHK dan banyak tak dibayar
upahnya... jadi di rakyat banyak, basic dari Financial Literate tak
terpenuhi... Itu kenapa, dalam setiap tulisan saya mengajak bagian kecil
rakyat (0,001%) yang dapat untung dari Bursa yang racing untuk belanja di
pasar riil Indonesia agar setidaknya ekonomi bisa ditopang dari fungsi
konsumsi kelompok masyarakat berlebih... karena, konon dari angka 0,001% itu
sebagian besar tinggal di Singapura (jadi beli baksonya di Singapur)

Sekali lagi Mas Bond Trader, dalam perspektif saya... Peran intermediasi
menjadi penting, agar semakin banyak rakyat yang mampu masuk pasar
keuangan.. sehingga pasar itu sendiri tumbuh secara sehat dan riil... 

Di sisi lain, memang benar ada yang tidak kerja, punya modal sedikit (dari
pesangon PHK atau pinjam) dan punya pengetahuan tentang pasar finansial,
menjadi cari duitnya dari main saham.. Tapi, sekali lagi ada modal dasar dan
keberanian rasional (pengetahuan)... nah, pengetahuan inilah peran lembaga
negara untuk menciptakan sistem pencegahan berbasis pengetahuan.. kalau
dilihat kan kecil sekali, terlebih perlindungan kalau "dikerjain" juga
lemah..

> Maaf atas pertanyaan saya yang banyak dan awam ini, supaya lain kali saya
> bisa mencerna tulisan-tulisan bapak di media, dan untung2 bisa main di
> bursa juga... he..
> Terima kasih.

Kembali kasih... rasanya anda ini main saham juga... nick name nya saja Bond
Trader :) tapi itulah indahnya internet, kita bisa berekspresi dengan nick
name.. sama dengan saham bisa ngumpet dengan nominee account :)

Salam,
Yanuar Rizky
mail to: [EMAIL PROTECTED]
on-the-net: http://www.elrizky.net
elrizkyNet>"Dari RT-RW Ke Internet Menuju Pasar Modal"



Kirim email ke