> Wawan Taufiq Nasich menulis: >> posting Yanuar Rizky sebelumnya: >> Ok, yang paling besar kan Jamsostek, mengelola dana >> 7,3 juta orang buruh.. >> Hasilnya hanya return JHT 8%.. hasil investigasi, >> spreading performance-nya >> dibawah rata-rata reksadana campuran (17%)... fee >> broker aja bayar mahal.. >> Asumsi Mas Wawan, ketika terjadi kemeriahan pasar, >> jutaan orang >> terselamatkan tidak juga.. penyakitnya kan Korupsi.. >> Itu kan peran negara, >> menjaga integritas pasar.. belum lagi masalah >> divestasi saham BUMN yang tak >> pernah mencapai target APBN dan konsisten berpola >> digoreng turun :( > > > Itu Jamsostek-nya yang ngga bener, dan lagi2 karena > birokrasi dan monopoli.
Sepakat.. ayo dong dilawan sama-sama.. perubahan kan harus digerakkan.. > Mungkin sebaiknya Jamsostek juga di liberalisasi, biar > perusahaan2/individu bebas memakai jasa Fund manajer > yang andal dan punya integritas untuk mengelola dana > kesejahtraan para buruh sesuai profil resiko masing2. Liberalisasi haruslah dengan arah yang benar.. kalau kita menganggap liberalisasi adalah langkah perubahan.. kata bung Hatta soal perubahan "Satu-satunya syarat berhasilnya sebuah revolusi adalah pemimpinnya tahu kemana revolusi akan dibawa dan bertanggungjawab dalam pelaksanaannya" Kita sering melihat liberalisasi "text book", tapi kita tak pernah menyentuh asumsi pembentuknya sehingga liberalisasi itu menjadi relevan untuk orang banyak di dunia nyata... > Kalau saya, hanya setuju peran negara di penegakan > hukum ... titik. > Dan itu terutama pemberantasan korupsi. Betul, sehingga harus didorong kan... > Jamsostek itu salah satu contoh buruk dari sekian > buaaaaanyak contoh buruk peran agen goverment dalam > ekonomi. Apa itu negara? Kalau kita melihat negara, maka ada tiga pihak (1) pemerintah; (2) Dunia Usaha dan (3) Masyarakat .. Terkait sistem jaminan sosial, boleh dilihat di banyak negara .. semuanya menjadi rezim negara.. Amerika mengaturnya 100% di bujet pemerintah, sekarang Bush mau ikut Eropa dengan "meliberalisasi" Jamsos.. dia ditentang dan dicerca, bahkan kandidat calon presiden dari partai republik merasa rencana bush menghalangi popularitas mereka.. Model eropa, sistem jaminan sosial adalah bisnis model asuransi, tapi objektifnya adalah jaring pengaman sosial. Sehingga, ada premi pengusaha (JHT, dana pemsiun, Pesangon, Kesehatan, Kematian) + premi buruh (JHT, dana pensiun) + re-distribusi fiskal dari bujet pemerintah (penguat dana cadangan jaminan sosial).. Itulah yang disebut wali amanah, karena semua bayar premi.. di kita modal disetor pemerintah di Jamsostek 50miliar TAPI tarik deviden di atas 40% tiap tahun... padahal berputar dari hutang premi 39T.. Korupsi dan perampokannya dimana-mana kan? Tapi, kenapa teman-teman di bursa diam saja? Apakah karena senang dapat order Jamsostek? Ini masalah kita semua, revitalisasi bukan hanya soal rebutan order dan kursi jabatan.. Coba liat kasus-kasus Divestasi BUMN, minta Bapepam-LK gelar perkara, pake duit siapa itu goreng turunin harga patokan divestasi? Terus kenapa sih Jamsostek performace placement order-nya di market, berpola bid di harga cenderung mahal dan ask di harga cenderung murah (liat rilis yang saya attach sebelumnya, bahkan di saham blue chip BUMN posisinya negative spread).. Ini kan, indikator analisa bahwa untuk dapat untung di pasar yang tak efisien, perlu dana "dongkrak"... itu ada petunjuk indikasi di placement Jamsostek kan? Sudah bukan rahasia lah kawan-kawan di sekuritas merasa ada yang "lucu" disana, lalu apakah akan terus kita biarkan? >> OK, kita selalu salahkan UU Tenaga Kerja... Memang >> UU itu bermasalah, tapi >> liat survey WEF (World Economic Forum) ketika tahun >> 2005 daya saing melorot, >> semua bilang perburuhan... TAPI, adalah fakta juga >> hasil survey yang sama >> (2006) yang jelas tanpa adanya perubahan UU Naker, >> daya saing kita Naik >> tajam.. ternyata kalau dilihat, yang naik negara >> yang indeks sahamnya naik.. >> jadi kan yang penting capital gain :) > > Ya, saya pikir Perburuhan itu salah satu faktor utama; > Survey WEF itu kan banyak faktor nya mulai dari : > Fiscal policy,Institutional framework, Societal > framework, Labor market, infrastructure .. etc > Dari 2005 ke 2006 saya pikir Fiscal policy kita lebih > bagus dengan pengurangan subsidi BBM; > Institutional framework kita juga mulai terbentuk > dengan terbentuknya komisi2 independen macam KPK dll, > yang merupakan ciri negara modern. (Sayang KY sudah > kecolongan ...:) Liat di data yang saya attach link-nya di posting sebelumnya, ekspor naik hanya karena harga komoditas primer naik (bukan volume), impor turun hanya karena harga minyak turun.. Lalu, liat juga kenaikan BBM berkorelasi dengan PHK serta dampaknya ke penurunan daya beli dari korelasi impor, ekspor di neraca perdagangan serta cadangan devisa.. terlihat daya beli jatuh.. subsidi itu, seperti diakui Menko Perekonomian berdampak panjang ke konsolidasi daya beli... Kenapa makro stabil, karena ada biaya moneter dari BI yang keluar kan? Lalu ini kan yang jadi "susu" bagi permainan capital gain di financial market.. coba lihat "intervensi" yang menaik dan subsidi yang menurun dari "framework Pasar" yang anti subsidi apakah benar kebijakan ekonomi kita konsisten? > Tapi, kalau debat kusir tanpa data kurang sip > kayaknya, dari sisi saya bahwa > memang sisi pandang seseorang akan ditentukan > objektifnya dan juga > subjektifitas latar belakang-nya.. Tapi, basisnya > kan data.. Sepakat. > --dihapus--- > Dan jangan lupa biasanya market melihat lebih ke > depan, riil menyusul ... Di posting sebelumnya kan sudah saya ajak buka kliping opini di media di tahun 2003-2004, apa yang disebut itu mengemuka saat itu... Terus kapan nyusulnya, kalau dari analisa data yang saya riset dari perspektif saya belum ada arahnya.. karena tidak ada terobosan risk dengan sekuritisasi itu sendiri... >> Setuju, tapi kan sekarang faktanya IPO hanya 0,49% >> dari GDP.. kalau dari >> sisi teoritis saya setuju, yang saya kritik kondisi >> saat ini.. yang ingin >> didorong "concerned citizens think out of the box" >> (New Deal, Franklin D. >> Roselvelt), yaitu bagaimana kaum cerdik cendikia di >> pasar modal mampu >> melakukan terobosan perannya untuk sekuritisasi ke >> sektor riil bukan LARUT >> di pesta capital gain semata.. > > Ah Tapi total dana terhimpun (IPO + Right Issue + > Obligasi) rasanya tidak cuman 0.49% lah. > kalo gak salah sudah 37% dari investasi ??? Ada yang > bisa kasih update ?? (please correct this info) Angka 0,49% bukan hanya saya yang menghitung.. Tapi, juga Economist Intellegence Unit (EIU) yang bermarkas di new york dalam laporannnya soal Indonesia Financial Market review 2006.. Biar fair kasih dong data anda.. serta bagaimana IPO itu berperan ke penyerapan lapangan kerja dan ekspansi.. faktanya target tax ratio tahun 2006 yang sudah kecil realisasasinya pun di bawah target (96%).. > Dan pembandingnya jangan GDP dong, Investment-nya saja > lah .. rumusnya kan : > GDP = consumption + investment + (government spending) > + (exports − imports); > kalo IPO to GDP itu namanya "apple to rambutan" > comparison; Kenapa "apple to rambutan"? Kan ada prosentase GDP dari konsumsi, investasi, goverment spendeing, ekspor-impor.. di data yang sudah saya attach kan jelas dari konsumsi... katanya kita mau dorong masyarakat berbudaya investasi, ya kita itung dong peran investasi itu terhadapa GDP.. Di file riset data outlook saya kan ditampilkan PMTB (pembentukan modal tetap bersih) negatif di saat pertumbuhan investasi portopolio... itu kan berarti crowding out perekonomian.. Sekarang kalau tidak ke GDP, kemana? Keluarin dong datanya... > --dihapus-- >> Sip, lalu kenapa tidak ada terobosan Produk >> sekuritisasi yang Bankable juga >> kan? Daripada energi habis untuk "back door RePo" >> untuk pembiayaan mengoreng >> saham, kan mendingan yang kayak gini spirit saya >> seperti pernah saya tulis >> di analisis ekonomi kompas "bahasa finansial >> memerlukan kata riil" >> (http://www.elrizky.net/artikel.php?opt=1&id=176) > > Ya saya sepakat, > Tapi tentang penggorengan saham, meskipun fenomena tsb > ada, itu suka di besar-besar kan. > karena mungkin menarik bagi pembaca kontan dan bisnis > indonesia he2 ... > Masyarakat kita itu "penggosip" kronis, suka kasak > kusuk hal2 yg gak jelas ... > sering gak bisa mbedain antara FAKTA & FIKSI ... Kita sudah sepakat, jika tulisan (dan bahkan saya sudah attach data dan riset saya) berdasarkan fakta dan fiksi.. tolong buktikan dengan data juga, agar tidak debat kusir antara fakta atau fiksi... > Mungkin yang sedang ambil Master atau PHD in financial > economics bisa menjadikan ini sebagai riset ?? > mungkin judulnya "THE FACT & MYTH of BANDAR in JSX" > he2 ... Saya memang bukan PHD... So, semoga pancingan ini akan membuat PHD yang "dianggap lebih legitimate" di riset untuk mes-share risetnya.. Ada satu hal yang mengelitik saya, yakni peran sebagai penulis.. saya tangkap kesan tulisan di media adalah FIKSI (sementara saya juga nulis di media).. meski bukan PHD, sebagian besar hidup saya dihabiskan di monitoring dan investigasi transaksi manipulasi pasar dan insider trading .. saya tidak bermain di fiksi, jalan hidup pekerjaan telah mengantarkan saya ke kawah candra dimuka ilmu dan kesempatan research di dunia nyata.. Kalau ternyata ada yang anggap fiksi juga tak apalah :) yang penting saya tahu dasar dari yang saya katakan (tulis), karena saya berbicara berdasarkan data dan pengalaman hidup bukan HALUSINASI.. sharing untuk berupaya mendorong perubahan melalui tulisan adalah sesuatu yang paling mungkin bagi saya dengan kapasitas anak bangsa biasa saja (just my 2 sen for my beloved country) Salam, Yanuar Rizky mail to: [EMAIL PROTECTED] on-the-net: http://www.elrizky.net elrizkyNet>"Dari RT-RW Ke Internet Menuju Pasar Modal"