Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi dan politik 
itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik kacau bagai mana 
ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. Politik dan ekonomi berjalan 
searah.


Nazar
on:tebo


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero <hotrad...@...> 
wrote:
>
> At 05:05 PM 3/18/2009, you wrote:
> 
> 
> Ini masalah serius di Indonesia.
> 
> "Ekonom" nya demen ngomong politik
> Sementara Politikusnya demen ngomong "Ekonomi"
> 
> Dan dua-duanya demen ngibul...
> 
> 
> 
> 
> >Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
> >Angga Aliya ZRF - detikFinance
> >
> >Foto: Wahyu Daniel/detikFinance
> >Jakarta - Tim Ekonomi pemerintah dijuluki 'Teh Botol'. Julukan itu 
> >diberikan karena tim ekonomi sekarang dinilai tidak bisa membaca 
> >situasi krisis ekonomi yang sedang melanda saat ini.
> >
> >Julukan 'Teh Botol' diberikan oleh pengamat ekonomi Indef Iman 
> >Sugema. 'Teh Botol' yang dimaksud bukan merek minuman ringan yang 
> >ngetop itu, namun 'Teh botol' yang dimaksud adalah singkatan dan 
> >teknokrat bodoh dan tolol.
> >
> >"Siapapun presidennya, sekarang atau nanti, tim ekonomi Indonesia 
> >itu teh botol," ujar Iman di sela-sela peluncuran buku Ekonomi 
> >Konstitusi, di Hotel Four Season Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3).
> >
> >Ia mengatakan, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah membuat 
> >Indonesia ketergantungan terhadap utang luar negeri. Menurutnya, 
> >ketergantungannya saat ini sangat tinggi sehingga negara kita 
> >menjadi adiktif pada utang.
> 
> 
> Saya heran, Imam Sugema ini sedang ngomong tentang ekonomi atau 
> sedang kentut?  Kok nggak ada bedanya.
> 
> Apa iya gitu Indonesia punya ketergantungan utang luar negeri yang 
> besar?  Posisi utang luar negeri Indonesia saat ini USD 147 Milyar di 
> mana posisi utang pemerintah sendiri USD 86 Milyar - sisanya utang 
> swasta.  Dari utang sebesar itu, utang jatuh tempo dan besar bunga 
> tahun 2009 adalah USD 6,6 Milyar (utang pemerintah) dan USD 8,8 
> Milyar (utang swasta).
> 
> Bandingkan angka-angka tadi dengan cadangan devisa BI (USD 53 Milyar) 
> atau dengan proyeksi GDP Indonesia 2009 yang setara USD 475 Milyar 
> (berdasarkan nilai pasar) ataupun USD 923 Milyar (berdasarkan PPP).
> 
> Dan sebagian besar dari utang swasta ini adalah utang dari perusahaan 
> asing yang beroperasi di Indonesia - di mana utang tersebut dijamin 
> oleh induk perusahaan di negara asal.  Dan kalaupun ada utang luar 
> negeri pihak swasta nasional - itu pun biasanya dari perusahaan 
> dengan sumber pendapatan dalam mata uang asing (biasanya USD) semisal 
> perusahaan pertambangan ataupun perusahaan lain berbasis pasar ekspor.
> 
> Dengan posisi utang luar negeri USD 147 Milyar berarti Foreign Debt 
> to GDP Indonesia 34%, masih cukup bagus bila dibandingkan dengan 
> negara seperti Jerman atau Inggris misalnya yang mencapai sekitar 
> 60%.  Itukah yang disebut "ketergantungan yang tinggi terhadap utang 
> luar negeri?"
> 
> Apa bisa utang luar negeri Indonesia dibuat menjadi utang dalam 
> negeri 100%...?  Bisa saja.  Tapi konsekuensinya adalah tingkat bunga 
> yang akan meroket.  Jauh lebih tinggi daripada tingkat bunga 
> sekarang.  Ongkos ekonomi akan menjadi jauh lebih tinggi.   Dan 
> sebagai konsekuensinya, maka pemerintah harus menaikkan pajak menjadi 
> jauh lebih tinggi daripada saat ini. Apa yang begitu yang diinginkan 
> Imam Sugema?
> 
> Dan melihat bahwa utang luar negeri Indonesia bagian terbesarnya 
> masih bersifat G-to-G terutama dengan pemerintah Jepang - yang 
> bunganya sangat-sangat-sangat rendah.  Maka jelas utang demikian 
> (dari sisi bunga) sangat menguntungkan Indonesia.  Bodoh sekali 
> Indonesia kalau melepas utang demikian dan menggantinya dengan utang 
> dalam negeri yang besar bunganya berkali-kali lipat.  Kecuali kalau 
> Imam Sugema yang bayar.
> 
> 
> 
> >"Statistik menunjukan tingkat utang publik per bulan sangat tinggi. 
> >Bahkan terbesar sepanjang sejarah.Meski rasio turun tapi beban per 
> >kapita tertinggi sepanjang sejarah," ujarnya.
> 
> Ini jelas nggak fair.  Manipulatif.
> Bukankah Imam Sugema juga seharusnya menyampaikan bahwa pendapatan 
> perkapita Indonesia juga saat ini berada pada posisi tertinggi 
> sepanjang sejarah?
> 
> Ini berarti utang yang dibuat ternyata secara tidak langsung berperan 
> meningkatkan pendapatan perkapita.
> Utang adalah membeli waktu.
> Apa ada yang jualan waktu?
>


Kirim email ke