At 12:23 PM 11/24/2009, you wrote:

Resiko kredit sangat mudah mengalami underestimasi, karena bersifat 
pro-cyclical.
Ketika ekonomi sedang bagus, maka portofolio kredit akan kelihatan 
bagus-bagus sehingga resiko terlihat lebih kecil dari sebenarnya.  Di 
saat ekonomi bagus, bank pun dapat dengan lebih mudah menggalang dana 
- mulai dari right issue sampai dengan penerbitan obligasi dan subdebt.

Sementara pada saat ekonomi terganggu - maka dengan cepat kredit yang 
asalnya kelihatan bagus, menjadi terlihat jelek (dan biasanya menjadi 
jelek secara menyuluruh)-- dan provisi/pencadangan di level perbankan 
akan meningkat.   Padahal semakin tinggi provisi, maka semakin kecil 
juga ruang yang tersedia bagi perbankan untuk memperbaiki profil 
portofolio mereka.  Padahal justru di keadaan seperti itulah paling 
sulit untuk melakukan penggalangan dana -- mau right issue harga 
sahamnya langsung jeblok dan bisa-bisa nggak laku...  mau terbitkan 
obligasi -- bunganya malah bisa jadi lebih tinggi dari seharusnya -- 
mau terbitkan subdebt -- bisa lebih nggak mungkin lagi.

Bank memang selalu dalam posisi ekstreme -- pas ekonomi bagus banjir 
duit -- tetapi pas ekonomi jelek, bukan cuma duitnya seret (karena 
ditarik nasabah) -- tetapi kredit yang sudah disalurkan pun bisa 
macet, padahal modal makin cekak...

Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan 
yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat 
bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk.

Tetapi seperti yang terjadi saat Great Depression -- kita tidak 
pernah tahu kapan dan di mana batas ekonomi memburuk dan akan sampai kapan....


>
>
>Sebuah Bank punya beberapa macam resiko yang perlu diperhatikan. Kita ambil
>2 saja untuk sementara ini.
>
>Satu: Resiko RUGI, artinya modalnya habis gara-gara bisnis/pinjamannya
>banyak yang nonperforming, banyak yang ngemplang. Dalam resiko ini kita
>kenal kata "too big to fail". Artinya kalau ada bank raksasa (citibank, BCA,
>Mandiri, yang pegang monopoli/oligopoli) sampai bangkrut, maka uang
>masyarakat (deposito/tabungan) akan banyak yang tidak bisa dibayarkan dan
>banyak masyarakat dan perusahaan-perusahaan kecil yang membutuhkan bank ini
>akan merana.
>
>Dua: Resiko LIKUIDITAS. Sebuah bank bisa saja beruntung, seluruh peminjamnya
>perform dan tiap bulan mengembalikan 3% dari pokok pinjaman berikut tambahan
>bunganya. Jadi tidak ada masalah dengan modal yang berkurang seperti pada
>resiko rugi diatas. Masalahnya, karena pinjaman yang diberikan ke perusahaan
>lain ini cuma kembali (pokok) 3% dari total pinjaman tiap bulannya, maka ada
>kemungkinan nasabah yang mendepositokan uang di bank ini menarik dana dengan

Kirim email ke