Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan 

yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat 

bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk.

Setidaknya ada dua mekanisme agar manajamen kredit (kapital) tdk pro-siklis. 
Penelitian saya untuk perbankan di Indonesia sejak 2004-2007 menggunakan 
monthly data, menunjukkan bahwa bank-bank besar dan bank yang lebih terikat 
dengan aktivitas pasar finansial cenderung mengurangi modal saat ekonomi turun 
(sehingga meningkatkan alokasi kredit) dan meningkatkan modal saat ekonomi naik 
(untuk berjaga-jaga terhadap risiko kredit di saat boom). 

Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting. Di 
Indonesia, pasar finansial sudah mulai bekerja dengan baik untuk mendisiplinkan 
bank agar risk management tidak procyclical. Tetapi, BI nampaknya belum memulai 
memikirkan penguatan market discipline ini sampai dengan 2010. 

Salam,


Wahyoe Soedarmono
PhD candidate, specialised in Banking & Corporate Finance
Teaching Assistant at the Department of Economics
Université de Limoges, France



--- On Mon, 11/23/09, Poltak Hotradero <hotrad...@gmail.com> wrote:

From: Poltak Hotradero <hotrad...@gmail.com>
Subject: Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah  Melakukan  
Bail-Out
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Monday, November 23, 2009, 10:54 PM







 



  


    
      
      
      At 12:23 PM 11/24/2009, you wrote:



Resiko kredit sangat mudah mengalami underestimasi, karena bersifat 

pro-cyclical.

Ketika ekonomi sedang bagus, maka portofolio kredit akan kelihatan 

bagus-bagus sehingga resiko terlihat lebih kecil dari sebenarnya.  Di 

saat ekonomi bagus, bank pun dapat dengan lebih mudah menggalang dana 

- mulai dari right issue sampai dengan penerbitan obligasi dan subdebt.



Sementara pada saat ekonomi terganggu - maka dengan cepat kredit yang 

asalnya kelihatan bagus, menjadi terlihat jelek (dan biasanya menjadi 

jelek secara menyuluruh)- - dan provisi/pencadangan di level perbankan 

akan meningkat.   Padahal semakin tinggi provisi, maka semakin kecil 

juga ruang yang tersedia bagi perbankan untuk memperbaiki profil 

portofolio mereka.  Padahal justru di keadaan seperti itulah paling 

sulit untuk melakukan penggalangan dana -- mau right issue harga 

sahamnya langsung jeblok dan bisa-bisa nggak laku...  mau terbitkan 

obligasi -- bunganya malah bisa jadi lebih tinggi dari seharusnya -- 

mau terbitkan subdebt -- bisa lebih nggak mungkin lagi.



Bank memang selalu dalam posisi ekstreme -- pas ekonomi bagus banjir 

duit -- tetapi pas ekonomi jelek, bukan cuma duitnya seret (karena 

ditarik nasabah) -- tetapi kredit yang sudah disalurkan pun bisa 

macet, padahal modal makin cekak...



Yang diperlukan tentunya adalah kebijakan manajemen kredit perbankan 

yang bersifat counter-cyclical, yaitu pengetatan saat ekonomi sangat 

bagus - dan pelonggaran saat ekonomi memburuk.



Tetapi seperti yang terjadi saat Great Depression -- kita tidak 

pernah tahu kapan dan di mana batas ekonomi memburuk dan akan sampai kapan....



Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua

http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com

=========================

Perhatian :

- Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
posting sebelumnya

- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas

- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.com      


    
            
      MARKETPLACE
      
                  
            Parenting Zone: Your community resource for family and home         
  
                              
    
  

  
  Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use




   

  
  
  



     




     

  .


   





 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke