Aku mau argue nih bung Oka. Menurut pelajaran sejarah yg kudpt, ngak ada satu 
negarapun yg belajar dulu berdemokrasi, sebelum berdemokrasi. 

Ketika Amerika Serikat memutuskan ikut demokrasi, itu benar2 romatisme dari 
pelajaran2 klasik dari para pendiri negara mereka.

kupikir demokrasi bukan seperti kita berenang di kolam renang yg tenang. 
Sebaliknya masuk ke demokrasi sperti masuk ke uncharted water. 

Tapi, aku sgt setuju bahwa kita memang lagi lack leadership. Contoh yg paling 
anyar kupikir terlalu lamanya SBY menyatakan dukungannya terhadap SMI dan 
Boediono. Seharusnya dari awal kasus dia seharusnya menyatakan dukungannya. 
Kali, kalau aku SMI atau Boediono aku mending resign, kalau bos ngak muncul2 
dgn back-upnya.

Minggu lalu, aku ngobrol dgn seorang pejabat kedutaan asing di Jakarta. ketika 
aku highlight issue tsb, dia ketawa. Dia joke bhw tiap kali ada kasus berat, 
SBY seperti run away dari kasus dgn keluar negeri. Mungkin kebetulan, 
kataku...Tapi...

Cheers
Enda

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "oka.widana" <o...@...> wrote:
>
> Saya copas berita dari Kompas Online, hari ini, entah diversi cetak ada atau
> tidak, berhubung sudah lama tak lagi langganan surat  kabar, thanks to
> mobile internet =D.
> 
>  
> 
> Saya jadi teringat beberapa hari lalu berkesempatan ngobrol2 dan dinner
> dengan kenalan baru saya, seorang Indonesian Chinese perantauan. Ada
> kata2nya yang membuat saya terbahak,"Kita itu ibarat orang nekat yang sudah
> tahu dan dikasih tahu, kalo ngak pernah belajar renang, ya jangan nyemplung
> kelaut, tetapi tetap nekat nyemplung juga... ya mati dong. Sama dengan
> demokrasi, kita tak pernah belajar tak pernah berlatih, tetapi langsung
> ngebut menerapkan demokrasi, ya akibatnya.......".
> 
>  
> 
> IMHO demokrasi jelas bukan renang dilaut. Di Amerika pun, menerapkan
> demokrasi ngak sekali jadi, tetapi dengan belajar dari pengalaman. Kita,
> belajar dari pengalaman orang lain dan pengalaman kita sendiri. Yang penting
> adalah leadership dari leader yang punya  visi kemajuan bangsa ini, bukan
> kemajuan keluarga atau partainya. Nah soal leadership ini yang kita ngak
> punya. Atau, kalo ini dianggap sebagai pembelajaran, besok-besok jangan
> pilih leader semata-mata karena iklan di TV.
> 
>  
> 
> Oka Widana


Reply via email to