Mas Oka
emang sih kalo diskusi yang seperti ini akan selalu dan selalu berputar 
berputar..
nggak akan ada habisnya dan pasti diputar ulang lagi
enaknya sih kopdar gitu,, uda lama juga kan ga ngumpul ngumpul dan berbagi ilmu 
(cuma usul, ga mau nge arrange :p)..
kupas tuntas selesaikan disitu,,,

salam
-kartes-
*menunggu ajakan*




________________________________
From: Oka Widana <o...@ahlikeuangan-indonesia.com>
To: Millis AKI <ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com>
Sent: Fri, May 7, 2010 10:38:09 AM
Subject: Re: [Keuangan] Ini bukan soal Sri Mulyani

Saya kira soal SMI, dikaitkan dg jabatan barunya di WB dan kasus Century, sudah 
terlalu memakan banyak energi. Seperti biasa bangsa ini ngak pernah bisa 
menempatkan prioritas.

Saya sih sepakat dg kamerad Pras, tapi kayaknya kok ngak dibaca email mas Pras 
itu ya sama member lain. Jadi posting dimillis, seperti kaset berulang-ulang, 
ngak ada yg baru. Email mas Pras itu saya kira mengacu  diskusi dimillis ini 
berbulan-bulan lalu. pada Para member silahkan review kembali, saya kira angle 
kasus sdh jelas. 
Posting pro kontra SMI vs WB vs Century, apalagi cross posting dari sumber 
lain, bagi saya hanya muter kaset rusak. Ngak pernah beranjak, ya cuma seperti 
gangsing aja....

SMI berprestasi, kita angkat topi. Dia pintar, intektual yg disegani didunia, 
kita kagum dan bangga.
Tapi kan dia manusia biasa, pejabat negara yg punya pertanggung jawaban 
politik. Ngak usah takut kekurangan kandidat pejabat...walah! Yang ngantri 
banyak bener. Yg sepinter SMI banyak, yang integritasnya seperti SMI banyak 
juga. 
Saya pribadi kenal dengan salah satu kandidat yg disebut2 calon Menkeu. Bahkan 
konon member millis inipun ada yang cukup qualified jadi calon Menkeu, lebih 
dari satu, malah.

Kalo saya jadi SMI, saya justru akan datangin KPK, minta segera diperiksa dan 
diklarifikasi. 
Kalo saya jadi KPK, saya juga ngak akan menempatkan kasus ini sebagai 
prioritas, membereskannya secepat mungkin. Bukannya bilang "ah SMI kan cuma ke 
Washinton"
Kalo saya anggota DPR, saya akan dorong SMI dan KPK untuk segera membereskan 
masalah. Kan ketika SMI di WB dia kan perwakilan kontingen Indonesia, bawa 
panji negara, ngak mungkin dipanggil2 untuk diperiksa.
Kalo saya jadi SBY? Ah...ngak lah ..nanti pasti jadi pro kons lagi...




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Ical Moci <ical.m...@gmail.com>
Date: Fri, 7 May 2010 10:16:54 
To: <AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com>
Subject: [Keuangan] Ini bukan soal Sri Mulyani

Hmmm....I can't agree more.
Proses Pansus memang tidak akan mengurangi minat orang untuk menjadi pejabat
negara. Tapi dampak sampingan kriminalisasi kebijakan di pansus adalah akan
sangat sedikit (bahkan tidak ada) pejabat negara yang berani mengambil
keputusan di saat genting...


=============

*INI BUKAN SOAL SRI MULYANI*


Ini persoalan momentum yang terlewatkan. Indonesia tidak akan kiamat.
Ekonomi Indonesia tidak akan kolaps dengan dengan perginya Sri Mulyani.
Hanya sekali lagi kita menyiakan momen untuk melakukan perbaikan ekonomi dan
kelembagaan, atas nama ‘proses politik.’ Betul, kita ingin DPR yang kritis,
yang bukan hanya tukang stempel seperti di era Orde Baru. Tapi bukan DPR
seperti ini yang kita inginkan. Yang berlomba-lomba ingin tampil dan
menunjukkan eksistensinya.

Proses Pansus dan sesudahnya telah menjadi ajang perburuan tukang sihir.
Bukan pencarian kebenaran. Bahkan, ada tendensi untuk menjadi ajang
penutupan kebenaran. Lihat saja ulah para anggota Pansus yang sekarang
justru membela kawan mereka Misbakhun. Padahal terkuaknya ulah kontribusi
Misbakhun dalam kejatuhan Bank Century adalah buah dari proses Pansus.
Artinya, pengusutan hukum untuk Misbakhun adalah konsekuensi logis dari
Pansus. Tapi Pansus justru menjilat ludah mereka sendiri.

Ini persoalan sinyal yang salah. Sri Mulyani memang eksepsional. Baik
sebagai akademisi, birokrat maupun politisi. Namun bukan berarti ia tak
tergantikan. Indonesia tidak kekurangan stok sumber daya manusia untuk
menjadi Menkeu. Masalahnya, setelah berbagai perlakuan yang diterima Sri
Mulyani, apakah yang mampu akan mau? Apakah yang mau adalah yang mampu?

Proses Pansus menunjukkan satu hal. Kalau anda pejabat yang harus mengambil
keputusan penting dalam waktu singkat dan informasi terbatas, jangan lakukan
apapun! Ekonomi mungkin anjlok. Tapi konsekuensi terjelek buat anda adalah
reputasi. Dan itu bisa anda perbaiki dengan menyalahkan kapitalisme global,
neoliberalisme, badan-badan internasional, hingga meteor. Tapi kalau anda
mengambil keputusan yang perlu, risiko yang anda hadapi adalah proses
politik, bahkan hukum.

Itu mungkin tak jadi masalah besar kalau anda punya atasan atau kekuatan
politik di DPR yang mau seratus persen mendukung anda. Tapi kalau itupun
tidak anda dapatkan, maka tidak ada artinya anda jadi orang yang pandai,
bersih dan punya komitmen.

Di sisi lain, saya kuatir ini jadi sinyal buat para petualang politik bahwa
bullying itu efektif. Kalau anda kalah dalam pemilu, kalau anda kurang
pandai, atau kalau anda tidak suka pada seseorang – entah karena
kepentingannya tidak sejalan dengan anda, atau bahkan bisa membahayakan
posisi ekonomi dan politik anda – jangan kuatir. Anda bisa mem-bully orang
itu hingga ia pergi.

Ironisnya, ada institusi lain yang bisa memberi apresiasi pada prestasi
orang seperti Sri Mulyani. Salahkan kalau ia pindah ke tempat dimana ia bisa
dihargai?

Kekuatiran saya yang lebih besar adalah di masa depan kita akan sulit
mendapatkan orang-orang bersih, baik, berani, punya komitmen, dan bersedia
jadi pejabat publik. Padahal kita selama ini bicara pentingnya institusi
yang kokoh, kepemimpinan yang kuat dan sebagainya. Dan sekarang kita
dihadapkan pada situasi mirip Hukum Gresham di abad-18: bad money drives out
good money. Hanya dalam konteks sekarang, bad guys drive out good guys.

Ini persoalan akal sehat yang tercederai. Pansus Century yang didirikan
dengan semangat perburuan tukang sihir adalah pelecehan terhadap akal sehat
sejak awal. Orang-orang tanpa akal sehat lebih suka mendengar sesama orang
tanpa akal sehat. Inilah yang terjadi. Mereka tekun mendengarkan narasumber
yang sejalan dengan konstruksi logika yang mereka bangun. Mereka berikan
waktu lebih banyak ketimbang narasumber lain yang berbeda pendapat. Lucunya,
para ‘pakar’ ini berbeda pendapatnya dengan apa yang pernah mereka katakan
soal krisis tahun 2008. Para anggota Pansus tidak peduli. Yang penting
justifikasi telah mereka dapatkan.

Parahnya, hilangnya akal sehat ini diamplifikasi oleh media. Mereka
berlomba-lomba memberikan waktu tayang buat komentator pro-Pansus. Sekacau
apapun pernyataan mereka. Media sudah memvonis Sri Mulyani dan Boediono
bersalah. Meski Pansus sendiri tidak pernah bisa membuktikan mereka
bersalah.

Kembali akal sehat kita dicederai ketika berita rencana kepindahan Sri
Mulyani ke posisi barunya di Washington, DC, beredar. Berterbaranlah
ungkapan-ungkapan seperti ‘intervensi asing’, ‘akal-akalan SBY’ dan
sebagainya. Bahkan teori-teori bermunculan, seperti ‘Bank Dunia suka dengan
Sri Mulyani yang gemar berhutang’ dan sebagainya. Lupa bahwa rasio hutang
justru turun di era Sri Mulyani. Ada juga yang berteriak, ‘Sri Mulyani tidak
boleh pergi.’ Padahal baru beberapa bulan lalu ia diminta mundur, bahkan
diboikot di Rapat Kerja DPR.

Lalu apa setelah ini? Sri Mulyani akan pergi. Selama ini ia menjadi ikon
‘pemersatu’ orang-orang berakal sehat, yang ingin melihat reformasi
birokrasi berjalan, yang ingin melihat ekonomi Indonesia bangkit di atas
fondasi kelembagaan yang kuat.

Kita tidak bisa berlama-lama meratapi keputusan ini. Pun kita tidak bisa
terlalu lama menyerapahi mereka yang mendorong dan membiarkannya pergi.
Jadikan ini sebagai anugerah: ternyata ada orang-orang yang berpikiran sama
soal pembenahan institusi, reformasi birokrasi, antikorupsi dan pentingnya
akal sehat. Sekarang kita harus membuktikan bahwa kita dipersatukan oleh
gagasan, bukan figur. Figur boleh pergi, tapi gagasan tidak.

Tantangannya sekarang, bagaimana kita yang selama ini di belakang Sri
Mulyani bisa tetap solid dan konsisten menyuarakan yang selama ini kita
suarakan. Jangan berikan ruang buat para oportunis politik kembali membajak
wacana dan agenda. Ada beberapa isu penting yang butuh kita perhatikan ke
depan:

1. Penunjukkan Menkeu baru. Siapa saja calonnya, bagaimana rekam jejaknya,
dan siapa yang mencalonkan.
2. Tetap menjaga optimisme bahwa Indonesia tak akan runtuh tanpa Sri
Mulyani. Tapi kita semua yang perlu menjaga agar reformasi birokrasi dan
penguatan institusi yang sudah dilakukan bisa berlanjut.
3. Menyuarakan supaya proses political bullying tidak ada lagi. Dan menjaga
agar Wapres Boediono, pengganti Sri Mulyani, dan pimpinan KPK tidak jadi
sasaran political bullying.
4. Mengkampanyekan delegitimasi untuk partai-partai dan anggota DPR yang
selama ini membuat keruh suhu politik, agar suara mereka di 2014 tergerus,
kalau bisa hilang.

Sekali lagi, ini bukan persoalan Sri Mulyani. Ini persoalan apakah akal
sehat masih ada.

Source:
http://ariperdana.blogspot.com/2010/05/ini-bukan-soal-sri-mulyani.html 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=========================
Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking"
=========================
Alamat penting terkait millis AKI
Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 
Arsip Milis AKI online: 
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com 
=========================
Perhatian : 
Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
- Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links





------------------------------------

=========================
Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking"
=========================
Alamat penting terkait millis AKI
Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
Arsip Milis AKI online: 
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=========================
Perhatian : 
Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
- Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke