rekan2, agama leluhur kita i.e. kejawen. kaharingan, marapu adalah agama orang kafir, dan karena agama kafir, maka pengikutnya boleh dipaksa untuk "sadar" dan menjadi orang "benar" menurut agama impor.
Nach, setelah itu, para agamawan impor tinggal berebutan kapling kekuasaan diantara sesama agama impor tersebut untuk mencari dan mengembalikan para kafirun ke jalan yang benar, dengan cara saling tuding kafir diantara sesama agama impor tersebut. Pantesan, para agama impor tersebut terkenal dengan sejarahnya membikin rusuh di dunia, karena beragenda politis untuk saling merebut kapling kekuasaan di ranah agama & politik di saeluruh pelosok dunia. Pantesan, kita semua lebih suka barang impor, gak punya jati diri, dan produk lokal akibatnya sulit bersaing di kandang sendiri. Pantesan, ada sejumlah orang kita bersedia mati untuk membela agama impor, tapi gak pernah terdengar ada orang bersedia mati membela agama lokal. Salam, Iming ________________________________ From: Sunny <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, November 14, 2008 3:36:36 AM Subject: [Advokat-Indonesia] Re: Kewajiban memilih satu dari 5 agama NKRI: konstitusional ? Itu semua agama kafir! hehehe ----- Original Message ----- From: Theo Litaay To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2008 5:37 AM Subject: [Advokat-Indonesia] Re: Kewajiban memilih satu dari 5 agama NKRI: konstitusional ? Lucunya adalah, agama-agama tersebut meruapakan indigenous religions di tempat asalnya masing-masing, kita berikan pengakuan di Indonesia, sedangkan indigenous religion kita sendiri tidak mendapat pengakuan dari negara. Bayangkan betapa kayanya budaya kita kalau di kolom KTP tertulis: Kejawen, Marapu, Kaharingan, dll. salam, Theofransus Litaay. On Thu, Nov 13, 2008 at 10:38 AM, iming tesalonika <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Esther, Saya melihat point penting dari kisah/kasus Esther pribadi di bawah ini, yaitu adanya pemaksaan untuk memilih sebuah agama dari 5 agama yang ditetapkan di NKRI. 1. Siapa dan forum apa yang memiliki kewenangan menetapkan 5 agama besar adalah agama resmi NKRI ? 2. apakah konsekuensi dari seseorang yang tidak mau memilih satu dari 5 agama yang ditetapkan oleh "negara" NKRI? 3. Apa motif politik dari "penyesatan" penetapan 5 agama resmi oleh "negara" di jaman orde baru ? 4. apakah pengertian sesungguhnya pasal 29 UUD 45 tentang jaminan negara atas kebebasan penduduk NKRI untuk memeluk "agama dan kepercayaannya" itu ? mengapa dan siapa yang mempersempit istilah 'agama dan kepercayaannya" menjadi 5 agama negara saja ? Salam, Iming Tesalonika Advokat yang melihat banyak penyalahgunaan kekuasaan dalam interpretasi UUD 45, dasar kesepakatan fundamental kita berinteraksi di NKRI. ________________________________ From: Ester Indahyani Jusuf <[EMAIL PROTECTED]> To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2008 12:05:52 AM Subject: [posa-fhui] Mencari cinta Kawan-kawan, Tahun 1996 terjadi pembunuhan di Plabuhan Ratu. Korbannya Ujib Toyib, seorang pemuka desa yang jujur dan disegani. Tersangka pelakunya Abah Dayat, yang beberapa hari sebelum pembunuhan memang sudah sesumbar akan membunuh Ujib Toyib. Abah Dayat adalah seorang preman yang punya hubungan yang amat dekat dengan pihan kepolisian. Pembunuhan ini sarat dengan peistiwa mistis. Awalnya penduduk tidak tahu Pak Ujib dibunuh orang. Mereka tidak menemukan mayatnya. Tapi mereka amat yakin Pak Ujib yang tidak kembali ke rumah pasti mati dibunuh. Pengetahuan itu berasal dari ujar orang-orang pintar setempat. Penduduk pun lapor ke Polsek Plabuhan Ratu. Polsek dengan sigap mencari Pak Ujib di seluruh desa dan sekitarnya. Anjing pelacak pun diturunkan. Anjing pelacak hanya bengong di kaki bukit, bingung tidak tahu mau berbuat apa. Akhirnya dukun pun bertindak. Setelah berdoa pada penguasa kerajaan langit, dukun datang ke kaki bukit tempat anjing polisi duduk terlongong-longong. Pak Dukun dos sejenak dan langsung melangkah pasti ke satu pohon. Di balik pohon itu ada papan kayu yang ditancap seperti tanda silang di tanah. Begitu ia mencabut palang itu anjing pelacak pun tiba-tiba hilang kantuknya. Langsung melonjak dan bergerak cepat. Tak jauh dari sana si anjing menemukan ceceran darah, yang ditelusuri sampai puncak bukit. Di sana tubuh Pak Ujib ditemukan sudah penuh belatung dengan kepala hangus seperti arang. Penduduk amat marah pada Abah Dayat. Mereka berharap polisi segera menangkap si abah yang penuh tato ini. Tapi mereka tercengang. Di kantor polisi mereka lihat Abah riang gembira bercengkerama dengan polisi, bahkan dengan congkaknya duduk di atas mobil polisi. Penduduk jadi sadar, tidak akan ada keadilan untuk Pak Ujib. Dalam kemarahan yang sangat mereka lalu mengadakan perundingan di tengah malam. Mereka sepakat menghancurkan kantor polisi yang melindungi Abah Dayat. Ratusan orang di tengah malam menyerbu dan membakar kantor Polsek Plabuhan Ratu. Itu adalah pembakaran kantor polisi pertama kalinya di era rejim Soeharto. Kantor polisi pun hangus hampir rata dengan tanah. Jajaran kepolisian amat tersinggung dengan tindakan penduduk. Mereka mengerahkan ratusan polisi bersenjata lengkap menyerbu perumahan penduduk. Setiap laki-laki muda yang mereka temukan di desa ditangkap. Puluhan orang tertangkap. Semua yang tertangkap merasa seperti bertemu dengan malaikat maut. Mereka mengaku disiksa di luar batas. Pihak kepolisian amat kaget waktu kami datang memberi bantuan hukum pada para tahanan. Kami meminta Polisi menghentikan praktek penyiksaan pada para tahanan. Penyiksaan pun dihentikan. Para tahanan diperlakukan dengan amat baik dan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Penduduk pun amat terkejut waktu kami bersedia datang menangani perkara ini sampai selesai. Saya berulangkali harus datang sendiri dan menginap di desa untuk keperluan bantuan hukum. Penduduk amat menghargai. Mereka memberi saya tempat istirahat terbaik: di kamar almarhum Pak Ujib. Kerap kali di tengah malam saya mendengar ketukan di depan pintu kamar saya. Setiap kali saya buka, tidak ada seorang pun di sana. Ketika saya ceritakan pengalaman saya pada penduduk mereka saling berpandangan. Kesimpulan mereka itu adalah pekerjaan mistik Abah Dayat. Saat itu saya terlalu lelah untuk memikirkan soal Abah Dayat maupun ketukan-ketukan di pintu kamar.saat tengah malam. Prioritas saya di malam hari adalah segera tidur mengumpulkan tenaga. Usai perkara ini penduduk amat berterima kasih pada saya. Mereka bersama-sama menemui saya untuk berterima kasih. "Bu Ester, kami mau mempertemukan Ibu dengan Nyai:, ujar mereka. "Kami orang miskin, tapi Nyai kaya. Ibu bisa minta apa saja pada Nyai sesuai kebutuhan Ibu. Kami sarankan Ibu meminta emas". Saya kaget bukan kepalang saat itu. Nyai yang mereka maksud adalah Nyai Roro Kidul. Ada satu tempat di daerah Plabuhan Ratu di mana setiap malam tertentu laut akan berubah, bercahaya, bening seperti kaca. Di sana datanglah ratusan orang dari berbagai tempat ingin bertemu Nyai dan memohon berkah. Konon, Nyai akan mengabulkan permintaan mereka sesuai dengan hikmat Nyai. Benda-benda pemberian Nyai akan muncul dari dalam laut selatan dan menghampiri tiap pemohon. Bulu kuduk saya saat itu langsung berdiri. Dengan alasan saya lelah dan harus pulang segera ke Jakarta maka saya menolak bertemu dengan Nyai. Penduduk tampaknya mengerti dan menghargai perbedaan iman saya dengan mereka. Mereka lalu menghadiahi saya seekor babi hutan yang tambun. Beberapa bulan berlalu. Suatu hari saya berkelakar dengan teman. Ia wartawan dari Suara Pembaruan. Saya bercerita tentang tawaran penduduk agar saya mau bertemu Nyai dan meminta emas. "Gue sih pingin juga dapat emas sekilo, tapi membayangkan tengah malam tiba-tiba Nyai mampir kamar kos gue dan ngetik makalah di kamar gue hii... serem..", kira-kira demikian ucapan saya. Di luar dugaan saya kawan saya ini amat marah. "Ester kamu jangan menghina Nyai ya! Kamu boleh tidak suka pada-Nya, tapi bagaimana pun saya menghormati dan mempercayai-Nya! Dia yang mengayomi kehidupan kami suku Sunda di Jawa Barat. Dia juga yang membuat tatanan kehidupan berjalan baik. Dia yang memberi ikan pada kami. Pada kalian juga!". Saya meminta maaf padanya. Hubungan kami jadi baik. Ia lalu mulai membuka realita banyaknya penghayat di Indonesia. Mereka dipaksa memilih salah satu agama sebagai agama mereka. Kebanyakan mereka memilih Islam atau Katholik. Jika tidak maka Negara tidak akan melayani segala urusan pemenuhan hak sipil mereka. Mereka tidak akan punya akta kelahiran, akta perkawinan atau akta kematian. Jenazah mereka pun tidak akan bisa dikuburkan. Di beberapa wilayah jika mereka ketahuan adalah penghayat yang dianggap tidak ber-Tuhan, mereka akan disingkirkan dari desa bahkan dianggap dukun sesat. Jumlah penghayat di Indonesia ini amat besar. Sebagian dari mereka mencampurkan aneka agama, kepercayaan dan filsafat dalam keimanan mereka pada Tuhan mereka. Tanggal 6 Desember ini mereka merencanakan mengadakan pertemuan besar di kaki gunung Slamet. Pertemuan ini direncanakan dihadiri 250 orang pimpinan penghayat dari seluruh Indonesia. Mereka meminta saya hadir dalam pertemuan itu. Pertemuan itu adalah langkah mereka untuk menyatukan gerak dan membuat program kerja agar Negara mengakui keberadaan mereka dan tidak lagi mendiskriminasi mereka. Para penghayat tidak menangis tentang pahitnya kehidupan mereka. Mereka pun pasrah dan menanti hidup bahagia dalam kekekalan suatu saat nanti. Saya yang jadi sedih melihat mereka. Seandainya ada cinta buat mereka... -- Theofransus Litaay - Faculty of Law, Satya Wacana Christian University - Center of Eastern Indonesia Studies, Satya Wacana Christian University 52-60 Diponegoro street Salatiga 50711 Indonesia Web: http://www.theofransuslitaay.blogspot.com --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Anda menerima pesan ini karena berlangganan ke Grup "Advokat-Indonesia" Google Groups. Untuk memposting ke grup ini, kirimkan email ke [EMAIL PROTECTED] Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Untuk pilihan lain, kunjungi grup ini di http://groups.google.com/group/Advokat-Indonesia?hl=id -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---