wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh Masalah yang antum alami sama seperti ana, hanya bedanya ana tidak pernah membesar2kan masalah ini dan ana mencukupkan diri bertanya kepada adik ana yang mengenalkan manhaj salaf ini, alhamdulillah jawabannya menyejukkan hati ana, dan kedua tujuan ana untuk menuntut ilmu, jadi saat itu fokus untuk menuntut ilmu
ana coba kasih jawaban buat antum - Ana merasa lingkungan pengajian salaf agak eksklusif dan intelektual .... jawaban ana: 1. mungkin antum bisa lebih mencari ilmu/mencari kajian yang sifatnya lebih struktural, yang membahas kitab tertentu, dimana disini sifatnya lebih sedikit jamaahnya, bukanlah tabligh akbar, keuntungan yang antum dapat adalah antum bisa mendapatkan kaidah2 dalam memahami kitab tersebut/atau pembahasan tersebut, sehingga antum bisa menjadi pribadi yang tidak asal serobot sana sini dengan mengatakan hal itu bid'ah, sesat atau apapun tanpa bisa memberikan dalil, namun tetap tegas di dalam Islam. 2. kata-kata eksklusif itu bisa jadi antum melihat sebagai diri antum, bisa saja orang katakan salafiyun itu keras, orang tersebut melihat dari kacamatanya sendiri, namun jika melihat dari kacamata islam, maka itu bukanlah hal yang keras namun tegas dalam menegakkan Islam. dan ke-eksklusifan yang antum lihat bisa juga karena kekurangan mereka dalam hal bagaimana bersosialisasi dengan orang yang masih awam, maka perlu point pertama untuk bisa menjadi salafiyun sejati. - Ada teman ana menilai kalangan kita ini agak sombong.... jawaban ana: bisa jadi ada beberapa dikalangan salafiyun yang seperti itu karena mereka bangga dengan posisinya yang telah mengerti dan berada di manhaj yang haq ini, namun kesalahan tersebut yang dibuat global bahwa semua salafiyun spt itu. PERLU UNTUK PARA SALAFIYUN MEMAHAMI AKAN INDAHNYA TERSENYUM. dan mengenai tidak bersalaman seusai sholat, memang tidak ada dalilnya, dan ada juga dikalangan salafiyun yang tegas untuk tidak menerima salaman tangan seusai sholat, dan mereka memiliki hujjah, ada kisah yang diceritakan oleh teman ana yang pernah pergi haji, bahwa ada seseorang dari kalangan bangsa arab yang memukul tangannya karena dia menyodorkan tangan untuk bersalaman seusai sholat. wallahu'alam bi showab. - Ada lagi yang mengatakan ; kita ini ada di Indonesia kenapa musti membiasakan diri dengan istilah istilah bahasa Arab jadi lebih mengentalkan suasana eksklusivenya. jawaban ana: membiasakan diri menggunakan istilah bahasa arab adalah mungkin itu dari para penuntut ilmu yang menuntut ilmu di negeri arab dan juga orang-orang keturunan arab yang ada di indonesia, dan mereka sudah terbiasa dengan istilah bahasa arab, maka jangan heran kadang ada ustadz atau salafiyun yang lupa bahasa indonesianya, contoh ada ustadz yang lupa bahasa indonesianya sapu tangan, dan beliau menyebutnya dengan mindilun. istilah antum, ana anti, akhi, ukhti, abi, ummi, dan sebagainya bisa juga karena kebiasaan dari para penuntut ilmu yang belajar di negeri arab juga. Pembiasaan diri menggunakan istilah bahasa arabpun sebaiknya dibiasakan, karena itu modal awal kita untuk bisa bahasa arab, yang nantinya sebagai modal kita untuk memahami isi dan makna al-qur'an. dan bahasa arablah yang sebetulnya bahasa kita sebagai orang islam. dan cobalah untuk tidak memojokkan salafiyun yang menggunakan istilah bahasa arab. - Ada juga yang mengatakan (dan ana juga pernah mendengar pertanyaan di Radio Roja) ... jawaban ana: memang benar manhaj salaf adalah manhaj yang haq, yang paling benar, karena manhaj ini yang mengajak kita untuk bertauhid kepada Allah dengan sebenar-benarnya, beda dengan manhaj yang lain, manhaj ini adalah manhaj yang mengajak kita untuk menegakkan sunnah, membenarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah, menjalankannya, dan paling konsisten dalam mengikuti beliau. dan mengenai terlalu keras itu relatif juga, dipandang dari kacamata mana? coba kalau kita baca kisah-kisah nabi dan para sahabat, kita masih terlalu lembut ketimbang mereka, bagaimana syaikh muhammad bin abdul wahab dalam berdakwah? kita masih jauh dari beliau, dan banyak sekali yang bisa kita pelajari. kesimpulan: 1. teguhkan hati untuk menuntut ilmu 2. tersenyumlah 3. jangan malu-malu/ragu-ragu untuk mengingatkan saudara kita yang keliru, entah itu yang sudah memahami manhaj salaf ini dan terlebih yang belum 4. sampaikan dengan lemah lembut atau tegas atau bahkan keras, dengan melihat kondisi siapa yang antum ingatkan dan dalami ilmu dalam mengingatkan sesuatu, agar hujjah antum lebih kuat 5. tetap istiqomahlah di manhaj salaf ini 6. cobalah mencari ilmu mulai dari muqodimahnya, maksudnya kajilah kaidah-kaidah sebuah ilmu itu, insyaAllah dengan begitu antumpun tidak serta merta mengeluarkan hujjah-hujjah yang asal. dan masih banyak lagi Abu Tanisha -------------------- Assalamualaykum Warrohmatullohiwaba rrokatuh Ikhwanulfidien, ana ada beberapa hal yang kiranya mohon dapat memberikan bantuan. Ana baru mengenal Ahlussunah wal jamaah dan kebetulan ana sudah beberapa kali mengunjungi pengajian komentar ana mungkin perlu menjadi pertimbangan : - Ana merasa lingkungan pengajian salaf agak eksklusif dan intelektual sehingga menjadi agak 'minder'. Mungkin karena ana datang masih isbal, belum berjanggut dan istri belum berhijab dengan benar agak menjadi perhatian dan kesulitan berkomunikasi. Seharusnya sesama saudara muslim ada interaksi sosial ( muamalah ) dimana mungkin mereka dapat menambah ilmu atau informasi berguna lainnya. Dalam hal ini ana berharap ikhwan/akhwat yang sudah lebih dulu mengenal lebih proaktif untuk mengajak (belum perlu sampai berdakwah). - Ada teman ana menilai kalangan kita ini agak sombong. Karena katanya mungkin saja ada dalil bahwa tidak ada kaidah bersalaman selesai sholat, tapi apakah harus menolak orang yang mengajak bersalaman. - Ada lagi yang mengatakan ; kita ini ada di Indonesia kenapa musti membiasakan diri dengan istilah istilah bahasa Arab jadi lebih mengentalkan suasana eksklusivenya. - Ada juga yang mengatakan (dan ana juga pernah mendengar pertanyaan di Radio Roja) dakwah salaf merasa paling benar, diluar itu dikatakan "bodoh", "sesat", "jahil" atau "bathil" sehingga kata ini terasa terlalu keras buat orang yang ingin mengenal Salaf, bukankah dakwah harus dilakukan dengan kata yang baik dan lemah lembut. Manhaj iya paling benar atau "HAQ", tapi manusianya haram untuk merasa paling benar (mahsum, mudah2an betul menulisnya) itu yang ana dengar dari Ustad kita. - Semoga Alloh Azza wa Jalla membukakan hidayah kepada ana agar tetap diberikan keteguhan untuk tetap ada dalam Manhaj yang Haq ini. Dan jazzakolloh khoir atas bantuan rekan2 sekalian Wassalamualaykum Warrohmatullohi wabarrokatuh