TENTANG ARAH QIBLAT. Alhamdulillah, Hadist riwayat tirmidzi ini shohih, ma'ruf, ma'na dan matanya, mengapa mesti kita buat susah? Berkata syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, :
وقال شيخ الإسلام ـ رحمه الله: فصـــل فى [استقبال القبلة] Setelah penjelasan panjang apa yang ada di Qur-an beliau memulai apa yang ada di hadist dan menjelaskan ma’ruhnya ma’na hadist ini di kalangan sahabat: وقـال صلى الله عليه وسلم: (مـا بين المشـرق والمغرب قبـلة) قـال الترمذي: حـديث صحيح. وهكذا قـال غـير واحـد مـن الصحابـة مثـل: عمـر، وعثمان، وعلى بن أبي طالب، وابن عباس، وابن عمر، وغيرهم. ولا يعرف عن أحد من الصحابة في ذلك نزاع، وهكذا نص عليه أئمة المذاهب المتبوعة، وكلامهم في ذلك معروف. وقد حكى متأخرو الفقهاء في ذلك قولين في مذهب أحمد وغيره. Lalu sikap para sahabat dalam menyikapi bangunan masjid mereka yang belakangan diketahui tidak lurus jika ditarik garis ke arah ka'bah, kaum muslimin waktu itu membiarkanya dan tidak menggeser masjid atau posisi sholat mereka didalam masjid atas kemudahan syariat Allah : ولهذا لما بنى أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم مساجد الأمصار كان في بعضها ما لو خرج منـه خـط مستقيم إلى الكعبة لكان منحرفًا، وكانت صلاة المسلمين فيه جائزة باتفاق المسلمين. Dan beliau menjelaskan penyebab kekeliruan orang-orang yang mewajibkan dan merubah arah kiblat sehingga benar-benar lurus, adalah mereka memasukkan apa-apa yang bukan tuntutan agama kedalam agama : وسبب ذلك أنهم أدخلوا في دينهم ما ليس منه، وشرعوا من الدين ما لم يأذن به اللّه، فاختلفوا في تلك البداعة التي شرعوها؛ لأنها لا ضابط لها، كما يختلف الذين يريدون أن يعلموا طلوع الهلال بالحساب، أو طلوع الفجر بالحساب، Saudara-saudara kita yang telah memunculkan masalah qiblat ini telah sependapat dengan syaikh, dalam masalah fajr, tapi masalah qiblat ini mereka justru tidak sejalan padahal menurut syaikh hilal,fajr,dan qiblat adalah sama metodenya, sebelumnya syaikh telah membahas fajr dan hilal, lalu qiblat secara berurutan. Perlu kita ketahui masjid Ar-rayah (masjid kucing) deket pasar seng, dibangun oleh kerabat Rasulullah Abdullah bin Ubaidillah bin abbas,(kitab akhbar mekkah wa ma ja’a fi ha min atsar hal.200 jilid 2) letaknya hanya ratusan meter dari Masjidil Haram, jika kita perhatikan, masjid ini arahnya tidak lurus ke ka'bah, karena sejajar dengan jalan disampingnya, sebagaimana kebanyakan di Indonesia, bisa kita lihat melalui jarak 500m atau lebih dari atas permukaan laut dari google earth. Secara kasat mata kemiringan dari arah kiblat bisa dipastikan antara 20-30 derajat. Akan tetapi sebagaimana syaikh diatas memberi contoh masjid yang dibangun para sahabat, dan teakhir diketahui kemiringanya, tetap tidak dirubah arahnya oleh kaum muslimin, inilah yang penting, karena berdasarkan kemudahan dari syariat Allah melalui hadist tadi. Mungkin dari ikhwan sekalian ada yang tau berapa kemiringan masjid nabawi ? Terakhir syaikh menutup fatwa beliau tentang qiblat ini dengan bagaimana menghadap kiblat itu, apakah sama dengan menghadap ka’bah dan bagaimana praktek yang ma’ruf : ومعلوم أن من كان بالمدينة والشام ونحوهما إذا جعل المشرق عن يساره والمغرب عن يمينه فهو مستقبل للكعبة ببدنه، بحيث يمكن أن يخرج من وجهه خط مستقيم إلى الكعبة، ومن صدره وبطنه، لكن قد لا يكون ذلك الخط من وسط وجهه وصدره. فعلم أن الاستقبال بالوجه أعم من أن يختص بوسطه فقط. واللّه أعلم Allahu ‘alam semoga bermanfaat. Bagus w ________________________________ From: Ahmad Ridha <ahmad.ri...@gmail.com> To: assunnah@yahoogroups.com Sent: Thu, July 22, 2010 3:56:28 PM Subject: Re: [assunnah] Re: Tanya: perubahan arah kiblat 2010/7/22 hengky d <hengky_daulay@ yahoo.com> Dan hadits ini berkata tentang qiblat di kota madinah ( jika saya salah, tolong dibenarkan ). Dan hadits ini tidaklah berkata antara Barat dan timur tapi antara TIMUR dan BARAT. Karena ada perbedaan yang cukup significant, ARAH ANTARA TIMUR DAN BARAT dengan, ARAH ANTARA BARAT DAN TIMUR. > Akhi, apakah landasan pembedaan tersebut? Jika antum berkata bahwa qiblat kita antara utara dan selatan berarti menunjuk kearah timur, sedangkan kalo kita lihat dipeta mecca terletak dibahagian barat indonesia, sehingga sepatutnya dikatakan diantara SELATAN dan UTARA dan Bukan diantara UTARA DAN SELATAN. > Apakah dasarnya bahwa ungkapan "antara utara dan selatan" mesti berarti timur? -- Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M)