Dear All, Rekan saya Santo dan Pak Tjahjo,
Singkat cerita, permasalahan PLTGU Pemaron belum menemukan solusi yang memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah para stakeholder : PLN, IP, Pemda, Masyarakat lokal dekat lokasi proyek dan LSM. Di sisi PLN, IP dan Pemda Buleleng, barangkali persoalan PLTGU Pemaron sudah dianggap selesai setelah hakim PTUN Denpasar menolak gugatan masyarakat. Namun disisi Masyarakat lokal tsb dan LSM, persoalannya belum selesai, sehingga sampai sekarang tetap muncul riak-riak protes. Jika situasi seperti ini tetap dipertahankan, maka untuk sementara memang yang akan keluar sebagai pemenang adalah pemilik kekuasaan dan uang. Akan tetapi situasi seperti ini juga seperti menyimpan persoalan didalam sekam.


Kalau kemudian ada usulan seperti yang diutarakan oleh rekan kita Pak Santo, maka itu adalah untuk membuang api tersebut dari sekam. Adalah sebuah ide yang baik, akan tetapi, menurut hemat saya tetap dikembalikan kepada masyarakat lokal disana. Jika masyarakat setuju membuat kompromi2, maka harus ada orang/pihak yang mengkanalisasikannya. Setelah ini yang terjadi, maka barulah ide Pak Tjahyo bisa jalan, yaitu semua pihak diatas harus bertemu satu meja untuk menentukan persoalan yang benar.

Sementara itu dulu dari saya.

Salam
Gde Wisnaya


On Sat, 9 Oct 2004 09:12:51 -0700 (PDT) Tjahjokartiko Gondokusumo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Rekan R. Susanto Yth,

Terima kasih atas tantangannya. Sebelum pemformalan, saya Ir. Tjahjokartiko Gondokusumo (Civil Engineer) ingin memperkenalkan profesi saya. Saya bekerja pada Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi http://www.djlpe.go.id sebagai Perencana Fungsional {Madya) yang secara institusi jabatan saya dibina oleh BAPPENAS http://pusbindiklatren.bappenas.go.id. Secara profesi, pada dasarnya kami sudah tahu/ harus tahu permasalahan tentang pembangunan sosial dan ekonomi. Karena alasan etika perencanaan kami harus menghargai proses perencanaan. Singkatnya, perencana adalah bukan pemborong. Khususnya sebagai Perencana Madya saya membutuhkan identifikasi perencanaan secara formal. Kemudian saya harus menyiapakan metodologi yang diperlukan, memberikan berbagai alternatif untuk di putuskan sebagai the Alternatif (biasanya dana grant).

Saran saya adalah Bapak bekerja sama dengan PLTGU Pemaron dahulu untuk menetapkan permasalahan yang benar benar ingin mendapatkan jalan keluarnya. Sehingga kami dapat resmi melaksanakan demand side planning (maaf bukan demand side management yang sulit itu). Agar supaya PLTGU Pemaron dapat mencapai socialy optimal level.

Demikian sementara ini sambil menunggu cita cita rekan milis lainnya atau alternatif lain.

Hormat saya/ kami
Ir. Tjahjokartiko Gondokusumo
JFP-DJLPE


R Susanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Salam Sejahtera bagi Kita Semua,

Dengan terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden yang baru besar harapan kita untuk terwujudnya perubahan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua.

Persoalan-persoalan masa lalu yang masih banyak sekali belum ditemukan solusinya, mudah-mudahan secara bertahap secara bersama kita bisa selesaiakan.

Diskusi sampah belum tuntas, Listrik Pemaron dengan isu terakhir berkaitan dengan limbahnya yang tidak jelas, serta persoalan lainnya ....

Persoalan sampah kita simpan dulu sementara (sedang dicari alternatif komprehensif-nya, maaf!), kita diskusikan dulu soal listrik Pemaron!

Kalau tidak salah, saya termasuk pendukung untuk dibatalkannya rencana pembangunan PLTGU Pemaron, tapi kenyataan .....'kafilah' tetap berlalu walaupun 'anjing' menggonggong terus sampai serak dan 'kehabisan' suara

Bagaimana kalau kita rubah strategi agar 'kafilah' berkenan duduk bersama mau berbicara dan berdiskusi, demi kepentingan kita semua

Kenyataan fasilitas dan operasi PLTGU sudah berjalan, jika dibongkar bisa berarti dana investasi mubazir (belum potensi pihak-pihak yang terindikasi korupsi dan melakukan penyimpangan anggaran pembangunannya ikut menghilang), sementara pihak-pihak yang dirugikan (walaupun tidak sedikit yang diuntungkan) antara lain para pelaku industri wisata, wisatawan, dll. sudah kehilangan upaya untuk memaksa 'kebisuan' dari para 'kafilah' untuk segera diakhiri.

Bagaimana kalau kita rubah kondisi, kita buat kompromi untuk membuka dialog, agar bisa ditemukan solusi dari kondisi yang 'given' saat ini?

Saya minta maaf jika gagasan ini telah diupayakan sebelumnya, dan gagal karena 'kafilah' ndablek/mbeling/bandel/egois .... (kalau memang ndablek dan melupakan karmapala .... bunuh saja atau santet .... ha ..ha .. ha.. kita bisa urunan uang untuk menyewa pembunuh bayaran, murah kok ..... maaf .... di alam demokrasi dewasa ini sebisa mungkin kita perlu taat hukum & kepatutan ha..ha..ha..).

Hasil kompromi yang perlu didiskusikan antara lain :

1. Kita setujui keberadaan dan kehadiran PLTGU di Pemaron, asumsi para 'kafilah' mengenai pilihan lokasi & teknologinya kita dukung dengan catatan
2. Catatannya adalah :
a. Kebisingan yang ditimbulkan, mohon secara teknologi bisa 'dihilangkan' (mungkin nggah sih, harus mungkin ....., biar mereka yang mikir (biar jadi proyek mereka saja ha ..ha..ha..., kan asyik setiap persoalan jadi proyek untuk memperkaya diri)
b. Tidak diijinkan untuk terjadinya polusi, baik karena buangan PLTGU maupun akibat pengangkutan bahan baku PLTGU, dll., mereka harus membuka diri untuk mau dan harus mau memperlihatkan fasilitas pencegahan tsb. dan setiap saat kita boleh ikutan memonitornya atau mengaudit
c. Pihak PLTGU Pemaron harus mengumumkan sesegera mungkin kepada publik secara luas (khususnya calon wisatawan) bahwa point a). & b). telah dilakukan
3. Fasilitas dan sarana PLTGU bisa dijadikan obyek wisata baru yaitu wisata teknologi
(kan asyik Bali punya obyek wisata baru, canggih lagi). Wisata baru ini bisa untuk pendidikan masyarakat untuk mengenal teknologi, dll. maupun bisa berfungsi sekaligus sebagai 'public relation' untuk menunjukkan kepada calon wisatawan bahwa PLTGU Pemaron akrab & ramah lingkungan
4. tolong tambahin lagi ya .....


Sementara sekian dulu, sehat, sukses & sejahtera selalu
7 U

R. Susanto



Gde Wisnaya Wisna <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dear All, dan khususnya untuk Bapak Sri P Sudarmo,
Menarik sekali dengan wacana yang disampaikan oleh Pak Sri ini, yaitu terkesan bahwa diskusi kita selama ini hanya dalam tataran "elit warga mailing list ini". Padahal , barangkali anggota kita bisa mencapai sekitar 50 orang atau mungkin lebih. Dari yang sedikit ini, lebih sedikit lagi yang tertarik untuk diskusi. Juga disebutkan minim/tidak adanya keikut sertaan para tokoh masyarakat, pejabat dll dalam diskusi yang berkembang. Lebih-lebih juga masyarakat biasa, wah minta ampun deh, belum bisa kita rasakan/ukur tingkat kegawatan masalah yang didiskusikan di miling list ini. Jadi ada "gap", antara permasalahan yang ditampilkan di milis ini dengan keadaan sebenarnya. Demikian kan Pak Sri ?


Tapi, untuk kondisi ini, memang nampaknya demikianlah fakta yang perlu kita maklumi. Barangkali, agar apa yang diperoleh melalui diskusi di milis ini dapat mengalir keluar dan menyentuh para tokoh masyarakat, pejabat yang berkepentingan, ataupun pemerhati suatu masalah yang kebetulan tidak terlibat dalam diskusi di milis ini, maka perlu dari warga milis ini yang bersentuhan dengan masalah tersebut menyampaikan kepada tokoh, pejabat atau pemerhati tsb. Atau bisa juga, ketika suatu masalah sedang dibahas, ajak mereka masuk sebagai member milis ini, daftarkan mereka, dan dorong mereka untuk ikut urun rembuk.

Persoalan juga, bahwa bagi sebagian besar masyarakat kita, internet masih menjadi barang mewah, apalagi diskusi di milis. Namun demikian keadaan ini tentu saja berangsur-angsur akan berubah, ketika sdm masyarakat sudah meningkat dan biaya internet tidak lagi mahal. Jadi, kita perlu bersabar Pak Sri, we are already on the right track, eventhough it moves very slow.

Best Regards
Gde Wisnaya

On Thu, 30 Sep 2004 11:16:36 +0700
"Sudarmo, Sri P (Jakarta/DDG)" wrote:
Teman-teman SOS-Bali yang baik,

selama ini diskusi melalui milis ini saya ikuti dengan cukup penasaran,
walaupun pelaku yang menentukan tentunya adalah rekan2 di Bali, dan dari
Jakarta sini belum banyak yang bisa dilakukan.


Banyak soal yang anda bahas selain pemulihan ekonomi sejak 12 Okt'02,
juga proyek2 drainage, Pemaron, dan sewerage yang mestinya banyak
berdampak pada kehidupan masyarakat. Terakhir, pencemaran minyak yang
sampai sekarang tak jelas darimana.


Tapi berbeda dari kegawatan yang terasa dalam email-email itu,
sebaliknya begitu sedikit suara warga / komunitas setempat. Seperti
pernah ditanyakan sebelumnya, apakah tak ada aktivis dari kalangan warga
(misalnya tokoh adat, pemuda, kelompok pengusaha kecil) yang berminat
untuk turut dalam diskusi ini? Apakah diskusi ini lepas dari concern
masyarakat sehari-hari?
Malah terasa seolah di masyarakat Bali belum tumbuh semacam sense of
crisis. Ini nampak dengan kencangnya suara mendukung status quo selama
Pilpres. Apakah masyarakat tidak tahu? Apakah tahu, tapi tak peduli?
Apakah organisasi yang ada tidak efektif sebagai wadah penyaluran
aspirasi dan pemecahan persoalan? Barangkali menjadi bagian dari 'PR'
kita.


Khususnya untuk menanggapi proyek drainage yang sedang jalan, proyek
sewerage yang menunggu kepastian kapan bisa mulai lagi, dan berbagai
kegiatan pembangunan wilayah Samigita di masa depan, warga Badung masih
punya SIMKOTAKU. Saya melihat ini suatu sarana yang bisa sangat
bermanfaat -- kalau memang dimanfaatkan.


Maaf menyimpang sebentar dari soal tumpahan minyak di pantai Lovina yang
lebih gawat ...


Salam,
Sri Probo S.

-----Original Message-----
From: Gde Wisnaya Wisna [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, September 30, 2004 7:36 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [sos-bali] Fwd: Weiterl.: Betreff: Re: Oil on Lovina Beach!!!


Dear All,
This is a forwarded letter from one of our mailing list members, and she wants to inform us concerning polluted beach in Lovina by oil.


SALAM
Gde Wisnaya Wisna


--- the forwarded message follows ---
=============================================
Netkuis Instan untuk wilayah Bandung (kode area 022) - SD,SMP,SMA
Berhadiah total puluhan juta rupiah... periode I dimulai 1 April 2004
=============================================



--
Bali In Danger, a Mailing List for people who concern with Bali Island See for further info.

SALAM
Gde Wisnaya Wisna
=============================================
Netkuis Instan untuk wilayah Bandung (kode area 022) - SD,SMP,SMA
Berhadiah total puluhan juta rupiah... periode I dimulai 1 April 2004
=============================================



-- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi : http://www.lp3b.or.id
Arsip : http://bali.lp3b.or.id
Moderators : Berlangganan : Henti Langgan :




---------------------------------
Do you Yahoo!?
vote.yahoo.com - Register online to vote today!
                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Address AutoComplete - You start. We finish.

============================================= Netkuis Instan untuk wilayah Bandung (kode area 022) - SD,SMP,SMA Berhadiah total puluhan juta rupiah... periode I dimulai 1 April 2004 =============================================


-- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.


Publikasi     : http://www.lp3b.or.id
Arsip         : http://bali.lp3b.or.id
Moderators    : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Berlangganan  : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Henti Langgan : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke