Rekan R. Susanto Yth,
 
Terima kasih atas tantangannya. Sebelum pemformalan, saya Ir. Tjahjokartiko Gondokusumo (Civil Engineer) ingin memperkenalkan profesi saya. Saya bekerja pada Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi http://www.djlpe.go.id sebagai Perencana Fungsional {Madya) yang secara institusi jabatan saya dibina oleh BAPPENAS http://pusbindiklatren.bappenas.go.id. Secara profesi, pada dasarnya kami sudah tahu/ harus tahu permasalahan tentang pembangunan sosial dan ekonomi. Karena alasan etika perencanaan kami harus menghargai proses perencanaan. Singkatnya, perencana adalah bukan pemborong. Khususnya sebagai Perencana Madya saya membutuhkan identifikasi perencanaan secara formal. Kemudian saya harus menyiapakan metodologi yang diperlukan, memberikan berbagai alternatif untuk di putuskan sebagai the Alternatif (biasanya dana grant).
 
Saran saya adalah Bapak bekerja sama dengan PLTGU Pemaron dahulu untuk menetapkan permasalahan yang benar benar ingin mendapatkan jalan keluarnya. Sehingga kami dapat resmi melaksanakan demand side planning (maaf bukan demand side management yang sulit itu). Agar supaya PLTGU Pemaron dapat mencapai socialy optimal level.
 
Demikian sementara ini sambil menunggu cita cita rekan milis lainnya atau alternatif lain.
 
Hormat saya/ kami
Ir. Tjahjokartiko Gondokusumo
JFP-DJLPE


R Susanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Salam Sejahtera bagi Kita Semua,
 
Dengan terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden yang baru besar harapan kita untuk terwujudnya perubahan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua.
 
Persoalan-persoalan masa lalu yang masih banyak sekali belum ditemukan solusinya, mudah-mudahan secara bertahap secara bersama kita bisa selesaiakan.
 
Diskusi sampah belum tuntas, Listrik Pemaron dengan isu terakhir berkaitan dengan limbahnya yang tidak jelas, serta persoalan lainnya ....
 
Persoalan sampah kita simpan dulu sementara (sedang dicari alternatif komprehensif-nya, maaf!), kita diskusikan dulu soal listrik Pemaron!
 
Kalau tidak salah, saya termasuk pendukung untuk dibatalkannya rencana pembangunan PLTGU Pemaron, tapi kenyataan .....'kafilah' tetap berlalu walaupun 'anjing' menggonggong terus sampai serak dan 'kehabisan' suara
 
Bagaimana kalau kita rubah strategi agar 'kafilah' berkenan duduk bersama mau berbicara dan berdiskusi, demi kepentingan kita semua
 
Kenyataan fasilitas dan operasi PLTGU sudah berjalan, jika dibongkar bisa berarti dana investasi mubazir (belum potensi pihak-pihak yang terindikasi korupsi dan melakukan penyimpangan anggaran pembangunannya ikut menghilang), sementara pihak-pihak yang dirugikan (walaupun tidak sedikit yang diuntungkan) antara lain para pelaku industri wisata, wisatawan, dll. sudah kehilangan upaya untuk memaksa 'kebisuan' dari para 'kafilah' untuk segera diakhiri.
 
Bagaimana kalau kita rubah kondisi, kita buat kompromi untuk membuka dialog, agar bisa ditemukan solusi dari kondisi yang 'given' saat ini?
 
Saya minta maaf jika gagasan ini telah diupayakan sebelumnya, dan gagal karena 'kafilah' ndablek/mbeling/bandel/egois .... (kalau memang ndablek dan melupakan karmapala .... bunuh saja atau santet .... ha ..ha .. ha.. kita bisa urunan uang untuk menyewa pembunuh bayaran, murah kok ..... maaf .... di alam demokrasi dewasa ini sebisa mungkin kita perlu taat hukum & kepatutan ha..ha..ha..).
 
Hasil kompromi yang perlu didiskusikan antara lain :
 
1. Kita setujui keberadaan dan kehadiran PLTGU di Pemaron, asumsi para 'kafilah'
    mengenai pilihan lokasi & teknologinya kita dukung dengan catatan
2. Catatannya adalah :
    a. Kebisingan yang ditimbulkan, mohon secara teknologi bisa 'dihilangkan' (mungkin
        nggah sih, harus mungkin ....., biar mereka yang mikir (biar jadi proyek mereka
        saja ha ..ha..ha..., kan asyik setiap persoalan jadi proyek untuk memperkaya diri)
    b. Tidak diijinkan untuk terjadinya polusi, baik karena buangan PLTGU maupun akibat
        pengangkutan bahan baku PLTGU, dll., mereka harus membuka diri untuk mau dan
        harus mau memperlihatkan fasilitas pencegahan tsb. dan setiap saat kita boleh
        ikutan memonitornya atau mengaudit
    c. Pihak PLTGU Pemaron harus mengumumkan sesegera mungkin kepada publik
        secara luas (khususnya calon wisatawan) bahwa point a). & b). telah dilakukan
3. Fasilitas dan sarana PLTGU bisa dijadikan obyek wisata baru yaitu wisata teknologi
    (kan asyik Bali punya obyek wisata baru, canggih lagi). Wisata baru ini bisa untuk
    pendidikan masyarakat untuk mengenal teknologi, dll. maupun bisa berfungsi   
    sekaligus sebagai 'public relation' untuk menunjukkan kepada calon wisatawan bahwa
    PLTGU Pemaron akrab & ramah lingkungan
4. tolong tambahin lagi ya .....
 
Sementara sekian dulu, sehat, sukses & sejahtera selalu
7 U
 
R. Susanto
 


Gde Wisnaya Wisna <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dear All, dan khususnya untuk Bapak Sri P Sudarmo,
Menarik sekali dengan wacana yang disampaikan oleh Pak Sri
ini, yaitu terkesan bahwa diskusi kita selama ini hanya
dalam tataran "elit warga mailing list ini". Padahal ,
barangkali anggota kita bisa mencapai sekitar 50 orang
atau mungkin lebih. Dari yang sedikit ini, lebih sedikit
lagi yang tertarik untuk diskusi. Juga disebutkan
minim/tidak adanya keikut sertaan para tokoh masyarakat,
pejabat dll dalam diskusi yang berkembang. Lebih-lebih
juga masyarakat biasa, wah minta ampun deh, belum bisa
kita rasakan/ukur tingkat kegawatan masalah yang
didiskusikan di miling list ini. Jadi ada "gap", antara
permasalahan yang ditampilkan di milis ini dengan keadaan
sebenarnya. Demikian kan Pak Sri ?

Tapi, untuk kondisi ini, memang nampaknya demikianlah
fakta yang perlu kita maklumi. Barangkali, agar apa yang
diperoleh melalui diskusi di milis ini dapat mengalir
keluar dan menyentuh para tokoh masyarakat, pejabat yang
berkepentingan, ataupun pemerhati suatu masalah yang
kebetulan tidak terlibat dalam diskusi di milis ini, maka
perlu dari warga milis ini yang bersentuhan dengan masalah
tersebut menyampaikan kepada tokoh, pejabat atau pemerhati
tsb. Atau bisa juga, ketika suatu masalah sedang dibahas,
ajak mereka masuk sebagai member milis ini, daftarkan
mereka, dan dorong mereka untuk ikut urun rembuk.

Persoalan juga, bahwa bagi sebagian besar masyarakat kita,
internet masih menjadi barang mewah, apalagi diskusi di
milis. Namun demikian keadaan ini tentu saja
berangsur-angsur akan berubah, ketika sdm masyarakat sudah
meningkat dan biaya internet tidak lagi mahal. Jadi, kita
perlu bersabar Pak Sri, we are already on the right track,
eventhough it moves very slow.

Best Regards
Gde Wisnaya

On Thu, 30 Sep 2004 11:16:36 +0700
"Sudarmo, Sri P (Jakarta/DDG)" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
> Teman-teman SOS-Bali yang baik,
>
> selama ini diskusi melalui milis ini saya ikuti dengan
>cukup penasaran,
> walaupun pelaku yang menentukan tentunya adalah rekan2
>di Bali, dan dari
> Jakarta sini belum banyak yang bisa dilakukan.
>
> Banyak soal yang anda bahas selain pemulihan ekonomi
>sejak 12 Okt'02,
> juga proyek2 drainage, Pemaron, dan sewerage yang
>mestinya banyak
> berdampak pada kehidupan masyarakat. Terakhir,
>pencemaran minyak yang
> sampai sekarang tak jelas darimana.
>
> Tapi berbeda dari kegawatan yang terasa dalam
>email-email itu,
> sebaliknya begitu sedikit suara warga / komunitas
>setempat. Seperti
> pernah ditanyakan sebelumnya, apakah tak ada aktivis
>dari kalangan warga
> (misalnya tokoh adat, pemuda, kelompok pengusaha kecil)
>yang berminat
> untuk turut dalam diskusi ini? Apakah diskusi ini lepas
>dari concern
> masyarakat sehari-hari?
> Malah terasa seolah di masyarakat Bali belum tumbuh
>semacam sense of
> crisis. Ini nampak dengan kencangnya suara mendukung
>status quo selama
> Pilpres. Apakah masyarakat tidak tahu? Apakah tahu, tapi
>tak peduli?
> Apakah organisasi yang ada tidak efektif sebagai wadah
>penyaluran
> aspirasi dan pemecahan persoalan? Barangkali menjadi
>bagian dari 'PR'
> kita.
>
> Khususnya untuk menanggapi proyek drainage yang sedang
>jalan, proyek
> sewerage yang menunggu kepastian kapan bisa mulai lagi,
>dan berbagai
> kegiatan pembangunan wilayah Samigita di masa depan,
>warga Badung masih
> punya SIMKOTAKU. Saya melihat ini suatu sarana yang bisa
>sangat
> bermanfaat -- kalau memang dimanfaatkan.
>
> Maaf menyimpang sebentar dari soal tumpahan minyak di
>pantai Lovina yang
> lebih gawat ...
>
> Salam,
> Sri Probo S.
>
> -----Original Message-----
>From: Gde Wisnaya Wisna [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, September 30, 2004 7:36 AM
> To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
> Cc: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [sos-bali] Fwd: Weiterl.: Betreff: Re: Oil on
>Lovina Beach!!!
>
> Dear All,
> This is a forwarded letter from one of our mailing list
> members, and she wants to inform us concerning polluted
> beach in Lovina by oil.
>
> SALAM
> Gde Wisnaya Wisna
>
>
> --- the forwarded message follows ---
> =============================================
> Netkuis Instan untuk wilayah Bandung (kode area 022) -
>SD,SMP,SMA
> Berhadiah total puluhan juta rupiah... periode I dimulai
>1 April 2004
> =============================================
>
>
> --
> Bali In Danger, a Mailing List for people who concern
>with Bali Island
> See for further info.

SALAM
Gde Wisnaya Wisna
=============================================
Netkuis Instan untuk wilayah Bandung (kode area 022) - SD,SMP,SMA
Berhadiah total puluhan juta rupiah... periode I dimulai 1 April 2004
=============================================


--
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi : http://www.lp3b.or.id
Arsip : http://bali.lp3b.or.id
Moderators :
Berlangganan :
Henti Langgan :


Do you Yahoo!?
vote.yahoo.com - Register online to vote today!


Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Address AutoComplete - You start. We finish.

Kirim email ke