Yth. Bhagawan Dwija, Semeton Sareng Sami,

 Dengan rendah hati, perkenankan  saya mohon ijin menyampaikan tanggapan
atas 
posting Bhawagan, bahwa: " Di Konfrensi UNFCCC Nusa Dua ybl. masalah
pembangkit
tenaga listrik dengan bahan bakar fosil batu bara
tidak direkomendasikan karena menambah emisi carbon,
yakni Carbon dioxide (CO2) dan Nitrous oxide (N2O)".

Yang dipermasalahkan : bagaimana mengatur dan mengendalikan pemakaian
energi, 
agar tidak memacu dan meningkatkan pemanasan global. Batas emisi CO2
misalnya
tidak melampui tahun 1993.

Pengaturan dan pengendalian emisi gas rumah kaca (GRK) terutama lebih
ditujukan kepada 
negeri industri yang merupakan kontributor emisi utama GRK yang
dikeluarkan  sejak abad 
industrialisai dimulai. Karena itu Kyoto Protocol tidak memberikan
kewajiban pada negara
berkembang.

Pemakaian energi di dunia tahun 2006 misalnya didominasi  bahan bakar
fossil 84,5 % ( coal
27,6%, oil 34,8 %, gas 22,1%), biomass 10,6 % (juga ada beremisi GRK),
nuclear for 
electricity 2,2% dan hydropower 2,3%. Kalau pengembangannya terus
begini (business as 
usual) pemakaian bahan bakar fossil akan tetap besar porsinya. MENGINGAT
PENGGUNAAN 
BAHAN BAKAR FOSSIL MASIH   MERUPAKAN SOLUSI  RELATIF TERMURAH.
Karena itu kecenderungan ini perlu diubah dan diatur  kembali khususnya
diberlakukan bagi negara
industri yang banyak, besar  emisinya.

Konferensi ini lebih merupakan upaya penyusunan agenda  pembagian tugas,
pada tahap ini belum 
ketetapan, baru penjajakan kesediaan setiap negara untuk mengurangi
emisi tersebut.

Bagi negara berkembang yang  juga hidup dalam satu planet bumi juga
wajib memberi sumbangan
dengan cara misalnya:
- mengurangi pertumbuhan penduduk (KABE) karena jumlah penduduk besar
meningkatkan pemakaian
  energi yang akhirnya meningkatkan polusi,
- melakukan upaya penghematan energi, budaya hemat energi, switch on/
switch off, matikan listrik bila tak
  diperlukan, kurangi pemakaian motor misalnya,
- jaga lingkungan hidup, pelihara hutan, hutan tropis, paru-paru bumi
menyerap CO2.

Oleh karena itu mohon dimaklumi bagi negera berkembang yang miskin/
keterbatasan dana, teknologi, 
pilihan ekonomis masih tetap untuk dapat  memanfaatkan energi fossil
yang murah, artinya kita sadar 
mensyukuri karunia alam, ilahi . Tapi dampak lingkungannya tetap perlu
diatur dan dikendalikan. Pemakaian 
sumberdaya lain, hydro misalnya tetap  dilakukan kalau ekonomis. 

Konferensi ini tidak membatasi pemakaian fossil, asal diatur emisinya,
misalnya dengan upaya peningkatan
Efisiensidan penghematan. Ini yang ingin saya sampaikan. Jangan sampai
kita menghilangkan pilihan (option )
optimal memenuhui kebutuhan energi kita.  Energy as roads are keys  for
economic, social  development. 

Sekedar sumbangan pemikiran.
Inggih sapunika  dumun, matur  suksema . 

Nengah Sudja.
    

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of Bhagawan Dwija
Sent: Friday, January 04, 2008 9:04 PM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Re: konferensi iklim dan bakar batu bara


Salam kebenaran dan keadilan !

Di Konfrensi UNFCCC Nusa Dua ybl. masalah pembangkit
tenaga listrik dengan bahan bakar fosil batu bara
tidak direkomendasikan karena menambah emisi carbon,
yakni Carbon dioxide (CO2) dan Nitrous oxide (N2O)

Oleh karena Indonesia sudah meratifikasi Kyoto
Protocol maka bila melanggar akan terkena sangsi yang
cukup berat misalnya embargo ekonomi, dan berkurangnya
bantuan dari organisasi-organisasi dibawah naungan
PBB.

Pembangkit tenaga listrik yang dianjurkan adalah :
Micro Hydro, yakni menggunakan tenaga air. Untuk ini
Bank Dunia memberikan fasilitas kredit murah.

Demikian sekedar info
Bhagawan Dwija
-------------------------------------------------------

--- Kubu Lalang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Dear Pak Tjahjo dan teman,
> semoga semua sehat dan dengan bahagia masuk ke tahun
> baru!
> 
> Saya mau bertanya apakah Bapak jadi dapat bertanya
> Pak Gubernur tentang
> planning di Brongbong? Bagaimana jawabanya?
> 
> Saya dengan teman2 tahun yang lalu beli tanah di
> pantai Kalisada (sekitar 3
> km dari Brongbong...) dengan rencana membangun
> Kalisada Eco Village,
> kombinasi perusaha dan perumahan pribadi dengan
> fokus  - sustainable tourism
>  organic agriculture and sustainable living for
> residents and tourists.
> (waste water garden dari IDEP, sistem recycling
> sampah untuk Eco Village dan
> - on the longer run - untuk desa Kalisada,
> composting, alternative energy,
> reef project, river cleaning, tempat seminar, dll)
> Untuk sementara kami
> sudah 7 party, orang dari Bali dan seluruh dunia.
> Kami baru mulai dengan
> infrastructure seperti jalan dan bor untuk air.
> Kami pada saat ini bingun sekali dengar kabar PLN
> akan membangun pembangkit
> listrik bakar batu bara dengan modal dari Cina di
> daerah itu...Apalagi saya,
> sekarang saya dekat Pemaron...dulu berjuang,
> sekarang mau menjual perusaha
> disini dan pindah ke tempat lebih alami...Where can
> we still run to in
> Bali???
> 
> Masalah harga pembangun pembangkit listrik - ya,
> saya mengerti, batu bara
> relatif murah, tetapi jangan kami kalkulasi ongkos
> semantara saja,
> sebenarnya harus kalkulasi harga untuk climate,
> warisan untuk anaknya....
> banyak yang sekarang kelihatan murah jadi mahal
> sekali kalau kalkulasi yang
> benar...
> 
> Lagi satu bertanyaan untuk temanya - apakah ada
> teman yang tahu tentang
> biogas untuk produksi listrik atau punya experience?
> Di Europa sudah banyak
> yang pakai, banyak desa kecil yang sudah independent
> total dengan biogas
> including heating, sampai kembali mejual ke grid.
> Katanya sampah dari 10
> sapi bisa menunjukkan 1kw.
> Minyak dari grease trap juga bisa dipakai sampai 30
> % dari volume total. Itu
> sangat tertarik karena orang yang pakai waste water
> garden systems untuk air
> limbah sampai sekarang belum tahu kemana dengan
> minyaknya.
> 
> Itu saja dulu,
> Selamt Tahun Baru! dan selanjut berjuang melawan
> global warming!
> Salam,
> Silvia.
> 
> Silvia Binder and her team from
> KUBU LALANG
> International Restaurant and Beach Bungalows
> Pantai Tukadmungga - Lovina - Singaraja
> Bali
>  0062/362/42207
> +62 819 3309 6983
>  [EMAIL PROTECTED]
>  http://kubu.balihotelguide.com
> 
> -------Originalmeldung-------
> 
> Von: CHPStar
> Datum: 11/23/2007 8:40:51 PM
> An: bali@lp3b.or.id
> Betreff: [bali] Re: aksi greenpeace konferensi iklim
>  
> Mana dia koq web nya bilang "Sorry! We couldn't find
> that page! "
> bisa di ulang?
>  
> Yang pasti saya jadi bertanya apakah Pak Gubernur
> benar benar sedang
> kesulitan memanfaatakan SDM Perencana Pemerintah
> atau tidak percaya ?
>  
> Tjahjo-
> 
> kubu lalang <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>  
> Dear friends,
> Ayo ikutan aksi Greenpeace di Konferensi Iklim di
> Bali dengan mengirim pesan
> pada balon
> 
>
http://www.greenpeace.org/internatio..._campaign=bali
>  
>  
> As I heard yesterday that our governor was in
> Celukan Bawang and
> surroundings confirming a new power plant in
> Brongbong - di luar areal
> Celukan Bawang, my balloon message is:
>  
> Pak Governor - please say NO to coal power plant in
> Brongbong, North Bali!!!
>  
> Mereka mau pikin pelabuahan untuk cruise ship dan di
> sebelas, di desa
> Brongbong, power plant yang akan bakar batu bara
> dengan modal dari Cina...
> apakah ada teman di mailinglist yang punya informasi
> lebih tetap tentang
> planning itu? Katanya tanah sudah siap 30 ha di
> pantai yang sebelumnya sudah
> dibeli oleh orang pribadi untuk menjual ke PLN...
> Semua mgomong tentang global warming dan climate
> change, climate conference
> di Bali dekat, bagaimana orang politik di pulau
> ini???
> Bingun,
> Silvia.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. 
>  



 
________________________________________________________________________
____________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs


__________ NOD32 2759 (20080101) Information __________

This message was checked by NOD32 antivirus system.
http://www.eset.com

Kirim email ke