Pak Wijaya Kusuma,

Saya tertarik masalah Energy angin dan biodiesel, maaf desember kami tidak 
sempat 
berkunjung karena sibuk acara adat di kampung gesing Buleleng. Khusus untuk 
biodiesel, 
sy sudah berkoordinasi dengan Pak Ida Bagus Labda (beliau DPRD Karangasem dan 
Ketua 
LSM) yang berusaha membina tanaman dan budidaya jarak pagar, dan sy berusaha 
dalam 
pengolahannya. Sudah ada beberapa investor yang ingin bantu di budidaya dan 
permesinan 
secara terpisah. Mudah-mudahan dapat berlanjut, sehingga tanah-tanah kering 
seperti di 
tianyar, cempage, dll bisa menghasilkan yang lebih baik dan sekaligus bisa 
memperbanyak 
BBM yang ramah lingkungan. Sebetulnya bahan baku singkong juga bisa digalakkan 
di Bali 
dan sangat baik untuk biothanol.

Suksma
Made Wirata

--
Open WebMail Project (http://openwebmail.org)


---------- Original Message -----------
From: "WIJAYA KUSUMA" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <bali@lp3b.or.id>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tue, 8 Jan 2008 12:44:00 +0800
Subject: [bali] Re: konferensi iklim dan bakar batu bara

> Yth. Bapak Ibu semua,
> 
> Energi alternatif kini harus terus digalakkan. Saat ini saya di Teknik Mesin 
> Universitas Udayana telah mengembangkan energi alternatif dari biodiesel,
>  biogasoline, biobriket, biogas, dll.
> 
> Energi biodiesel dan biogasoline, memang perlu waktu, karena harus menanam 
> pohonnya dulu. Paling tidak butuh dana besar dan waktu lebih dari setahun 
> untuk menikmati hasilnya.
> 
> Energi biogas paling gampang, karena bisa berasal dari kotoran hewan maupun 
> sampah organik. Untuk 100 liter sampah/kotoran atau 200 liter slurry, setelah 
> waktu 16 hari, akan menghasilkan energi sebesar 26 kJ, serta mampu bertahan 
> sampai dengan 3 - 4 bulan. Artinya, yang punya sapi 3 ekor mampu untuk 
> memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri setiap hari.
> 
> Kalau dalam satu banjar/desa, setiap orangnya memiliki rata - rata 3-4 ekor, 
> maka mereka sudah tidak tergantung lagi pada energi dari luar. Akan tetapi,
>  biasanya yang memelihara sapi ini hidup di daerah kering. Untuk itu 
> pembuatan 
> biogas harus dilakukan pada saat musim hujan. Karena umur slurry bisa 
> bertahan 
> 4 bulan, maka tinggal manajemen pembuatannya, sehingga masyarakat yang 
> tinggal 
> di daerah savana/tandus bisa membuat biogas setiap 3 atau 4 bulan sekali.
> 
> Saat ini saya sedang mengupayakan agar umur slurry bisa bertahan 6 bulan,
>  sehingga masyarakat yang tinggal di daerah kering bisa bertahan dengan 
> pasokan energi tersebut.
> 
> Kalau biobriket, bisa dibuat dengan kemampuan energi yang lebih tinggi dari 
> batubara. Sebagai contoh, biobriket yang kami buat memiliki energi 33000 
> kJ/kg 
> nya, jauh di atas batu bara. Sedangkan untuk ekonomisasi, yang paling baik 
> adalah yang kandungan energinya 30000 kJ/kg, karena mudah dibuat, praktis dan 
ekonomis.
> 
> Mari kita lebih majukan energi masa depan ini (saya tidak suka dengan istilah 
> energi alternatif), karena kita dapat membuat dan mengontrol pergerakannya 
> dengan lebih baik.
> 
> Suatu saat, sepeda motor memakai biogas, PLN, Kapal dan mesin diesel memakai 
> biodiesel, kendaraan bensin memakai biogasoline, serta PLTU beralih ke 
> biobriket.
> 
> Salam,
> 
> Wijaya.
------- End of Original Message -------


--  
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi     : http://www.lp3b.or.id
Arsip         : http://bali.lp3b.or.id
Moderators    : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Berlangganan  : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>
Henti Langgan : <mailto: [EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke