Mengutip artikel dari link nusabali, Issue mega proyek pariwisata di
lombok yang akan menyaingi pariwisata di bali di kemudian hari, Issue
landasan pacu bandara di bali yang masih 3000 meter dan menurut pihak
Angkasa Pura I Pusat runway Bandara Ngurah Rai tidak akan diperpanjang
sebelum tahun 2025, sepertinya menarik untuk di angkat dijadikan bagian
dari program kampanye para kandidate gubernur bali yang sedang
bertarung untuk memperebutkan pengaruh rakyat bali. Bagaimanapun juga
Pariwisata dan Airport merupakan stimulus (pemicu) dari lapangan
pekerjaan masyarakat bali.



calon gubernur Winasa yang sejak menjadi bupati jembrana sudah
memperjuangkan pembangunan airport baru di bali di daerah jembrana
sebagai jawaban dari permasalahan bandara ngurah rai bali yang sudah
krodit dan runway nya pendek. Solusi serta keberanian Winasa 
kemungkinan akan mendapatkan dukungan suara significant dari para
pelaku pariwisata di bali pada umumnya. sayangnya, karena keinginan
calon gubernur Winasa membangun airport baru di bali barat mungkin akan
mendapatkan hambatan dari para penduduk bali selatan khususnya pelaku
wisata di denpasar yang sudah bertahun-tahun menikmati rejeki
pariwisata dari keberadaan bandara ngurah rai di denpasar.  calon
gubernur bali lainnya seperti Mangku Made Pastika ataupun Cokorda Budi
Suryawan mungkin perlu
ikut mengangkat issue ini jika ingin mendapatkan dukungan pelaku
pariwisata, salah satunya dengan memperjuangkan percepatan 
perpanjangan runway bandara ngurah rai yang sudah ada dari 3000 meter
menjadi 4500 meter, minimal seperti panjang runway airport baru di
pulau lombok yang 4500 meter. 



http://www.nusabali.com/opendoc.php?page=0&id=20598&date=2008-05-22%2021:34:57



Bali sebagai kawasan wisata internasional bakal mendapat saingan berat
dari daerah tetangga di masa datang. Ini menyusul rencana pengembangan
megaproyek pariwisata Lombok, yang bakal disulap seperti BTDC Nusa Dua,
Bali. Pihak BTDC (Bali Tourism Development Corporation) selaku
pengembang pariwisata Bali juga membenarkan rencana proyek tersebut. 




Megaproyek kawasan wisata elit di Lombok, NTB ini digarap investor
pengembang properti dari Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), yakni Emaar
Properties. Rencananya, pihak Emaar Properties akan memulai megaproyek
ini tahun 2008. Megaproyek lokasi wisata megah Nusa Dua ala Lombok ini
diperkirakan bakal menelan biaya 600 juta dolar AS atau sekitar Rp
5,446 triliun.



Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) BTDC, I  Made Mandra memperkirakan 
kawasan pariwisata mega di Lombok itu sudah bisa
dinikmati tamu, 3 tahun mendatang. Kawasan peristirahatan nan mewah itu
nantinya akan diisi vila, dan hotel berbintang lima ke atas. Sedangkan
pangsa pasar utamanya adalah wisatawan Timur Tengah. Diharapkan, dengan
selesainya pembangunan dan pengoperasian Bandara Internasional di
Penujak, Lombok Tengah, wisatawan dari Timur Tengah bisa langsung
terbang dari negaranya ke Lombok. Apalagi, jarak bandara internasional
ke lokasi wiasata mewah yakni Pantai Kuta dan Tanjung di Lombok itu
hanya sekitar 16 km. Ditambahkan Mandra, luas lahan yang akan dikembangkan jadi 
kawasan
wisata elite di Lombok seluas 1.175 hektare. Jadi, luasnya 4 kali kali
luas kawasan BTDC Nusa Dua, Bali.



Satu kendala bagi Bali untuk menggaet wisatawan manca negara
dalam jangka panjang jika tak ingin disalip ‘tetanganya’ itu, adalah
masalah bandara. Sekadar perbandingan, Bandara Internasional Penujak
(Lombok) akan dibangun dengan panjang runway (landas pacu) 4.500 meter.
Sedangkan Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, yang jadi kebanggaan
Bali, hanya punya runway 3.000 meter.
Dengan kondisi seperti ini, tidak mungkin bagi Bandara Ngurah Rai
melayani pesawat berbadan besar sepertu Air Bus. Sebaliknya, Bandara
Internasional Penujak bisa melayani pesawat berbadan besar yang
mengangkut lebih dari 500 penumpang.
Kondisi ini sudah lama dikeluhkan kalangan pelaku pariwisata di Bali.
Wacana untuk pengembangan Bandara Internasional Ngurah Rai pun sudah
digaungkan sejak 3 tahun silam, ketika isu pembangunan Bandara
Internasional Penujuk mulai merebak pada 2005. Setahun lalu, Wapres
Jusuf Kalla sudah menginstruksikan agar runway Bandara Ngurah Rai
diperpanjang menjadi 4.000 meter dari semula 3.000 meter. Namun, sesuai
rencana pengembangan yang dijalankan pihak Angkasa Pura I Pusat, runway
Bandara Ngurah Rai tidak akan diperpanjang sebelum tahun 2025.
Dengan dibangunnya bandara internasional di Lombok Tengah, sebagian
wisman kemungkinan akan langsung mendarat di Lombok, tanpa singgah ke
Bali. Apalagi, di wilayah NTB banyak kawasan wisata menarik. Dari sana,
turis bisa melihat Bali, termasuk keberadaan Pura Narmada.



Kalau 10 persen saja wisman yang mendarat di Lombok tidak meneruskan
perjalanan ke Bali, berarti pemasukan Bali akan hilang sekitar 170 juta
dolar AS per tahun. Asumsinya, sebagaimana pernah diungkapkan Menbudpar
Jero Wacik beberapa waktu lalu, sekitar 1,7 juta turis asing per tahun
diharapkan datang ke Bali. Hitung-hitungan bisnis, turis asing yang
masuk ke Bal rata-rata memberi pemasukan 1.000 dolar AS per orang, dari
belanja, penginapan, dan lainnya



modal paling mendasar bagi Bali jika ingin bersaing dengan Lombok,
tentu saja, harus mengembangkan Bandara Internasional Ngurah Rai yang
sekarang sudah krodit. Perluasan bandara, kata dia, menjadi satu
keharusan, sehingga pesawat pesawat berbadan besar bisa mendarat di
Bali. Selama ini, pesawat besar besar dari Eropa lebih banyak singgah
di Singapura. Maklum, runway (landasan pacu) Bandara Ngurah Rai hanya
sepanjang 3.000 meter, itu pun cuma satu runway. Padahal, untuk bisa
melayani pedawat besar seperti Air Bus, Bandara Ngurah Rai minimal
harus punya landasan pacu sepanjang 3.600 meter.




      __________________________________________________________
Gesendet von Yahoo! Mail.
Dem pfiffigeren Posteingang.
http://de.overview.mail.yahoo.com

Kirim email ke