Dear all,

Artikel di bawah ini (saya ambil dari situs tabloid-nakita.com) mungkin
berguna untuk mengetahui seluk beluk bentuk kepala bayi, yang kadang
terlihat peyang atau panjul. Misalnya, apakah itu perlu dicemaskan?

Salam,
Ayahnya Abghia

KOK, KEPALANYA PANJUL, SIH ?

Jika ibu melahirkan secara normal, wajarlah bila si kecil kepalanya panjul.
Pasalnya, bentuk kepala dipengaruhi oleh proses kelahiran. Lain hal bila
kepalanya peyang.

Jadi, Bu-Pak, bila bayi Anda memiliki kepala panjul sementara bayi tetangga
atau kerabat Anda kepalanya berbentuk bulat sempurna, kemungkinan besar
karena si tetangga/kerabat menjalani kelahiran lewat bedah sesar. "Bila ibu
menjalani bedah sesar dan kepala belum masuk ke panggul ibu, bayi lahir
melalui jalan yang lebih besar saat operasi sehingga kepalanya cenderung
akan berbentuk bagus, yaitu bulat," terang dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A
dari RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Tak demikian halnya dengan bayi yang lahir melalui partus pervaginam atau
proses kelahiran normal, "akan memiliki kepala yang sedikit memanjang,"
lanjut Irawan. Keadaan ini disebabkan kepala yang besar harus melalui jalan
lahir yang kecil sehingga tulang kepala harus melakukan penyesuaian yang
dalam istilah kedokteran disebut moulage (mulase).

BENGKAK DAN PANJUL

Lebih jauh dijelaskan Irawan, kepala bayi ketika lahir tak seperti kepala
setelah lahir. Sebelum lahir, antara tulang kepala bayi sebelah kiri dan
sebelah kanan seperti terbelah oleh "jahitan". "Jahitan" tersebut adalah
sutura (persendian tak bergerak yang menggabungkan tulang-tulang tengkorak)
yang berfungsi untuk mempermudah proses kelahiran. "Kepala ini sebenarnya,
kan, tulang. Jadi, sutura diciptakan untuk mempermudah proses kelahiran,"
jelasnya.

Sewaktu proses kelahiran, sutura akan overlapping, saling menindih sehingga
membuat kepala bayi mengecil. Dengan demikian, kepala bayi dapat melewati
panggul ibu yang sempit sehingga lahirlah si bayi.

Nah, bila proses kelahiran normal mengalami hambatan semisal bayi terlalu
lama di dalam panggul ibu, bisa mengalami seval hematom, yaitu pendarahan di
kulit kepala yang terjadi karena ibu terlalu lama menekan ketika proses
kelahiran, namun bayi tak keluar. "Darah itu, kan, kadang susah diserap oleh
kulit sehingga membuat kepala menjadi seperti panjul," terang Irawan. Kalau
ini yang terjadi, dokter pun tak bisa berbuat apa-apa kecuali mendiamkannya.
"Toh, lama-lama darah tersebut akan diserap sedikit demi sedikit dan sisanya
akan menjadi tulang." Tapi, tak usah khawatir, Bu-Pak. Hal ini tak berbahaya
karena pendarahannya terjadi di luar tulang kepala.

Pada kelahiran normal yang mengalami hambatan juga bisa terjadi kaput
suksedaneum di kepala bayi, yakni bila ibu terlalu lama mengejan sehingga
dari pembuluh darah keluar cairan yang merembes ke jaringan kulit kepala
bayi. Akibatnya, kepala bayi jadi bengkak atau panjul. Tapi Bapak dan Ibu
juga tak perlu khawatir karena hal ini tak akan berlangsung lama. "Kepala
bayi akan berubah ke bentuk normal dalam satu atau dua hari," kata Irawan
seraya melanjutkan, "Hal ini hampir sama dengan bayi lahir lewat pertolongan
ekstrasi vakum." Bentuk kepalanya akan lebih lonjong akibat bekas tarikan
tindakan tersebut. Namun kelainan bentuk kepala ini akan dapat kembali
normal dalam satu bulan setelah kelahiran.

KEPALA PEYANG

Bagaimana dengan bentuk kepala peyang ? Kalau yang ini, ujar Irawan, bukan
lantaran proses kelahiran. "Kepala peyang biasanya terjadi pada bayi-bayi
yang mengalami hipotoni atau kelemahan otot," jelasnya. Umumnya, posisi
tidur bayi yang selalu telentang karena lemas sehingga menyebabkan kepala
bagian belakang menjadi datar.

Biasanya para ibu akan menggunakan bantal peyang karena khawatir kepala
bayinya akan peyang. Menurut Irawan, bila bayi normal atau sehat, bantal
peyang sama sekali tak diperlukan. "Karena bayi yang sehat, pada saat tidur
pun akan menggerak-gerakkan kepalanya. Terlebih lagi bila umurnya sudah 4
bulan, misalnya, bayi sudah bisa tengkurap sehingga ia akan bolak-balik dari
tidur telentang ke tengkurap," terangnya.

Jadi, Bu-Pak, tak perlulah si kecil diberi bantal peyang bila ia sehat. Toh,
kepalanya tak akan jadi peyang. Lain halnya bila ia mengalami hipotoni,
"bantal peyang akan berguna karena kepala bayi ditaruh di tempat yang datar,
sehingga sedikit-banyak dapat membantu agar tak terlalu peyang," jelas
Irawan.

PERHATIKAN LINGKAR KEPALA

Sebenarnya, kata Irawan, bentuk kepala tak terlalu penting. Yang lebih
penting justru ukuran lingkar kepala karena menentukan proses perkembangan
otak bayi. "Bila bentuk kepalanya panjul namun lingkar kepalanya normal, ini
bukan masalah karena otak bayi akan berkembang dalam keadaan baik,"
terangnya. Ukuran lingkar kepala bayi yang normal kurang lebih 34 cm pada
saat lahir. Selanjutnya akan bertambah 2 cm pada 3 bulan pertama, 1 cm pada
3 bulan kedua, dan 0,5 cm pada 6 bulan selanjutnya.

Mengingat pentingnya ukuran lingkar kepala, Irawan menganjurkan agar orang
tua memantaunya secara rutin setiap 1 atau 2 bulan sekali sampai anak
berusia 2 tahun. "Akan lebih baik bila hasil ukuran yang didapat tadi,
secara telaten dibandingkan dengan grafik ukuran lingkar kepala dari Nelhaus
yang selalu terdapat dalam buku catatan bayi." Dalam buku tersebut biasanya
ada range atau kurve lingkar kepala. Bila kurve-nya masih dalam range yang
ada, berarti perkembangan kepalanya normal.

Jadi, bila dalam grafik terlihat kenaikan yang curam, berarti perkembangan
otak bayi tak baik karena perkembangan kepalanya terlalu besar atau dikenal
dengan istilah makrosefali. "Kelainan makrosefali sering disebabkan
peningkatan jumlah cairan otak atau istilahnya hidrosefalus," jelas Irawan.
Sedangkan bila perkembangannya terlalu kecil disebut mikrosefali atau
lingkar kepala yang kecil. "Mikrosefali mencerminkan perkembangan otak yang
terganggu, misalnya, pada bayi dengan infeksi kongenital ataupun akibat
gangguan saat proses persalinan," lanjutnya.

Deteksi dini adanya kelainan dalam ukuran lingkar kepala, tekan Irawan,
dapat memberikan tatalaksana yang optimal sehingga gangguan dalam
perkembangan anak dapat diminimalisir.

Namun demikian, ukuran lingkar kepala tak dapat diterapkan pada semua bayi;
terlebih pada bayi prematur karena ukuran lingkar kepalanya memang kecil.
Jadi, pada bayi prematur, normal saja bila ukuran lingkar kepalanya kecil.
"Tapi bagi bayi yang lahir lebih bulan dan cukup bulan, hal ini berlaku,"
ujar Irawan.

Bayi yang lahir lebih bulan, misalnya, akan memiliki lingkar kepala yang
kecil karena perkembangannya terhambat saat janin. Sedangkan bayi lahir
cukup bulan tapi kepalanya kecil, pasti ada gangguan nantinya. Mungkin dalam
satu atau dua bulan setelah kelahiran tak terlihat. Tapi, semakin besar dan
fungsi otaknya pun semakin kompleks serta penuh, maka akan terlihat si bayi
menjadi ketinggalan. Misalnya, hingga usia 3 bulan bayi masih berkembang
normal seumpama dapat tengkurap. Namun di bulan berikutnya ketika bayi lain
sudah bisa duduk, misalnya, ia mungkin belum bisa.

Itulah mengapa, Irawan menegaskan, ketika bayi lahir, ibu sebaiknya
mengetahui berapa ukuran lingkar kepala bayinya, "bukan malah bagaimana
bentuk kepalanya."

Jadi, Bu-Pak, tak usah risau dengan bentuk kepala si kecil. Meskipun panjul
atau peyang, yang penting ukuran lingkar kepalanya normal. Toh,
kecantikan/kegantengannya tak akan hilang hanya gara-gara bentuk kepalanya
tak bagus. Iya, kan!

Faras Handayani


UBUN-UBUN

Bapak-Ibu pasti tahu yang disebut ubun-ubun atau fontanela istilah
kedokterannya. Itu, lo, bagian kecil dari kepala bayi yang sangat lunak.
Saking lunaknya, tak jarang orang tua sampai bergidik bila harus
menyentuhnya dalam merawat bayi sehari-hari. Bahkan, ada yang tak berani
menyentuhnya sama sekali. Padahal, ubun-ubun sebenarnya tak selunak yang
kita bayangkan karena ia dilapisi oleh membran (selaput tipis jaringan yang
menutupi permukaan) yang cukup kuat. Jadi, sekalipun ubun-ubun sampai
terkena "tusukan" jari kakak si bayi yang ingin tahu, membran tersebut akan
mampu melindunginya.

Ubun-ubun terdiri dari 2 jenis, yaitu fontanela anterior dan fontanela
posterior. Fontanela anterior atau fontanela depan terletak di puncak kepala
bayi. Bentuknya seperti belah ketupat dan bisa mencapai lebar 5 cm.
Fontanela depan akan mulai menutup ketika bayi berusia 6 bulan dan akan
tertutup penuh ketika bayi berusia 18 bulan. Karena letaknya mudah terlihat,
keadaan fontanela ini biasanya bisa dijadikan beberapa indikator keadaan
bayi. Misalnya, fontanela anterior yang melesak ke bawah biasanya merupakan
tanda bahwa bayi sedang mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Jadi bila
melihat tanda ini sebaiknya bayi segera diberi cairan atau dibawa ke dokter.
Atau, fontanela yang menonjol terus dapat menunjukan adanya peningkatan
tekanan di dalam kepala. Ini juga segera membutuhkan perhatian dokter.

Sedangkan fontanela posterior terletak di belakang kepala dan bentuknya
menyerupai segitiga dengan diameter kurang dari 1,25 cm. Tak seperti
fontanela anterior, fontanela posterior tak gampang terlihat oleh orang
awam. Ubun-ubun ini biasanya akan menutup pada bulan ketiga.

Kegunaan ubun-ubun yang terlihat lunak sebenarnya ada dua, yaitu untuk
mempermudah proses kelahiran seperti yang sudah diutarakan di atas. Yang
kedua, agar otak dapat berkembang maksimal. Seperti diketahui perkembangan
otak paling pesat terjadi selama tahun pertama bayi.


----- Original Message -----
From: "Siska" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, December 20, 2002 2:25 AM
Subject: [balita-anda] Kepala Peyang


Dear Netters,

Ada yang punya pengalaman mengenai kepala peyang ??? (bentuk kepala tidak
bulat / simetris - miring kesamping).
Sebenarnya bisa dikembalikan ke bentuk yang simetris nggak ??

Terima kasih atas sarannya & maaf kalo pernah dibahas sebelumnya.
B'rgd  --  mamanya Bagas




---------------------------------------------------------------------
>> Parade Parcel Indokado 2002-2003 - Buy 10, Get One Free! ----> 
>http://www.indokado.com/parcel2002.html
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke