Halo Bunda Nisa,

anak saya ( 11 1/2 bulan )  kemarin juga panas (s/d 40), turun naik, radang
tengorok, pilek  plus batuk. sampai ke 3 DSA di Hermina Depok dan rawat
inap, setelah 2 hari dirawat panasnya turun normal, tapi batuk dan pileknya
masih ada. 3 hari kemudian panas lagi ( 38.5 ), memang hari itu saya keramas
pakai air hangat, saya bawa lagi  ke DSA yang ketiga diberikan 2 macam obat
puyer untuk antibiotik dan batuk+pileknya serta inhalasi lagi.
saya selalu simpan copy resep anak saya dan kayanya  untuk DSA yang ke-3 ini
jenisnya dalam masing - masing puyer banyak banget, tapi 3 hari setelah
minum obat itu anak saya pilek dan batuknya hilang sama sekali.tapi membaca
email mba dibawah ini mengenai kandungan antibiotik yang tercampur dalam
obat anak, saya jadi kepikiran...jangan - jangan DSAnya yang ke-3 ini kasih
dosis tinggi, kira- kira kita dapat tahu informasi  macam - macam antibiotik
itu dari mana dong mba  ?,jadi kan kita bisa lebih mudeng.
terus kemaren pas konsul saya sempet tanya mengenai obat panas, selama ini
anakku kan pake sanmol yang mana dosisnya kalau pas panas tinggi dikasih 0.9
- 1,2, dikasih tiap 4 - 6 jam sekali. apakah khasiatnya sama dengan tempra ?
dan dokternya juga sarankan kalau panasnya tinggi bisa dikasih 2 obat panas
berbeda misal sanmol dan proris. jadi misal jam 06.00 dikasih sanmol, kalau
panasnya masih tinggi 3 jam kemudian dikasih prorys dan jam 12.00 dikasih
sanmol lagi. Apakah ini benar ?
Terus dokter wati itu praktek di Hermina mana  dan presentasinya diadakan
kapan aja & dimana ?


maaf yah kepanjangan,saya tunggu jawabannya yah ?


Salam,
Mama Gerald
-----Original Message-----
From: Bunda Nisa [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, March 07, 2003 3:24 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [balita-anda] Anak Panas



Seminggu yang lalu anak saya yang pertama sakit panas, dan slalu aja
membingungkan saya. Panasnya sampai 40 derajat. Saya takut aja knapa-knapa.
Alhamdulilah hanya 2 hari aja. dan "hanya" diobatin dengan Tempra. Tadinya
saya emang khawatir banget, takut aja kalo sampe 40 lebih & takut kalo sampe
step/kejang. Tapi menurut dokternya, kalo si anak ini punya bakat step,
dengan panas 37 - 38 aja dia udah bakal kena step. Ya alhamdulilah aja hanya
dengan tempra dia bisa sembuh.
Begini rekans balita anda, ini saya sekalian sharing apa aja yang dibahas
oleh dr. wati waktu presentasi minggu lalu. Intinya sih sama dengan apa yang
saya ceritakan kepada rekans mengenai pemberian obat-obatan pada anaks.
Kebetulan dr. wati ini (juga dr. Ariyono dari RS Hermina) tergabung dalam
Rasional Use of Drugs Comittee. Selama ini dr. Wati selalu meminimize
pemberian obat-obatan kepada anaks & juga bayi, apalagi yang namanya
antibiotik. Menurut mereka, smua obat-obatan dapat merusak lever seseorang.
(Kebetulan lagi, dr. wati ini selain DSA dia juga pediatric hepatologist).
Intinya : 

- Pemberian obat-obatan kepada anaks & bayi harus seminimal mungkin, karena
pemberian obat-obatan yang sering kepada anaks & bayi akan merusak ginjal &
lever mereka. 

- Sebagai ortu kita harus kritis dan pintar dalam menangani anaks. Health
care seyogyanya jangan menjadi tanggung jawab dokter sepenuhnya, karena
dokter akan merasa full authority, powerful, bisa arogan. Konsep doctor
knows best kayaknya sudah usang. Cari dokter yang mau menerangkan, mau
berdiskusi, mau mendengar keluh kesah orang tua (orang tua bersama anak
lebih banyak dibanding dokter - karena itu - keluhan orang tua tdk boleh di
ignore.) Kita sebagai ortu jangan berpikiran bahwa Doctor = Magician. Habis
berobat ke dokter, dikasih obat trus HARUS sembuh. Hal ini yang membuat para
dokter kasih obat-obatan yang berat, biar tuntas (katanya...!!!), padahal
dikemudian hari akan merugikan anaks kita.... Kita berhak menanyakan kepada
Sang Dokter, obat apa aja yang akan diberikan kepada anaks kita. Kita berhak
nanya kegunaan obat tersebut. jangan sampai dalam 1 puyer terdapat 2 macam
antibiotik. Dan juga makanya kita harus mulai belajar mengenai obat-2an, apa
aja yang termasuk antibiotik, mana yang ringan, mana yang berat... (repot
juga ya... tapi buat anak kita why not ???) Karena yang terjadi saat ini,
dokter-2 yang pegang kendali. kadang kalo kita tanya macem-2 suka dibilang
cerewet lah, atau malah dibalik ("lho yang dokter khan saya, bukan anda
!!!"). Kita boleh kok bertanya kepada Komite tsb diatas yang kebetulan ada
di RSCM kalo kita ingin tau lebih banyak mengenai obat-obatan yang diberikan
kepada anaks kita. Saya sih biasanya kalo habis bertandang ke "lain hati"
selalu menginformasikan ke dr. wati ini, (copy resepnya di fax kan ke
beliau). 

- Suatu penyakit harus dapat didiagnosa dulu oleh dokter sebelum dokter itu
memberikan obat-obatan. Sebagai contoh, waktu anaks saya sakit batuk & pilek
gak sembuh-2 (karena diantara anaks saya ini selau bergantian sakitnya),
tapi saat saya bawa ke dsa yang lain for second opinion, anaks saya disuruh
melalui berbagai macam tes dari tes darah, mantoux, urine dll. (yang ada
dibenak saya, ada apa dengan anak saya padahal sakitnya cuman batuk pilek
tapi kok disuruh tes macem-macem). Belum lagi anaks saya diberikan berbagai
macam obat-2an yang tergabung dalam PUYER. 1 jenis puyernya aja ada 5 jenis
obat-2an, belum lagi puyer yang lain. Mau dikasih berapa macam obat ya anaks
saya. Padahal saat itu oleh dokternya ini belum tahu sakitnya anaks saya
(karena masih disuruh test macem-2). Karena saya ragu-2 saya tidak membawa
anaks saya ke lab tuk di test melainkan saya akhirnya memutuskan kembali
lagi ke dr. wati. Menurut beliau, "kemungkinan" dr yang sebelumnya ini
"menduga" anaks saya kena TBC. Tapi menurut beliau lagi, memvonis seseorang
terkena TBC itu tidak gampang. Karena harus dikonsultasikan juga dengan ahli
paru-paru. Dan juga apabila seseorang sudah divonis terkena TBC dia harus
minum berbagai macam obat-2an yang tidak boleh putus selama beberapa bulan.
Jangan hanya karena anaks sakit batuk gak sembuh-2 trus dia "diduga" terkena
TBC. Padahal ada banyak faktor yang mendukung seseorang itu batuknya gak
sembuh-2 salah satu faktornya bisa alergi (debu, AC, stuff toys, dll) dan
bisa juga seseorang itu punya asma. 

- mengenai imunisasi MMR yang dapat mengakibatkan autis, sampai saat ini
belum ada yang dapat membuktikan bahwa MMR dapat menyebabkan autis pada
anak. Yang mungkin terjadi adalah, dapat "memicu" timbulnya autis. hal ini
dapat terjadi karena adanya faktor genetik dari sang anak tsb. Jadi kita
melihatlah ke "belakang" apakah diantara keluarga kita ada yang terkena
autis ??? Faktor lingkungan juga mempengaruhi yaitu dengan adanya mercuri
disekeliling kita, bisa menjadi faktor pemicu seseorang terkena autis.

- Mengenai "panas" pada anaks, ada yang 3 hari, 5 hari & paling lama terjadi
sampai 2 minggu. Obat yang aman diberikan yaitu tempra atau panadol. 

Tapi tetep aja saya "panik" kalo anaks saya panas. Memang hanya saya kasih
tempra, tapi kalo gak ketemu dokter wati ini tuk dipriksa lebih lanjut,
rasanya saya belum tenang. Buktinya kamis pagi anak saya panas, siang ada
presentasi dr wati (& dijelaskan pula mengenai "panas" ini), tapi jumat
sorenya saya tetep aja maksa ketemu dokter wati. 

Apalagi ya.... banyak sih yang di "paparkan" oleh dr.wati ini karena mulai
jam 13.30 dan baru kelar jam 15.30. Mungkin mbak Lidia atau mbak Monik mau
nambahin ?? 

Mohon maaf kalo ada salah-salah kata ataupun salah-salah ketik.... Mungkin
kalo ada yang salah dan kurang dalam memaparkannya, mbak lidia ataupun mbak
monik saya harapkan "kehadirannya" tuk mengoreksinya..... 

Thanks.... atas waktunya...... dan maaf kalo kepanjangan...



---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! Tax Center - forms, calculators, tips, and more

---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke