Mba Noni, Hehhe Papa JJ emang misoa I... JJ stands for Jacqueline Joanne..anak kita...
----- Original Message ----- From: "Noni Mira Timotius" <[EMAIL PROTECTED]> To: "balita-anda" <balita-anda@balita-anda.com> Sent: Thursday, March 09, 2006 1:43 PM Subject: [balita-anda] kegagalan empati > Kegagalan Empati.. > > > > Alkisah di sebuah sekolah dasar, tercatatlah seorang siswa kelas satu. Sebut > namanya Iskandar. Ia anak konglomerat ternama. > > Bukan cuma bapaknya yang pedagang besar. Kakek moyangnya pun demikian. > Mereka adalah rezim saudagar terkenal sejak era abad pertengahan. Ketika > Pires berkata, ''Tuhan menciptakan Timor untuk pala, Banda untuk lada, dan > Maluku untuk cengkih,'' di sanalah kakek moyang Iskandar berperan. > > Iskandar masih menikmati warisan kebesaran itu. Ia bersekolah di SD unggulan > berstandar internasional dan bilingual, sekitar 2 kilometer dari rumah > (mobil senilai Rp 1 miliar yang ia pakai hanya mencatatkan perjalanan 4 > kilometer setiap hari). Seorang sopir dan ''baby sitter'' mengantar dan > menungguinya setiap hari saat ia belajar. > > Laiknya sekolah mahal dan unggulan lainnya, mengarang adalah pelajaran yang > diposisikan amat penting di SD tersebut. Anak-anak didik, sejak kelas satu, > sudah dilatih untuk mengekspresikan isi kepala mereka dengan kata-kata yang > tertata baik, namun dengan isi yang mencerminkan kebebasan pikiran. > > > Sampailah, suatu ketika, sang guru meminta siswa kelas I membuat karangan > tentang kehidupan keluarga yang sangat miskin di seberang benteng sekolah. > Sang guru, yang berasal dari keluarga menengah,berharap dapat menumbuhkan > empati anak-anak didiknya yang serba berada terhadap nasib kelompok lain > yang tak berpunya. Iskandar masih kelas satu SD. Tapi, ia penulis yang > andal. Ia sefasih bapaknya saat harus melontarkan kata-kata. Ia pun secerdas > ibunya saat harus membuat hitung-hitungan dan perbandingan. > > Ia menulis, seperti saran gurunya, dengan penuh perasaan. ''Menulislah > dengan hati,'' begitu kata-kata sang guru yang selalu ia ingat. Lalu, dengan > sesekali menerawang dan membayangkan kehidupan keluarga miskin, Iskandar > menggoreskan pinsilnya dengan huruf-huruf yang belum sempurna benar. Ia > menamai tokoh dalam karangannya sebagai Pak Abu. > > ''Pak Abu,'' tulisnya, ''adalah orang yang sangat miskin. Benar-benar > miskin, sampi-sampai pembantunya juga miskin, sopirnya miskin, dan tukang > kebunnya pun miskin.''''Karena sering tak punya uang, Pak Abu jarang > membersihkan kolam renang di rumahnya. Ia juga hanya bisa memelihara > ikan-ikan kecil di akuarium seperti lou han yang makannya sedikit, tidak > seperti arwana dan koi di rumahku. Kucing siam punya Pak Abu juga kurus, > soalnya kurang makan. Ayam yang ia pelihara juga yang kecil-kecil, jenis > kate.'' > > Iskandar yang berpikir bebas menulis karangannya itu dengan penuh haru. Ia > sesekali mengernyitkan dahi. Ia berpikir dirinya tak mungkin bisa > menanggungkan kemiskinan seperti yang terjadi pada keluarga Pak Abu. > Alangkah malangnya keluarga Pak Abu, pikirnya. Jangan-jangan anak-anaknya > harus berebut saat bermain PS2, karena alat permainan itu hanya ada satu di > ruang keluarga. Lain dengan di rumahnya, setiap kamar ada. Di kamar > Iskandar, di kamar kakak-kakaknya, bahkan di kamar ibu-bapaknya . > > Sopir dan pembantu Pak Abu pun, pikirnya, pasti sedih karena tidak seperti > pembantu dan sopir dirinya. Iskandar membandingkan handphone yang dipegang > sopir dan pembantu Pak Abu mungkin jenis monophonic yang ketinggalan zaman, > lain dengan handphone pembantu dan sopirnya yang polyphonic dan bisa kirim > MMS. > > Ia membayangkan kepala urusan dapur di rumah Pak Abu mungkin hanya bisa > belanja di pasar yang becek atau supermarket kecil di perempatan jalan. > Padahal, pembantu di rumahnya sangat biasa berbelanja ke hypermarket Prancis > dan mal-mal. ''Anak-anak Pak Abu,'' tulisnya dengan empati penuh, ''kalau > liburan tidak bisa ke Eropa atau Amerika seperti aku. Mereka hanya bisa > berlibur ke Bali. Itu pun pakai pesawat yang murah, low cost carrier.'' > > Terserahlah, Pembaca, Anda mau bekomentar apa tentang cerita itu. Saya hanya > mau menyampaikan sebuah kegagalan empati. Bukan karena orangnya tidak tulus, > tapi ia memang tidak memiliki pengalaman yang memadai tentang dunia di luar > dirinya. Iskandar adalah wakil dari kegagalan itu. > > > Saya kembalikan kepada Anda kisah-kisah di luar. Masih teringat saat seorang > menteri berkata, ''Kalau tidak mampu membeli elpiji, ya jangan gunakan > elpiji,'' apa komentar Anda? > > Bagi saya, itu adalah kegagalan empati. Mungkin karena sekadar kurangnya > wawasan dia tentang penderitaan, mungkin juga karena kemalasan melihat dunia > luar. Bayangkan setelah si menteri berkata seperti itu, harga minyak tanah > melambung tiga kali lipat. Kita tentu tak berharap pejabat itu akan berkata, > ''Kalau tidak mampu beli minyak tanah, jangan gunakan minyak tanah.'' Lalu, > ketika harga beras melonjak sekian kali lipat, ia pun berpidato lagi, > ''Kalau tidak mampu beli beras, jangan makan nasi.'' > > Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain. Di dalamnya > tercakup kecerdasan emosional dan sosial. Nah, jika Anda berempati kepada > orang miskin, maka Anda akan memerankan diri sepenuh perasaan sebagai orang > miskin. Persoalannya, apa fantasme Anda tentang kemiskinan? > > > > Penguasa kolonial mendefiniskan kemiskinan sebagai buah kemalasan. Saat > mendengar kata ''miskin'', mereka teringat pada kerbau yang hanya bergerak > kalau dipacu dan lebih suka berkubang di lumpur hitam. > > Pemerintah kita mendefinisikan kemiskinan sebagai hasil perhitungan dari > sebuah nilai subsidi. Maka, ditemukanlah angka penghasilan Rp 175 ribu > sebagai batas kemiskinan. Kurang dari angka itu berarti miskin dan berhak > mendapat santunan Rp 100 ribu. Persoalannya, orang yang berpenghasilan di > antara Rp 175 ribu dan Rp 275 ribu masuk kategori apa? Tidak jelas, kecuali > satu hal: Mereka kini menjadi penduduk termiskin di negeri ini. > > > > Selamat Pagi dan Selamat Bekerja....Selamat Mengucapkan Syukur Pada Sang > Pemberi Rejeki & Tuhan Memberkati > > > > > > > > > > ================ > Kirim bunga, http://www.indokado.com > Info balita: http://www.balita-anda.com > Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] > > ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]