Emang banyak orang kite yang demam dan ingin kayak orang-orang sono
bule amrik biar dibilang orang yang modern.


2006/4/13, andi <[EMAIL PROTECTED]>:
> Playboy dan Dunia yang Tercengang
>
>
>
>
>
> ''Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia mulai mengedarkan Playboy,
> sebuah majalah porno asal Amerika,'' bunyi teras berita harian Al Rayah,
> Qatar, pekan lalu. Judul yang dipampangnya pun bombastis, ''Negeri Muslim
> Terbesar di Dunia Terbitkan Majalah Playboy.''
>
>
>
> M A L A Y S I A
>
>
>
> ''Kita tidak akan menoleransi siapa pun yang mencoba menyelundupkan Playboy
> Indonesia ke sini,''
>
> maksimum 20 ribu ringgit, dan atau hukuman maksimal tiga tahun untuk para
> penyelundup Playboy atau barang berbau pornografi lainnya.
>
>
>
> Bea dan Cukai negara itu memberlakukan pemeriksaan ketat terhadap para
> pendatang dari Indonesia. Tidak hanya orang Indonesia, tetapi terutama warga
> Malaysia yang baru pulang dari Indonesia.
>
>
>
> Playboy versi Indonesia KECERDIKAN GAYA LAMA saat ini sedang berselimut,
> sebelum membuka jati diri pada saatnya kelak.
>
>
>
>   Sehari setelah Playboy Indonesia terbit, Sabtu (8/4) lalu Hugh Hefner,
> pendiri 'kerajaan' Playboy itu, berulang tahun ke-80. Bertelekan pada sofa
> berlapis bulu tebal, dikelilingi ratusan model yang hanya berbalut bikini
> (BH), sementara sampanye dan kaviar tak henti mengaliri tenggorokan, Hefner
> terlihat sangat bungah di mansion bergaya Gothiknya di Los Angeles, Amerika
> Serikat.
>
>   Tentu bukan karena seorang gadis pirang membantunya memotong kue dan
> menyuapinya sepotong demi sepotong. Prosesi itu pasti terlalu lumrah, bahkan
> membosankan, di usianya yang menginjak delapan dekade. Ada hal lain yang
> seharusnya membuat kakek berpiyama sutra itu bergirang hati.
>
>   Benar atau tidak, yang pasti pada ulang tahun ke-80 itu Hefner memperoleh
> 'kado istimewa', persembahan Erwin Arnada dan kawan-kawan dari Indonesia.
> Hefner sangat layak bergembira. Revolusi seks yang dipeloporinya sejak
> 1950-an, berhasil menaklukkan Indonesia, salah satu negeri Muslim terbesar
> di dunia.
>
>   Bukankah kini Hefner, dalam usia yang secara logika telah di rembang
> petang, bisa menyatakan diri sukses membuat gaya hidupnya menjadi universal,
> merambah hingga pojok-pojok dunia yang tadinya dianggap paling musykil
> sekalipun? Siapa akan membantah, keberhasilan Playboy terbit di Indonesia --
> meski dengan kemasan tak terlalu vulgar -- merupakan sukses besar bagi
> imperium bisnis Playboy.
>
>   ''Ini merupakan momen spesial, karena ultah ke-80,'' kata Hefner dalam
> sebuah wawancara televisi. Meski tak menyebut Indonesia, Hefner menambahkan,
> ''Saya tidak pernah merasa sebaik ini.''
>
>   Wajar saja, karena mungkin 'Mr Playboy' merasa menemukan tempat untuk
> memulai eksperimen baru. Sebagaimana dikutip AFP yang meliput pesta semalam
> suntuk itu, Hefner memang telah menggerakkan perubahan baru di masyarakat
> Barat. Betapa permisivitas, keserbabolehan, telah dimulai ketika pemuda Hugh
> Hefner merancang majalah pertamanya itu pada 1953. Setelah itu, revolusi
> seks pun bergulir tak tertahan, bahkan tidak terduga oleh Hefner.
>
>   ''Ada tiga penemuan besar dalam sejarah kemanusiaan,'' kata Hefner, suatu
> kali. ''Penemuan api, roda, dan ...Playboy,'' katanya, setengah berkelakar.
>
>   Di lain pihak, wajar pula jika dunia Islam -- bukan hanya Indonesia --
> tercengang dengan lolosnya Playboy di negeri ini. ''Negara berpenduduk
> Muslim terbesar di dunia mulai mengedarkan Playboy, sebuah majalah porno
> asal Amerika,'' bunyi teras berita harian Al Rayah, Qatar, pekan lalu. Judul
> yang dipampangnya pun bombastis, ''Negeri Muslim Terbesar di Dunia Terbitkan
> Majalah Playboy.''
>
>   Sementara, situs harian Arab Saudi, Al Watan, menulis dengan judul lain,
> ''Banyak Protes Atas Penerbitan Playboy Indonesia''. Tetapi, intinya tetap
> bernada cemas. Lihat saja mereka menulis, ''Dikhawatirkan majalah porno itu
> akan berkembang sebagaimana di negara asalnya, meski pada edisi pertama
> Indonesia itu tidak terdapat gambar telanjang,'' tulis Al Watan.
> Kekhawatiran itu juga tecermin di harian Jordania, Al Ra'yu. ''Edisi pertama
> itu memang tidak memuat gambar porno. Tetapi, semua tahu itu majalah porno.
> Langkah sengaja pada edisi pertama itu tampak merupakan kecerdikan
> penerbitnya,'' tulis Al Ra'yu.
>
>   Kekhawatiran itu bahkan telah merebak ke negara tetangga, Malaysia. Hanya
> sehari setelah terbitnya Playboy di Indonesia, pihak Bea dan Cukai negara
> itu memberlakukan pemeriksaan ketat terhadap para pendatang dari Indonesia.
> Tidak hanya orang Indonesia, tetapi terutama warga Malaysia yang baru pulang
> dari Indonesia.
>
>   ''Kita tidak akan menoleransi siapa pun yang mencoba menyelundupkan
> Playboy Indonesia ke sini,'' kata Dirjen Bea Cukai Malaysia (KDRM), Datuk
> Abdul Rahman Abdul Hamid. Abdul Rahman berjanji, pihaknya akan menerapkan
> hukuman berat, berupa denda maksimum 20 ribu ringgit, dan atau hukuman
> maksimal tiga tahun untuk para penyelundup Playboy atau barang berbau
> pornografi lainnya.
>
>   Ia juga menyatakan, pemeriksaan ketat itu diberlakukan pada setiap pintu
> masuk menuju Malaysia, antara lain, Bandara Internasional Kuala Lumpur,
> Bandara Bayan Lepas, Pulau Pinang, serta Bandara Sutan Ismail di Senai,
> Johor. Bagi pendatang lewat laut, mereka akan diperiksa di Pelabuhan Malaka,
> Pelabuhan Stulang, Johor, serta semua pelabuhan yang ada.
>
>   Layakkah kekhawatiran itu? Di luar pemeriksaan ketat, praktisi media
> senior, Farid Gaban, menyepakati hal tersebut. Farid, yang gigih
> mempertahankan sikapnya bahwa Playboy tidak hanya sebuah majalah, melainkan
> gaya hidup, juga mempertanyakan keistimewaan yang diperoleh Playboy
> Indonesia untuk 'tampil lain'.
>
>   ''Membeli franchise sebuah majalah asing, setahu saya, tidak semata
> membeli brand tapi juga serangkaian standard operating procedure (SOP): tata
> cara beroperasi secara bisnis, dalam pemasaran, penyajian, bahkan dalam
> keseluruhan corporate culture,'' tulis Farid dalam sebuah polemik di dunia
> maya. Hal itu, menurutnya, berlaku sebagaimana McDonald's, Starbucks, atau
> National Geographics Indonesia.
>
>   Jadi, menurut Farid, bagaimana Playboy Indonesia bisa demikian istimewa
> untuk keluar dari corporate culture Playboy, seperti tecermin dari pesta
> ulang tahun Hefner tadi?
>
>   Atau, benar sebagaimana kekhawatiran banyak pihak. Playboy versi Indonesia
> saat ini sedang berselimut, sebelum membuka jati diri pada saatnya kelak.
>
>
>


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke