sharing aja
saya baru aja operasi senin kemaren (24 April 2006)
karena ada benjolan di payudara kiri yg gedenya se bola ping-pong
awal terdeteksi th 2004, karena waktu tiduran kerasa ada benjolan
tapi kalau duduk/berdiri gak teraba oleh tangan juga tak berasa skit

tapi setelah melahirkan anak ke-4
dan pada saat my anggya berusia 5 bulan, dia gak mau ASI lagi
aku curiga
dan makin kesini, ada rasa nyeri yg durasinya sekitar 10-15 menit

langsung aja aku ke dokter-ku yg dulu di RS Onkology Surabaya
operasi deh, alhamdulillah sekrang dah mendingan
masih rada lemes dan pusing
payudaraku masih di kasih selang (gak tahu istilah  kedokterannya apa)
selang itu gunanya untuk mengeluarkan cairan dr payudaraku
Insya Allah, jumat sore selangnya diambil

ini ada cerita dari milis sebelah, kali aja bermanfaat:
 Dari Milist tetangga, buat sharing..

Friends,

Aku mau sharing pengalaman adik-ku nih. semoga bermanfaat bagi semua yang
baca.

Adikku mulai merasakan ada benjolan di payudara kiri sekitar awal 2003. Pada
bulan mei 2003, dia periksa ke dr. Sutjipto, ahli bedah di RS Dharmais,
Slipi.
Setelah di USG, dr. bilang tidak apa2, itu hanya  berupa kelenjar air susu
yang membengkak yang mana nantinya akan menghilang setelah menikah, punya
anak  dan menyusui. (catatan: kesalahan kami adalah tidak  melakukan
pemeriksaan ke dr lain karena logika
mengatakan seharusnya dr di RS Dharmais yang memang special untuk kanker
tidak mungkin salah mendiagnosis).

Bulan Januari 2004, adikku menikah. Juni 2004, dia  mengandung anak pertama.
Oktober 2004 (usia kandungan  +- 4 bln) masih sempat kontrol ke dr. sutjipto
di Dharmais (kali ini tidak di USG), diagnosis dr masih sama seperti
diagonis pertama.

Anak pertama lahir awal April 2005, produksi air susu sedikit hanya cukup
untuk menyusui selama 3 bulan.adikku merasa benjolan membesar, bukannya
hilang seperti kata dr.

Bulan Nov 2005 (kondisi hamil anak ke-2 bulan ke-3),  adikku kembali konsul
ke dr. yang sama di Dharmais. Hasil USG benjolan berukuran 1,89 x 1,8 x
1,76. Diagnosis dr. berubah menjadi tumor kelenjar lemak. Disarankan untuk
dilakukan pengangkatan tumor sebelum
usia kandungan 6 bl dgn alasan lewat bln ke-6, hormon sudah mulai
memproduksi air susu sehingga akan mempersulit proses penyembuhan luka. dr.
tidak tahu tingkat keganasan tumor, hal ini akan dicek setelah dilakukan
pengangkatan.

Mengingat adikku sedang hamil, kita takut pembiusan pada saat operasi akan
mempengaruhi pertumbuhan & kesehatan janin, selain itu alasan dr jgn lewat
bl ke-6 adalah untuk proses penyembuhan luka, maka kita memutuskan untuk
menunda operasi setelah bayi lahir.
(Catatan: dr. tidak pernah mengatakan bahwa kehamilan dapat memicu sel2
jahat tersebut bekerja lebih cepat).

Bulan Maret 2006, kebetulan adikku ke Singapura, atas desakan suaminya, dia
melakukan pemeriksaan di Mt.E. Oleh dr Wee Siaw Bock, ahli bedah spesialis
kanker payudara, dilakukanlah "neddle test" yang katanya sih semacam
pengambilan cairan di benjolan dgn menggunakan jarum super halus untuk
ditest di lab. Hasil lab: 90% mengarah ke kanker ganas.

Untuk lebih meyakinkan lagi disarankan untuk dilakukan biopsi. Adik saya
sempat shock, tapi setelah  diyakinkan oleh dr bahwa biopsi tidak akan
membuat kanker itu menyebar seperti yang dikhawatirkan oleh orang awam, maka
adikku setuju, maka dilakukanlah "trucut biopsi". Hasil biopsi : kanker
payudara ganas dengan tingkat  penyebaran 3 of 3 berdasarkan "Bloom &
Richardson Grade".  (Catatan: ada juga dr yg bilang bahwa biopsi dpt memicu
sel kanker bekerja lebih cepat dan menyebar)

Saran dr adalah secepatnya dilakukan pengangkatan dgn beberapa opsi berikut:
Opsi 1:
 angkat keseluruhan payudara, bayi ddipertahankan. kemoterapi baru dilakukan
setelah bayi lahir.

Opsi 2:
tunggu sampai bayi siap dilahirkan (+- 35 mgg kehamilan), dilakukan caecar
sekaligus operasi penangkatan benjolan saja, payudara dipertahankan,
langsung menjalani kemoterapi.
(Catatan: usia kandungan pada saat itu +- 27 mgg)

Kita mencoba mencari pendapat dr lain. Oleh salah seorang kenalan,
direferensikan dr. Lie, kepala bagian bedah RS Husada. (dr. Lie sendiri
adalah spesialis bedah jantung).

Aku membawa hasil lab di Sing ke dr. Lie sedangkan adikku konsul by phone
(adikku tinggal di jambi setelah menikah). menurut dr Lie, seharusnya
benjolan itu sudah dibuang dari pertama kali muncul karna benjolan apapun
dipayudara bisa membahayakan dikemudian hari apalagi jika sedang hamil,
hormon2 di tubuh akan mempercepat proses perkembangbiakan sel jahat.

Dari konsul ini dr. Lie memberikan 4 opsi:
1. tunggu bayi lahir normal baru dilakukan tindakan  terhadap benjolan (
opsi ini tidak direkomendasikan)
2. angkat payudara, bayi dipertahankan, tunggu bayi  lahir baru kemoterapi
(juga tidak direkomendasikan)
3. bayi dilahirkan prematur scr caecar sekaligus angkat payudara,
dilanjutkan kemoterapi (harus  konsultasi dgn dr. kebidanan mengenai
kesiapan bayiuntuk dilahirkan prematur)
4. dilakukan "frozen section", yaitu operasi dilakukan oleh 1 team dr, yg
terdiri dari dr. bedah, de. kebidanan, ahli patologi, dll. pertama dilakukan
penangkatan benjolan, kemudian langsung dianalisa oleh patologi untuk
meyakinkan hasil biopsi. jika sudah menyebar, payudara langsung diangkat dan
bayi lahir prematur. Jika belum menyebar, payudara dan bayi
dipertahankan.

dr.Lie menyarankan adikku untuk datang ke jkt untuk konsul langsung,
keputusan jadi tidaknya operasi adalah hak adikku, tidak ada keharusan untuk
op di Husada.

Beberapa hari kemudian adik saya ke jakarta untuk pemeriksaan lbh lanjut dgn
dr. Lie.
Hasil USG benjolan menunjukkan bahwa benjolan lebih besar dari hasil USG
sebelumnya.

Hasil USG Janin menunjukkan bahwa bayi belum mampu untuk bertahan hidup jika
dilakukan caecar pada saat itu.

Hasil konsultasi dr. Lie dgn teamnya, menganjurkan pengangkatan payudara
secepatnya, kemoterapi dilakukan setelah janin cukup matang untuk
dikeluarkan secara
caecar. (Catatan: opsi ini sebenarnya tidak  direkomendasikan oleh dr. Lie
tetapi melihat hasil USG
yg menunjukkan benjolan membesar, ditakutkan jika  ditunggu, akan makin
menyebar. alasan dr mengambil opsi ini: dgn membuang induknya lebih dulu,
sel2 yang tersisa akan terhambat perkembangannya. ini akan memberi kita
waktu sampai bayinya cukup safe untuk caecar.

Adikku memilih untuk bertahan sampai bayinya cukup umur, karna takut jika
dilakukan op payudara sekarang, janin akan terpengaruh pembiusan.

Sekarang sudah lewat 3 minggu, adikku rencana untuk konsul ke kebidanan 2
minggu lagi, jika janin safe, maka akan dilakukan op. Sementara menunggu
kami hanya bisa berdoa.


Kesimpulan yang aku dapat dari pengalaman ini adalah:

benjolan di payudara, sekecil apapun, walaupun oleh dr dikatakan tidak
berbahaya, sebaiknya segera angkat karena dikemudian hari dia bisa berubah
menjadi jahat.
mumpung masih kecil, proses op juga tidak susah.

tidak ada kepastian apakah biopsi itu dapat membuat sel kanker menyebar
lebih cepat atau tidak. Ada dr yang bilang ya, ada juga dr yang bilang
tidak. tapi  satu hal yang pasti "neddle test" tidak membuat sel  kanker
menyebar.

kehamilan dapat memicu sel kanker bekerja lebih aktif.

jangan percaya hanya pada pendapat 1 dr, selalu cari pendapat dr lain pada
setiap jenis kasus penyakit. karena 1 pendapat saja dapat menyesatkan kita
seperti kasus adikku ini.


Bagi yang sudah meluangkan waktu membaca, terima kasih dan tolong
disebarluaskan ke teman, saudara, pacar, ibu, istri ataupun putri anda.
Jangan sampai mereka terlena oleh diagnosa dr.

GBU
_____


regards
enggar-surabaya

Kirim email ke