kayak gini nih yang kagak boleh ama agama. Tanyakan pada hati nurani
sendiri, sebenarnya keinginan beristri muda itu karena apa seh???? nanti
ketemu jawabannya, haruskah beristri kembali?
On 11/17/06, Noni Mira Timotius <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ***********************
> No virus was detected in the attachment no filename
> No virus was detected in the attachment no filename
>
> Your mail has been scanned by InterScan.
> ***********-***********
>
>
> yeah... sikap adilnya itu yang susah :-)
>
> ada orang yg aku kenal nih...
> sang suami berpoligami dan lebih banyak menghabiskan waktu (dan uangnya
> tentu) bersama istri kedua, sementara istri pertama dan anak2 dari
> istri
> pertama ditinggal begitu aja di rumah lama.
> setelah bbrp tahun, sang suami sakit (stroke) sehingga kehilangan
> pekerjaan
> dah gitu, si suami balik lagi ke rumah istri pertama, dan istri pertama
> lah yang akhirnya merawat sampai si suami meninggal bbrp tahun
> kemudian.
> Selama periode sakit sampai meninggal itu, sang istri kedua gak pernah
> nongol sama sekali
>
> gimana tuh kalo udah begitu?
>
>
> ----- Original Message -----
> From: Hidayat
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Sent: Friday, November 17, 2006 11:22 AM
> Subject: [balita-anda] Fw: Psikologi Poligami. was : OOT - Ungkapkan
> Cinta, Istri Hadiahkan Suami Istri Kedua
>
>
> ***********************
> No virus was detected in the attachment no filename
>
> Your mail has been scanned by InterScan.
> ***********-***********
>
>
> Berikut saya fwd dari milis lain. kayaknya topiknya relevan.
>
> Dayat.
> ----- Original Message -----
> From: "agussyafii" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <daarut-tauhiid@yahoogroups.com>
> Sent: Tuesday, August 29, 2006 10:34 AM
> Subject: [daarut-tauhiid] Psikologi Poligami
>
>
> > Psikologi Poligami
> > Poligami sesungguhnya merupakan fitrah hidup, artinya dibenci dan
> > dimusuhi seperti apapun praktek poligami selalu ada. Pada
> > masayarakat Barat yang melarang poligami secara hokum, maka
> > prakteknya banyak suami punya wanita selingkuhan. Jika ada kelompok
> > wanita yang memiliki seterotip kepada laki-laki dengan mengatakan
> > dasar laki-laki nggak boleh lihat jidat licin, maka perlu diketahui
> > bahwa semua isteri muda adalah perempuan juga. Artinya pada sebagian
> > perempuan, poligami merupakan jalan keluar, apaboleh buat menjadi
> > isteri kedua daripada tidak.Dalam hidup tidak semua yang kita terima
> > itu yang kita inginkan. Inginnya menjadi isteri satu-satunya, eh
> > malah jadi isteri ketiga.
> >
> > Agama Islam menempatkan poligami sebagai pintu darurat, bukan pintu
> > yang selalu terbuka, maknanya ada memang lelaki tertentu yang
> > memiliki potensi lebih, yang tidak cukup dengan satu isteri, atau
> > ada kasus, yang mengantar poligami menjadi solusi, misalnya
> > isterinya mandul. Islam menyalurkan fitrah manusia dengan aturan dan
> > etika. Etika bagi laki-laki yang apa boleh buat menjalani poligami,
> > ia harus berlaku adil terhadap isteri-isterinya meski adil itu
> > sangat berat. Ada orang yang berpoligami secara jujur dan terbuka,
> > ada yang sembunyi-sembunyi, ada yang berpoligami sekedar menuruti
> > syahwat seksual tanpa tanggungjawab.
> >
> > Berikut ini kasus rumah tangga yang menjurus pada poligami, tetapi
> > akhirnya si lekaki mengurungkan niatnya karena sadar akan
> > tanggungjawab. Waktu itu saya sebagai konselor keluarga, dan dia
> > datang kepada saya sebagai klient. Kasus ini saya rekam dan saya
> > muat di buku saya Konseling Agama Teori dan Kasus. Silahkan dibaca:
> > Seorang pegawai perusahaan swasta bermaksud poligami. Ia seorang
> > sarjana ekonomi yang baru akrab dengan agama setelah bergaul dengan
> > rekan sekerja yang kebanyakan taat beragama dan
> > agak "fundamentalis". Lingkungan pergaulannya adalah masyarakat
> > professional, tetapi mereka mempunyai corak keberagamaan yang cukup
> > kental, dengan menonjolkan simbol-simbol tertentu, seperti salat
> > awal waktu, memelihara jenggot dan juga poligami. Di lingkungan grup
> > pengajiannya, poligami dipandang sebagai sunah Nabi yang dianjurkan,
> > sehingga dia dengan semangat mengikuti sunnah Nabi juga bermaksud
> > nikah lagi. Isterinya berasal dari lingkungan masyarakat pesantren,
> > yang juga taat beragama, tetapi simbol-simbol keberagamaannya
> > berbeda dengan lingkungan pengajian suaminya. Isterinya lebih respek
> > kepada kyai di pesantrennya dibanding guru ngaji suaminya yang
> > Insinyur.
> >
> > Dalam hal rencana nikah lagi, terjadi peselisihan hebat antara suami
> > isteri itu, dan menariknya masing-masing berdalil dengan agama.
> > Suami menganggap rencana nikah lagi itu sebagai perwujudan dari
> > mengikuti sunnah Rasul, sementara isteri memandangnya sebagai akal
> > bulus, yakni menjadikan agama sebagai kedok untuk mencari kepuasan
> > syahwat. Karena keduanya memang orang yang patuh kepada agama, maka
> > pertentangan pendapat suami isteri itu disepakati untuk mencari
> > pembenarannya. Suami memanggil guru ngajinya untuk menasehati
> > isterinya agar patuh kepada suami, sementara isterinya mengajak
> > suaminya silaturrahmi kepada gurunya di pesantren, sekaligus untuk
> > meminta nasehatnya tentang rencana nikah lagi itu. Sang isteri pergi
> > dengan semangat karena yakin pasti pak kyai, gurunya di pesantren
> > itu pasti ada di pihaknya, dan sang suami juga semangat, karena
> > yakin bahwa pak kyai itu lebih mengerti tentang keharusan mengikuti
> > sunnah Rasul, apa lagi pak kyai juga berpoligami.
> >
> > Anatomi masalah
> > Sebenarnya, sang isteri tidak bersedia dimadu, lebih didorong oleh
> > perasaanya sebagai wanita. Ia tidak begitu antipati terhadap
> > poligami, karena ia sendiri adalah puteri dari isteri muda seorang
> > kyai, dan ia merasa OK-OK saja berhubungan dengan saudara-saudara
> > tiri dan bahkan ibu tirinya. Akan tetapi dalam hal rencana nikah
> > lagi suaminya, disamping secara naluriah ia tidak bisa menerima, ia
> > juga tidak percaya terhadap otoritas guru ngaji suaminya yang selalu
> > menekankan kewajiban seorang isteri harus patuh kepada suami. Di
> > mata sang isteri guru suaminya itu bukan orang 'alim, sebagaimana
> > juga suaminya, meskipun mereka itu sarjana dan professional, tetapi
> > bukan dalam bidang agama.
> >
> > Sementara itu, sang suami yang baru kenal agama setelah berada di
> > lingkungan kerja baru itu merasa bahwa poligami itu mengandung nilai
> > keutamaan agama. Ia bermaksud nikah lagi dengan semangat ibadah, dan
> > sudah barang tentu ada juga motif kepada pengalaman baru hubungan
> > seksual, tetapi ia sama sekali tidak mau terima jika dituduh
> > isterinya bahwa rencana nikah lagi itu hanya akal bulus saja untuk
> > mencari kepuasan seksual. Ia bahkan tidak pacaran dengan calon
> > isteri keduanya itu, karena calon isterinya itu adalah orang yang
> > dikenalkan oleh guru ngajinya. Oleh karena itu ia tanpa ragu
> > sedikitpun untuk memenuhi permintaan isterinya silaturrahmi kepada
> > pak kyai di pesantren.
> >
> > Pasangan suami isteri itu kemudian mendatangi penulis, dan meminta
> > penulis untuk mengantar mendampingi mereka ke desa di mana kyai itu
> > memimpin pesantrennya. Solusi yang ditawarkan. Ketika tiba menghadap
> > pak kyai, setelah basa-basi seperlunya, mereka mengemukakan
> > masalahnya. Suami mengetengahkan maksudnya dan mohon nasehatnya, dan
> > isteri mengemukakan keberatan dan mohon bantuan agar menasehati
> > suaminya.
> >
> > Pak kyai yang 'alim ini nampaknya sangat bijak dalam menasehati
> > mereka berdua. Pak kyai bilang, poligami itukan ajaran Islam, ada
> > dalam al Qur'an lagi. Ayahmu kan juga isterinya dua, kata pak kyai
> > kepada tamu wanitanya, nah, seorang muslim jika memang mampu, agama
> > sudah barang tentu membolehkan, asal jujur. Maka nasehatku kepada
> > anda, coba kau tanyakan kepada hati nuranimu, istafti qalbak. Nanti
> > jika nuranimu, bukan syahwatmu sudah menjawab, ya itu artinya
> > nasehat agama. Mendengar nasehat pak kyai itu, sang suami berseri-
> > seri wajahnya, sementara isterinya diam agak masam muka.
> > Tetapi menjelang tamunya pamitan, pak kyai berkata: Memang ada tiga
> > orang yang bisa berpoligami. Mendengar kata-kata pak kyai itu, baik
> > sang suami maupun sang isteri nampak sangat antausias ingin
> > mendengar lanjutannya.
> >
> > Pertama, penguasa, penguasa politik atau penguasa harta, atau
> > penguasa apa saja, karena kekuasaannya, maka ia bisa mengelola dan
> > mengatur isteri-isterinya.
> > Kedua, Orang berilmu, termasuk Ulama, karena ilmu yang dalam maka ia
> > mampu mengatasi problem yang timbul dari kehidupan berpoligami. Yang
> > ketiga, Orang mbelosondo atau orang ngawur, dan dengan ngawurnya ia
> > bisa saja mempunyai isteri dua, tiga atau empat sekalian.
> >
> > Sekarang tanyakan kepada hati nuranimu, sampeyan termasuk yang mana.
> > Nasehat pak kyai yang cespleng itu nampaknya benar-benar mengena.
> > Sepanjang pulang ke rumah dan bahkan sampai berhari-hari di rumah,
> > laki-laki itu merenung bekerja keras bertanya kepada hati nuraninya,
> > apakah ia termasuk orang pertama, kedua atau ketiga. Pada akhirnya
> > ia tidak berani meneruskan rencananya, karena secara sadar nuraninya
> > mengatakan bahwa ia tidak termasuk nomor satu dan bukan pula nomor
> > dua. Untuk menjadi nomor tiga, ahhh...... no way katanya.
> >
> > Wassalam,
> > agussyafii
> > http://mubarok-institute.blogspot.com
>
>
>
> --------------------------------------------------------------
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
> menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>