Pak, saya juga pernah dengar soal kandungan AA dan DHA yg kalau porsinya 'berlebih' 
malah gak baik buat sang bayi..tapi saya juga belum dapat info detil dan jelasnya 
gimana tuh...[cuma sekilas selentingan sih efek ke jantung juga katanya?]soalnya saya 
emang lagi cari2 juga nih... :)..tapi nanti kalau bapak dapat duluan, share ya 
pak...[heheh, maaf ya..bukan bantu malah ngikut minta..] ..


mama neal



  ----- Original Message ----- 
  From: S4ptono 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Saturday, September 13, 2003 11:29 AM
  Subject: [balita-anda] Masalah AA dan DHA


  Sebelumnya salam kenal bagi anggota milis balita-anda, saya sebetulnya sudah
  beberapa bulan ini sebagai anggota pasif milis ini soalnya bingung mau tanya
  apa (seringnya sih belum  kepikiran nanya sudah dijawab.... sakti juga
  ya..milis ini) maklum saja istri saya sekarang baru mengandung anak pertama
  kami jadi masih bingung dan banyak mencari literatur yang pas  dan akhirnya
  malah pusing sendiri ^_^ .

  Sekarang ini AA dan DHA menjadi tren karena hampir semua produk susu,
  makanan dan  bahkan snack banyak yang mengklaim memiliki AA dan DHA tapi
  setelah baca literatur dibawah ini saya jadi pusing sendiri,  katanya
  (terutama bagian kesimpulan dan saran poin 6) bahwa pada bayi aterm/ anak
  besar (=lahir normal) pemberian suplemen DHA dan AA perlu diteliti lebih
  jauh mengingat adanya efek samping yang cukup membahayakan (nah lo...). Dan
  antara satu dengan lainnya mempunyai hubungan berbanding terbalik efeknya
  apabila konsumsinya berlebihan (kelebihan DHA menekan AA demikian
  sebaliknya) dan disebutkan pula bahwa ASI mempunyai kandungan yang paling
  pas untuk AA dan DHA-nya sehingga sangat dianjurkan pemberian AA dan DHA
  dimulai pada saat kehamilan sampai dengan masa menyusui (jadi yang diberi
  suplemen AA dan DHA adalah ibunya -> CMIW). Padahal istriku kalau disuruh
  minum susu ibu hamil susahnya minta ampun.... dan harus berantem dulu :-( .
  Katanya lagi lebih baik memberikan suplemen asam linoleat dan asam linolenat
  karena bayi aterm mampu untuk mensintesanya menjadi AA dan DHA (cmiw juga).
  Padahal kita ini sering latah (apalagi istriku) untuk memberikan asupan AA
  dan DHA sebanyak-banyaknya untuk kecerdasan otak baik dari susu maupun
  makanan bayi soalnya terus terang saya sendiri termakan iklan yang katanya
  AA dan DHA bikin anak cerdas tanpa diberi peringatan apabila kelebihan efek
  sampingnya apa.... :-(
  Mohon pencerahannya dari rekans semua supaya aku gak bingung seperti ini dan
  maaf jadi panjang lebar.

  salam

  Saptono
  calonbapakyanglagibingung

  » PENAMBAHAN DHA DAN AA PADA MAKANAN BAYI : PERAN DAN MANFAATNYA

  Boerhan Hidajat

  Lab./SMF Ilmu Kes. Anak

  FK-Unair/RSUD Dr. Soetomo

  Surabaya



  Pendahuluan

  Sejarah telah membuktikan bahwa  yang menentukan kemajuan suatu bangsa
  bukanlah sumber daya alamnya tetapi lebih ditentukan oleh sumber daya
  manusianya. Sumber daya manusia agar berkualitas harus dibangun sejak dini,
  sejak dari kandungan, masa bayi sampai menjadi dewasa, bahkan sampai
  manulapun diusahakan agar tetap menjadi manusia yang produktif.



  Tumbuh kembang anak harus bertujuan untuk menjadikan anak menjadi manusia
  yang berkualitas. Tidak sekedar tumbuh secara fisik namun harus juga
  berkemampuan untuk berdaya guna dan berhasil guna baik bagi dirinya,
  keluarganya, masyarakat, bangsa serta umat manusia bahkan bagi alam semesta.
  Dalam mencapai tujuan ini gizi merupakan modal dasar agar anak dapat
  mengembangkan potensi genetiknya secara optimal. Bahan dasar zat gizi yang
  dibutuhkan harus disediakan secara seimbang, baik dalam aspek kuantitas
  maupun kualitasnya. Kesalahan dalam memberikan makan akan sangat
  mempengaruhi kualitas manusia dikemudian hari; makin dini kesalahan
  pemberian makanan , maka makin berat akibat yang ditimbulkannya, hal ini
  terutama berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan organ vital
  terutama otak yang sebagian besar terjadi sangat cepat pada masa prenatal
  serta bulan-bulan pertama kehidupan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa
  pertumbuhan otak hanya terjadi sampai anak berumur 2-3 tahun. Ada pula yang
  mengatakan bahwa otak anak berumur 2 tahun sudah mencapai 70% pertumbuhan
  otak orang dewasa, pertumbuhan 90% dicapai pada anak berumur 6 tahun. Otak
  yang sedang tumbuh ini sangat membutuhkan asuhan gizi yang sempurna. Zat
  gizi yang dibutuhkan harus tersedia secara tepat baik kualitas maupun
  kuantitasnya, mulai dari protein dengan asam aminonya baik yang esensiel
  maupun non-esensiel, sumber kalori, berupa karbohidrat ataupun lemak,
  vitamin, dan mineral.

  Kenyataan membuktikan bahwa seperempat dari bagian padat otak manusia
  terdiri dari fosfolipid yang kondisinya sangat tergantung dengan kondisi
  sirkulasi setempat Dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan otak dengan bagian
  fosfolipidnya terjadi sebagian besar pada masa prenatal dan bulan-bulan
  pertama kehidupan, menunjukkan bahwa nutrisi lemak pada masa kehamilan dan
  masa postnatal dini sangat penting pada pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak
  sangat bergantung pada  terbentuknya "long-chain polyunsaturated fatty acids
  (PUFAs)" menjadi bagian dari fosfolipids yang terdapat pada bagian cortex
  otak. Nampaknya sampai saat ini tidak diketemukan adanya hambatan sawar otak
  ( "blood brain barrier") pada proses transportasi dari asam lemak ke otak. 1

  Docosahexaenoic acids (DHA) dan arachidonic acid (AA), adalah komponen
  terbesar  dari long-chain polyunsaturated fatty acids (LC-PUFA), merupakan
  bahan yang sangat penting bagi organ susunan saraf pusat. Sebagai suatu
  bentuk asam lemak yang essensiel LC-PUFA harus ditambahkan pada makanan.
  Oleh karenanya status PUFA pada janin sangat tergantung pada konsumsi PUFA
  dari ibunya. Pada kenyataannya selama kehamilan ibu sering tidak mendapat
  penambahan konsumsi dari PUFA sehingga status LC-PUFA dalam plasmanya turun,
  yang ternyata sering baru dapat kembali normal setelah 32 minggu pasca
  kelahiran.2

  Karena rendahnya status kadar PUFA dalam plasma pada kehamilan, menyebabkan
  pula rendahnya kadar PUFA pada bayi yang baru lahir, terbukti dengan
  rendahnya kadar asam lemak pada tali pusat bayi, terutama pada bayi kembar.
  Hal ini tentunya dapat merugikan proses tumbuh  kembang anak terutama
  pertumbuhan otaknya. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan LC-PUFA
  pada ibu yang sedang hamil, serta pada bayi yang baru lahir.3

  Bayi prematur kadar LC-PUFA-nya jauh lebih rendah dari bayi aterm, ternyata
  kadarnya berbanding searah dengan berat badan serta tinggi badan dan
  lingkaran kepala saat mereka dilahirkan. Dikatakan pemberian LC-PUFA (DHA)
  semasa kehamilan dapat memperbaiki prognosa bayi prematur.4

  Pada kehamilan bayi aterm pemberian LC-PUFA + µ- asam linolenik pada ibunya
  yang sedang hamil, juga berpengaruh positip pada pertumbuhan janin, namun
  kalau hanya diberikan asam linolenik maka pertumbuhan lingkaran kepalanya
  berbanding terbalik, hal ini diperkirakan karena  dengan  hanya pemberian
  asam linolenik justeru akan menghambat pembentukan DHA yang akhirnya dapat
  menghambat pertumbuhan otak.5

  Kadar LC-PUFA pada air susu ibu cukup tinggi, tetapi tidak demikian halnya
  dengan susu formula (PASI) yang pada umumnya kadarnya sangat rendah, bahkan
  sering tidak ada. Dari penelitian ternyata bahwa kadar DHA dan AA pada bayi
  yang diberi ASI jauh lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan  bayi
  yang mendapatkan susu formula (PASI). Dengan adanya kenyataan bahwa DHA dan
  AA merupakan komponen penting dari asam lemak di otak, maka pemberian DHA
  dan AA pada formula terutama bagi bayi prematur akan sangat bermanfaat dalam
  pertumbuhan otaknya.6

  Klasifikasi dan metabolisme Asam Lemak

  Bahan utama lemak terdapat dalam 3 bentuk:
  1.      Gliserida, terutama trigliserida yang merupakan 95-98% dari lemak
  makanan.
  2.      Fosfolipid
  3.      Sterol
  Fosfolipid dan sterol hanya merupakan bagian kecil dari lemak tetapi
  merupakan komponen membran sel dan selaput myelin.

  Lemak sebagai bagian makanan manusia mempunyai fungsi penting sebagai:
  1.      Bahan bakar metabolisme
  2.      Merupakan bahan pokok membran sel
  3.      Sebagai mediator aktivitas biologis antar sel.

  Sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai fungsi yang lebih kompleks: sebagai
  bioregulator endogen, misalnya dalam pengaturan homeostasis ion, transkripsi
  gen, signal transduksi hormon, sintesa lemak serta mempengaruhi pembentukan
  protein.6,7

  Fungsi asam lemak esensiel:

  Fungsi struktural:
  Ø      Barier air di kulit
  Ø      Pada jaringan saraf sebagai bahan penghantar rangsangan saraf
  Ø      Pada membran sel sebagai sinyal transduksi

  Fungsi pengatur:
  Ø      Ekspressi gen
  Ø      Faktor pertumbuhan
  Ø      Kelembapan membran
  Ø      Pembentukana eikosanoid

  Asam lemak berdasarkan atas ikatan rangkap yang dimilikinya dapat dibedakan
  menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acids = SFAs) yaitu asam lemak
  yang tidak memiliki ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh (Unsaturated
  fatty acids = UFAs), merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Asam
  lemak tak jenuh dibedakan atas 2 kelompok besar yaitu monounsaturated fatty
  acids (MUFAs), ikatan rangkapnya hanya satu dan Polyunsaturated fatty acids
  (PUFAs), ikatan rangkapnya lebih dari satu.

  PUFAs berdasarkan atas letak ikatan rangkapnya pada ikatan karbon dari gugus
  omega, dikenal: Omega-3, Omega-6, Omega-7, Omega-9.

  Asam lemak yang dapat disentesa dalam tubuh disebut sebagai asam lemak
  non-esensiel (SFAs, MUFAs = Omega-7, Omega-9), sedangkan asam lemak yang
  harus didapatkan dari luar karena tidak dapat disentesa oleh tubuh disebut
  sebagai asam lemak esensiel. (PUFAs: Omega-3, Omega-6).Asam lemak Omega-7:
  Asam palmitoleat, Omega-9: Asam oleat, Omega-6: asam linoleat dan Omega-3:
  asam linolenat, eikosapentanoat.

  Keberadaan letak ikatan rangkap dalam struktur kimiawi asam lemak
  mengakibatkan adanya perbedaan konfigurasi, bila ikatan rangkapnya terletak
  pada sisi yang sama dengan gugus hidrogen maka disebut sebagai konfigurasi
  Cis, sedangkan bila ikatan rangkapnya terletak disisi yang berlawanan maka
  disebut sebagai konfigurasi Trans. Perbedaan konfigurasi ini memberikan
  konsekuensi fungsional yang cukup bermakna. Konfigurasi Trans membuat PUFAs
  tidak dapat berfungsi sebagai PUFAs, bahkan dapat sebaliknya. Ternyata bahwa
  asam lemak konfigurasi trans justeru memberikan resiko terjadinya penyakit
  jantung koroner. PUFAs yang ideal adalah PUFAs yang berkonfigurasi Cis,
  biasanya yang berasal dari alam, seperti asam lemak Omega-3 Cis yang berasal
  dari ikan.

  Dari penelitian ternyata bahwa Omega-3 maupun Omega-6 mempunyai pengaruh
  dalam penurunan mortalitas penyakit jantung koroner (PJK). Pengaruh ini
  melalui proses penghambatan aterosklerosis. Seperti diketahui Omega-3
  mempunyai efek anti aterogenik yang sama dengan Omega-6 Cis akan tetapi
  Omega-3 Cis memiliki juga pengaruh anti trombogenik, sedangkan asam lemak
  Omega-6 Cis tidak. Asam lemak Omega-3 Cis menurunkan kadar trigliserida
  secara konsisten, asam lemak Omega-6 Cis tidak.

  Asam lemak esensiel berfungsi secara biologis melalui produk ekosanoid seri
  3 dan asam lemak omega-6 Cis memproduksi ekosanoid seri 2. Ekosanoid ini
  antara lain: Prostaglandin,, tromboksan, lekotrin. Seri 2 dan seri 3
  fungsinya saling berlawanan untuk menjaga aktifitas seluler. Ekosanoid ini
  berasal dari precursornya yaitu: Arakidonat ( Omega-6 Cis) dan
  ekosapentanoat (Omega-3 Cis). Pada penelitian ternyata bahwa perbandingan
  antara asam lemak Omega- 6 Cis dan Omega-3 Cis yang ideal untuk pencegahan
  PJK adalah 4 : 1. Namun sampai saat ini komposisi seperti ini masih sangat
  sulit didapatkan.8,9,10

  Status  PUFA dapat dilihat pada gambaran komposisi dari fosfolipid-PUFA dari
  plasma ataupun jaringan.Ternyata status asam lemak esensiel menurun selama
  kehamilan,  pada umumnya meningkat kembali secara sangat pelan setelah
  kelahiran dan baru mendekati normal setelah minggu ke 26.11

  Asam lemak esensiel sebenarnya terdiri dari asam linoleat (AL)/ "linoleic
  acid" (LA),  asam linolenat (ALN)/"a-linolenic acid" (ALA) serta asam
  arachidonic/"arachidonic acid" (AA), asam lemak ini tidak bisa dibuat oleh
  tubuh baik dari asam lemak lain maupun dari karbohidrat ataupun asam amino.
  Asam arachidonic dapat dibuat dari asam linolenat (seri n-6), karenanya yang
  dianggap sebagai asam lemak esensiel hanyalah asam

  lemak lenolenat dan asam lemak lenoleat. Kedua asam lemak esensiel ini tidak
  dapat saling berubah dari yang satu menjadi yang lain serta berbaeda baik
  baik dalam metabolisme maupun fungsinya, bahkan secara fisiologik keduanya
  mempunyai fungsi yang berlawanan. Proses pembuatan  DHA maupun AA
  difasilitasi oleh enzim desaturase dan elongase. Aktifitas kedua enzim ini
  masih sangat kurang pada bayi prematur bahkan pada bayi aterm sampai usia
  4-6 bulan. Karenanya penambahan DHA dan AA pada bayi prematur sangat
  dianjurkan, dengan dosis yang mengacu pada kandungan asam lemak dalam ASI.
  Aktifitas enzim desaturase maupun elongase  dipengaruhi oleh asal lemak yang
  terdapat pada makanan. Minyak ikan yang mengandung  banyak DHA akan
  menghambat aktifitas enzim tersebut sehingga dapat menghambat pembentukan
  AA. Sebaliknya minyak jagung atau safflower memacu   aktifitas enzim
  desaturase sehingga meningkatkan pembentukan AA.

  Kalau konsumsi asam lemak esensiel kurang, maka tubuh berusaha
  mensubstitusinya dengan turunan dari monounsaturated oleic acid, untuk
  mengambil alih fungsinya walaupun kenyataannya sangatlah tidak sempurna.12


  Tabel 1. Kandungan Omega-3 pada berbagai jenis ikan

  Kandungan asam lemak Omega-3 per 100 gar

  Tuna                             = 2,1 gram

  Mackerel                       = 1,9 gram

  Salmon                         = 1,6 gram

  Sardin                           = 1,2 gram

  Herring                         = 1,2 gram

  ________________________________________________________________________



  Suplementasi asam lemak

  Pemberian  lemak yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas, serta penyakit
  jantung bahkan dapat menimbulkan keganasan; dapat meningkatkan kadar
  kolesterol, dan LDL yang dapat memacu terjadinya atherosclerosis dan
  penyakit jantung koroner Hal ini sangat tergantung pada jumlah enersi yang
  berasal dari lemak, komposisi dari asam lemaknya, komposisi dari
  lipoprotein, diet serat yang dikonsumsi, antioksidan, aktifitas, serta
  derajad kesehatannya. Saturated fatty acids seperti: lauric, myristic, dan
  asam palmitat dapat meningkatkan kadar kolesterol dan kadar LDL, sedangkan
  pemberian polyunsturated fatty acids dapat menurunkan kadar kolesterol dan
  LDL. Monounsaturated oleic acids tidak meningkatkan kadar LDL tetapi dapat
  meningkatkan lipoprotein HDL. Dikatakan bahwa pada orang yang aktif konsumsi
  lemak dapat sampai 30% kebutuhan enersi, dengan kadar saturated fatty
  acid-nya yang tidak melebihi 10% dari kebutuhan enersi. Pada anak yang tidak
  aktif konsumsi lemak tidak boleh melebihi dari 30% kebutuhan enersi. Lemak
  sebagai sumber enersi pada bayi dan anak memberikan kontribusi kebutuhan
  enersi sampai 30-40%, bahkan lemak ASI memberikan 50-60% dari total enersi
  yang ada di ASI; sedangkan asam lemak esensiel paling sedikit harus
  memberikan kontribusi enersi 1-2%. Pemberian asam lemak yang esensiel sangat
  penting untuk tumbuh kembang anak. Pemberian asam arachidonik (AA) dan
  docosahexaenoic acid (DHA) sangat penting guna pertumbuhan otak, ASI
  sebenarnya merupakan sumber asam lemak esensiel ini yang cukup. Masalahnya
  terutama timbul bila bayi prematur karena pada umumnya mereka juga mengalami
  kekurangan pasokan AA dan DHA sejak dalam kandungan. Dengan demikian
  rekomendasi yang dianjurkan ialah penggalaan pemakaian ASI walaupun juga
  pada bayi prematur. Kandungan asam lemak pada PASI harus sesuai dengan
  proporsi kadar asam lemak dalam ASI. n-6 dan n-3 memegang peranan yang
  sangat penting pada membran sel serta sebagai precursor dari eicosanoid yang
  sangat kuat sebagai bahan aktif Ternyata disamping jumlah dari asam lemak
  esensiel yang dikonsumsi jumlahnya harus cukup, juga rasio antara n-6 : n-3
  harus optimal sebesar antara 5:1 sampai 10:1. Rasio yang terlalu tinggi
  justeru akan menekan keberadaan n-3 pada organ-organ vital. Karena mereka
  dibentu secara kompetitif dengan memakai enzim yang sama. Pada ASI
  konsentrasi  asam Linoleat (AL) 5-15 kali dari konsentrasi asam linolenat
  (ALN), dengan kandungan enersinya 0,5%.

  DHA banyak terdapat pada ikan terutama ikan salmon, tuna, dan meckerel,
  sedangkan daging dan telur mengandung sedikit DHA.12,13

  Pada umumnya suplementasi LC-PUFA pada formula bayi berpedoman pada hal-hal
  sebagai  berikut:12,13

  Ø      Kebutuhan asam lemak esensiel  pada bayi prematur 4-5% dari total
  kalori. Sampai 12% masih dianggap aman. Nilai ini sesuai dengan 0,6-0,8
  g/kg/hari dengan batas tertinggi 1,5 g/kg/hari.
  Ø      AL harus 0,5-0,7 g/kg/hari, 40-60 mg/kg/hari dalam bentuk AA.
  Ø       n-3 sebesar 70-150 mg/kg/hari, 35-75 mg/kg/hari dalam bentuk DHA
  Ø      Jumlah AL tidak boleh melebihi 12% dari total enersi
  Ø      Rasio n-6:n-3 harus dijaga antara 4:1 - 10:1


  ESPGAN (1991), British Nutrition Foundation (1992), dan WHO/FAO (1993)
  merekomendasikan agar pada formula bayi prematur ditambahkan langsung DHA
  dan AA.

  Tabel 2. Asupan asam lemak yang adekuat pada bayi

  Asam lemak
  % asam lemak
    LA
  10,00
    LNA
  1,50
    AA
  0,50
    DHA
  0,35
    EPA
  <0,10

  Dikutip dari:J Am.Coll.Nutr (1999) 5,487-489.

  Pemberian DHA pada formula bayi lanjutan ataupun pada makanannya perlu
  dipertimbangkan masak-masak. karena pada bayi yang aterm ataupun anak besar
  sudah dapat mensintesa DHA maupun AA dari LC-PUFA sesuai dengan
  kebutuhannya. Sedangkan pemberian DHA yang berlebihan dapat menekan proses
  pembentukan AA, serta dapat menekan aktifitas ensim siklooksigenase yang
  memfasilitasi pembentukan prostaglandin PGH2 dan PGH3 dari AA, sehingga
  dapat menghambat pembentukan prostaglandin berikut tromboksan dan leukotrin,
  dapat menyebabkan terhambatnya respons terhadap proses keradangan khususnya
  pada pelepasan interleukin-1 dan TNF, memanjangnya masa perdarahan,
  menurunnya renin yang turut dalam pengontrolan fungsi ginjal.14,15

  Dengan demikian nampaknya pada bayi aterm ataupun bayi yang besar yang sudah
  mampu mensintesa DHA maupun AA sendiri dari AL  dan ALN, pemberian DHA
  tidaklah terlalu perlu, bahkan dapat memberikan efek samping, cukup dengan
  memberikan AL maupun ALN yang cukup dengan rasio yang optimal.

  Kesimpulan dan saran

  1.     Semua mamalia memerlukan asam lemak esensiel
  2.     Pada bayi prematur kemampuan mensintesa LC-PUFA dari asam lemak
  esensiel masih sangat rendah karenanya  harus diberikan dalam makanan, /
  minumannya.
  3.     Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian LC-PUFA sebagai
  suplemen  dapat meningkatkan kemampuan visual dan perkembangan sistem saraf
  terutama pada bayi prematur bahkan mungkin juga pada bayi yang aterm
  4.     Suplementasi DHA dan AA pada formula bayi prematur penting, harus
  dengan rasio antara 4:1 - 10:1
  5.     DHA penting untuk  pembentukan jaringan saraf dan sinap, sedangkan AA
  berperan sebagai neurotransmitter.
  6.     Pada bayi aterm/ anak besar pemberian suplemen DHA dan AA perlu
  diteliti lebih jauh mengingat adanya efek samping yang cukup membahayakan.


  Daftar pustaka

  1.      Hornstra G (2000) Essential fatty acids in mothers and their
  neonates.Am.J.Clin.Nutr.71, 1262s-1269s.

  2.      Agustoni C, Trojan S, Bellu R, Riva E, Giovanninim (1995)
  Neurodevelopmental Quotient of Healthy Term Infants at 4 Months and Feeding
  Practice: The Role of Long-Chain Polyunsaturated Fatty Acids. Pediatr Res.
  38, 262-266

  3.      Farquharson J, Cocburn F, Patrick WA, Jamieson EC, Logan RW (1992)
  Infant cerebral cortex phospholipid fatty - acid composition and diet.
  Lancet.340, 810-813.

  4.      Uauy R, Mize CE, Castillo-Duran C (2000) Fat intake during
  childhood: metabolic responses and effects on growth. Am.J.Clin.Nutr.72,
  1354s-1360s

  5.      Kurlak LO, Stephenson TJ (1999) Plausibble explanation for effects
  of long chain polyunsaturated fatty acids (LC-PUFA) on neonates. Arch Dis
  Child.30, f148-f154.

  6.      Dutta-Roy AK (2000) Transport mechanisms for long-chain
  polyunsaturated fatty acids in yhe human placenta. Am.J.Clin.Nutr.71,
  315s-322s.

  7.      Uauy R, Hoffman DR (2000) Am.J.Clin.Nutr.71, 245-250.

  8.      Crawford MA (2000) Placental delivery of arachidonic and
  docosahexaenoic acids: implications for the lipid nutrition of preterm
  infants. Am J.Clin.Nutr. 275-284.

  9.      Gibson RA, Makrides M (2000) n-3 Polyunsaturated requirements of
  term infants. Am.J.Clin.Nutr. 251s-255s

  10.   Innis S.M. (2000) Essential fatty acids in infant nutrition: lessons
  and limitations from animal studies in relation to studies on infant fatty
  acid requirements. Am.J.Clin.Nutr. 238-244

  11.   Carlson SE, Werkman SH, Peeples JM, Cooke RJ, Tolley EA (1993)
  Arachidonic acid status correlates with first year growth in preterm
  infants. Prog.Natl.Acad.Sci.USA.90, 1073-1077

  12.   Clandinin MT, Aerde IV, Field CJ, Parrott A (1996) Prteterm infant
  formuls: Effect of increasing levels 20:4(6) and 22:6(3) on the fatty acid
  composition of plasma and erythrocyte phospholipids J Pediatr Gastroenterol
  Ntutr.22, 432-435.

  13.   Simopoulus AP, Leaf A, Salem N (1999) Confrence report: Workshop on
  the Essentiality of and Recommended Dietary Intakes for Omega-6 and Omega-3
  Fatty Acids.J Am Coll.Nutr.18, 487-489.

  14.   WHO. (1993) Fats and oils in human nutrition. Report of a joint expert
  consultation Rome 19-26 October.
  Willatts P, Forsyth JS, Modugno MKDI, Varma S, Colvin M  (1998) Effect of
  long-chain polyunsaturated fatty acids in infant formula on problem solving
  at 10 months of age.352, 688-690.



  ---------------------------------------------------------------------
  >> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
  >> Info balita, http://www.balita-anda.com
  >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Reply via email to