ya setuju nih. emang beda rumah tangga beda situasinya. ga bisa disama2 in. Ibunya Inas
Lif Rahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bagus banget, Pak. Tapi beda rumahtangga, beda situasinya dan beda pula solusinya.....maaf ya. Mama Nayma On 5/10/07, Erwinh wrote: > > Assalamu'alaikum wr wb, > > Saya adalah ayah dari 2 orang putra dan seorang putri. Istri saya > lulusan ITS. Sebelum menikah, istri saya bekerja di sebuah perusahaan > Telekomunikasi terkemuka di Surabaya. Karena saya berdomisili di > Jakarta, setelah menikah, istri saya ikut tinggal di Jakarta dengan > resign terlebih dahulu dari pekerjaannya yang lama. Setelah menikah, > istri saya pengen punya anak terlebih dahulu, sebelum nantinya, akan > mencari pekerjaan lagi setelah melahirkan. Singkatnya, setelah anak > saya lahir, istri saya akan mengasuhnya sendiri terlebih dahulu sampai > usia 6 bulan, dan berencana untuk mencari pekerjaan setelah itu (bagi > saya pribadi, sejak awal saya lebih suka istri saya tinggal di rumah, > sekalipun saya tidak pernah memaksakannya kepada istri saya, saya > serahkan kepadanya untuk memilih). Setelah 6 bulan berjalan, saya > menanyakan kepadanya apakah tidak mencoba cari kerja Ma ? Zidane udah > berumur 6 bulan tuh................. > "ehmmm........nanti dulu deh, aku masih gak mau pisah jauh-jauh dari dia" > 6 bulan, 7 bulan, 10 bulan, 12 bulan, kembali saya tanyakan hal > tersebut kepadanya, sampai akhirnya dia memutuskan dengan tegas, bahwa > dia tidak mau lagi kerja di kantoran, "insyaAllah lebih bermanfaat > kalau di rumah" katanya kala itu. > Sekalipun sebetulnya kami hidup sederhana, gaji mengandalkan gaji saya > yang sebetulnya masih jauh kalau dibanding dengan rata-rata yang dobel > gardan :) sekolah anak saya pilihkan yang sedang-sedang saja, mobil > second seharga di bawah 100 juta (alhamdulillah belum pernah mogok), > rumah milik sendiri sekalipun kecil (tapi alhamdulillah ga ngontrak). > Anak 3, semuanya sehat, Alhamdulillah ya Allah, sesungguhnya sangatlah > banyak nikmatmu kepada keluargaku, hanya kadangkala sayalah yang tidak > pandai bersyukur........ > > -- > > Ibu-ibu yang dirahmati Allah, > 1. Saya coba menggarisbawahi kalimat ibu ".......aku kerja juga demi > kesejahteraan anak dan juga untuk jaga2 seandainya ada sesuatu yang > mengusik sumber pendapatan utama (suami)........" > Saya coba list apa saja kejadian yang mungkin akan menyebabkan > pendapatan utama (suami) tersendat : > a. Suami meninggal dunia > b. Suami diPHK > c. Suami cacat parah seumur hidup > d. Suami menceraikan para Ibu > Astaghfirullahal adziiim, semoga bukan itu do'a dari Ibu-ibu untuk > suaminya. Ibu-ibu, terutama Ibu-ibu muslim, pernahkah Ibu > mendengar/membaca firman Allah "Aku bertindak sesuai sangkaan hambaKu" > Jauhkanlah semua pikiran negatif, sebaiknya kita ganti dengan pikiran > positif selalu berdo'a semoga suami kita panjang umur, diberkahi, > diberi keselamatan, setia, dsb-dsb. > Oke, mungkin Ibu bilang, sekedar jaga-jaga. Kalau demikian, boleh dong > kalau kita mengajukan pertanyaan yang sebanding (biar imbang), Ibu > bekerja untuk berjaga-jaga manakala sumber utama terusik, apakah > sekarang kita juga sudah berjaga-jaga agar anak-anak kita kelak tidak > terjerumus ke hal-hal yang dimurkai Allah : > pergaulan bebas, hamil di luar nikah, terjerumus narkoba, dsb-dsb > Andaikata hal itu terjadi, apakah uang yang susah-susah kita kumpulkan > bisa melunasinya ? > Bukankah kita diajarkan do'a untuk kedua orang tua "Ya Allah, > ampunilah Ayah bundaku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku > di waktu kecil ?" > Mari kita renungkan, kira-kira do'a ini lebih pantas untuk siapa atau > akan diberikan oleh Allah kepada siapa ? > apakah kasih sayang yang dimaksud adalah kasih sayang ketika > mengandung, kemudian melahirkan ditambah 3 bulan ketika para Ibu > mengambil cuti melahirkan ? ataukah kasih sayang sejak anak kita kecil > sampai usia pernikahan (>23 tahun). 12 bulan dibanding 22 tahun. > Kemudian, apakah kasih sayang itu adalah materi/uang/pemenuhan > kebutuhan lahiriah. Tentu tidak, karena kasih sayang itu bahasa ruhani > bukan materi. Sehingga kalau kasih sayang selalu dihubungkan dengan > materi tentu saja tidak akan mengena. > Seperti halnya, kasih sayang kita kepada orang tua, apakah Anda akan > menjualnya kepada orang yang bisa membelinya ? Coba sebutkan berapa > harganya kasih sayang (dalam rupiah). > Jelaslah bahwa bahasa ruhani harus dijawab dengan ruhani. > > > 2. Saat ini biaya pendidikan mahal. Betul. Tapi bukankah kita bisa > menyekolahkannya di sekolah-sekolah yang biasa-biasa saja ? Pertanyaan > mendasar, apa yang kita kejar dari sekolah favorit ? cerdas akademik, > status sosial, atau cerdas akhlak ? > Apakah sekolah favorit menjadi anak kita akan cerdas secara akademik ? > belum tentu, banyak contoh anak yang cerdas akademik berasal dari > keluarga dan sekolah yang biasa-biasa saja. > Apakah sekolah favorit pasti menjadikan anak kita berakhlak mulia ? > Sudah banyak pakar yang bilang, bahwa akhlak itu dimulai dari > keluarga, teladan dari Ayah bundanya, bukan dari sekolah. > Jadi, sebetulnya kita bisa mengurangi anggaran tersebut dengan > menyekolahkan anak-anak kita di sekolah yang sedang-sedang saja. > > 3. Pertanyaan selanjutnya, Apakah Ibu di rumah menjamin bisa > menjadikan anak-anak kita berakhlak mulia ? Jawabnya jelas tidak, > tergantung bagaimana kita sebagai Ibu di rumah memanfaatkan waktu. > Jangankan itu, bahkan tidak ada jaminan bagi seorang Nabi memiliki > anak yang sholeh sholehah, contoh Nabi Adam dan Nabi Nuh. > Demikian juga tidak ada jaminan seorang yang rajin shalat akan masuk > syurga (kedua hal tersebut sudah ada di dalam Al-Qur'an). > Dalam hal ini, mari kita gunakan logika normatif saja, bahwa siapa > yang menanam benih maka dia yang akan menuai. Siapa yang berusaha > dengan sungguh-sungguh untuk mendidik anak agar menjadi anak yang > barakah, maka insyaAllah dia akan memperolehnya (semoga saya bisa > melaksanakannya, amiiin). > Coba renungkan, Apa yang bisa didapat Ibu yang memanfaatkan waktunya 8 > jam untuk mendidik anak-anaknya setiap hari, dengan Ibu yang > meluangkan waktu 2 jam sehari ? > > Maaf kalau terlalu panjang lebar, hanya sharing. > Ayah Zidane. > > > > > > > On 5/9/07, dhani resya wrote: > > > > hmh.. pengen curhat.. mudah2an bisa jadi masukan buat > > > > yang lain... > > > > > > > > kalo dipikir-pikir aku ini kurang bersyukur... udah > > > > dapet kerja, gaji lumayan, tapi merasa kurang, bukan > > > > soal materi tapi kurang waktu bersama anak... > > > > > > > > kadang suka mikir kenapa juga kerja di kantoran kalo > > > > di rumah bisa ngurus anak, padahal kalo dipikir-pikir > > > > lagi aku kerja juga demi kesejahteraan anak dan juga > > > > untuk jaga2 seandainya ada sesuatu yang mengusik > > > > sumber pendapatan utama (suami). > > > > kalo pagi suka maleeeessss banget pergi kerja karena > > > > masih kangen banget sama anak. > > > > > > > > > > -------------------------------------------------------------- > > > Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com > > > Info balita: http://www.balita-anda.com > > > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] > > > menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED] > > > > > > > > > > > > -- > > Laksmi Juwita > > > > > > > > > > > > > > Send instant messages to your online friends > http://uk.messenger.yahoo.com > > -------------------------------------------------------------- > Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com > Info balita: http://www.balita-anda.com > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] > menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED] > > --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos.