Hi mbak Ratri,

Untuk bayi, sebetulnya nutrisi paling baik itu ASI :), nggak bisa digantikan
dengan berbagai merk susu formula apa pun kualitasnya.

Kalau sudah ngomongin susu formula, yang 'terpaksa' dikenalkan kepada bayi
karena ASI 'dianggap' nggak cukup lagi, ya ... namanya juga nggak sebagus
kualitas ASI, so memilih susu formula bukan lagi 'terpaku' dengan kandungan
zat2 tambahan 'ajaib' nya seperti yang sering di iklankan.

Yang penting, cocok dengan pencernaan bayi and nggak buat dia jadi alergi
(nggak heran kalau harus trial & error waktu milih2 merk susu formula) and
sekarang2 ini juga 'cocok' dengan kantong ortu :)  Apalagi kalau baby sudah
'cocok' dengan susu formula yang 'mahal', untuk pindah ke merk lain yang
lebih 'murah' akan jadi 'PR' baru lagi.

Kalau boleh kasih input, kenapa nggak ASI aja, mbak?  Mungkin bukan 'ASI
sedikit' yang jadi issue (sekarang mbak masih kasih ASI juga, kan?), tapi
'manajemen laktasi' nya (yang memang sering dialami oleh ibu bekerja di luar
rumah, termasuk saya dan banyak moms di milis ini). Gimana cara memerah ASI,
stok ASI untuk si kecil selama ibu di kantor, kiat untuk memperbanyak ASI,
ningkatin rasa percaya diri kalau supply ASI ibu cukup untuk si kecil, dll.

Kalau perlu, bisa konsultasi ke Klinik Laktasi di RS (RS. Carolus kalau mbak
settle di Jakarta).  Dulu juga saya sempat 'berguru' di sana setelah masuk
kantor lagi habis cuti melahirkan, dan nggak pernah menyesal ambil keputusan
kasih ASI eksklusif buat anak2 saya selama 6 bulan :)

O ya, saya coba re-post salah satu artikel tentang susu formula, ya mbak.
Siapa tahu jadi tambahan info.

"if the best is possible, good  and better are not enough",
Sylvia - Jovan & Rena's mum with 15-week-'bump'
-------------------------------------------

WASPADAI PROMOSI SUSU FORMULA
(www.kompas.co.id) - rubrik Kesehatan (21 Mei 2007)
penulis: Dahono Fitrianto


Dewasa ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula untuk bayi
berusia di bawah 6 bulan. Meski begitu, sebaiknya orang tua yang memiliki
bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati saat hendak memutuskan
memilih susu formula.

Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa
satu-satunya makanan terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6 bulan adalah air
susu ibu (ASI).  Bahkan para ahli sangat menyarankan agar para ibu
memberikan ASI eksklusif atau tak memberi asupan makanan apa pun kepada
bayi kecuali ASI selama enam bulan pertama sejak bayi lahir.

"Sayangnya, pemberian ASI eksklusif ini belum jadi gaya hidup keluarga di
berbagai lapisan masyarakat. Padahal, menyusui merupakan cara terbaik dan
paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru lahir dan bagian tak
terpisahkan dari proses reproduksi," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia
DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr. Badriul Hegar SpA (K) (Kompas, 1 April 2006).

Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan para ibu untuk tidak memberikan
ASI eksklusif, misalnya karena sang ibu bekerja sehingga tidak sempat
menyusui bayi secara teratur.  "Saya sengaja memberi susu formula sejak
awal, karena nanti setelah cuti hamilnya habis kan saya nggak bisa memberi
ASI secara teratur lagi," ujar Dewi (31), pialang saham, yang baru saja
melahirkan anak pertamanya sebulan lalu.

Belum terbiasanya masyarakan memberikan ASI eksklusif ini memberikan celah
pemasaran yang bisa dimanfaatkan produsen susu formula.  Selain itu, para
produsen juga memberi iming-iming berbagai vitamin dan zat gizi tambahan ke
dalam produk mereka, seperti DHA dan AA, yang sering diklaim dapat
membantu perkembangan otak bayi.

ADA DALAM ASI
Menurut dr IG Ayu Pratiwi Surjadi SpA,MARS, anggota Satuan Tugas ASI IDAI
Jaya, DHA (docosahexaenoic acid) dan AA (arachidonic acid/asam arakidonat)
memang sangat dibutuhkan bayi, khususnya dalam dua tahun pertama
perkembangannya.  "Otak manusia sebenarnya sudah terbentuk 90 persen saat
lahir.  Setelah kelahiran kemudian terjadi mielinisasi dan sinaptogenesis
dalam otak," papar dokter yang akrab dipanggil Tiwi ini.

Proses mielinisasi adalah pembentukan selaput mielin atau selimut serabut
saraf yang membutuhkan laktosa dan atau zat gula dari susu.  Sementara
proses sinaptogenesis adalah proses pembentukan susunan sistem saraf pusat
yang membutuhkan DHA dan AA.

"Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang menyertai.  Laktosa
baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase yang menyertai,
sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis saat ada enzim lipase
karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam lemak," ungkap Tiwi.

Tiwi menambahkan, baik laktosa maupun DHA/AA hanya hadir lengkap dengan
enzim-enzimnya dalam ASI. "Susu formula jenis apa pun, semahal apa pun,
meski dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja tak ada enzimnya. Jadi,
satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi memang hanya ASI," katanya.

Tiwi menambahkan, akibat gencarnya promosi susu formula, banyak anggota
masyarakat yang mengira DHA/AA tak terkandung dalam ASI.  "Jadi, tolong
tekankan DHA/AA yang terbaik itu justru ada di dalam ASI.  Komponen apa pun
yang dipromosikan ada di dalam susu formula, semuanya sudah ada di ASI,"
kata Tiwi.

MITOS DAN PROMOSI
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga mengatakan,
pihaknya sama sekali tidak merekomendasikan pemberian susu formula kepada
bayi.

"Susu formula hanya diberikan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sangat
darurat. Di luar itu, pemakaian susu formula hanya pemborosan belaka,"
tandasnya.

Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi yang
gemuk.  Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang cenderung tidak
menjadi gemuk.  "Mereka kemudian menambahkan susu formula agar bayinya
gemuk.  Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk.  Itu cuma mitos," ujar Husna.

Husna mengingatkan, kondisi bayi baru lahir masih sangat rentan sehingga
harus ekstra hati-hati saat memberikan zat makanan dari luar.

"Klaim-klaim dari produsen bahwa susu formulanya dapat memberi berbagai
dampak positif bagi bayi perlu dipertanyakan lebih lanjut.  Misalnya,
informasi dosis atau jumlah yang tepat supaya dampak tersebut akan terjadi.
Selama ini banyak orang merasa aman apabila sudah mengonsumsi susu tersebut
karena termakan promosi," tambah Husna

Di atas semuanya, ia juga menyarankan agar masyarakat waspada terhadap
penawaran-penawaran susu formula di tempat-tempat pelayanan kesehatan.
"Sekarang ini banyak rumah bersalin yang menawarkan susu formula kepada
orang tua bayi yang baru lahir.  Itu sebenarnya melanggar kode etik,"
katanya.

Kode etik yang dimaksud Husna adalah Kode Internasional Pemasaran Produk
Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes)
yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 lalu.

"Pemasaran produk susu formula untuk bayi di bawah usia enam bulan
seharusnya diatur secara tegas.  Kalau perlu ada pelarangan promosi susu
formula di tempat-tempat pelayanan medis resmi," ujarnya tegas.

------------------------------------------------


On 7/7/07, Ratri Mesurina P. <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Dari imel 2 yang aku baca, kok ga ada yang konsumsi BMT Morinaga tuk
babynya
ya,...secara aku sekarang kasih babyku itu BMT Morinaga, bukan yang
Platinum, awalnya sih iya…tapi sekarang aku ganti, ga kuat budgetnya, hik
hik…

Aku jadi penasaran nih, karena saat ini aku masih kasih ASI juga,…ada
comment ga'?? babyku hampir 4 bulan dan alhamdulilah sampai saat ini
cocok2
aza….?? Ato ada saran tuk lebih baik,….???


<deleted>

Kirim email ke