Seneng deh kalau baca email mba Sylvia...;p Selamat ya mba, Aleta dah lulus ASI Eks....(bearati srjana asi mba dah 3 yah..hebat!)
Kalau sy dulu (Nayla) hanya diploma ASI secara hanya 4 bulan ASI eks karna dulu blm begitu tau ilmu perAsian..jadi sempat kekurangan stock ASI (selama cuti melahirkan ga nabung ASI) dan memerah ASI kurang maximal.. Makanya sekarang gi ngejer dan berusaha agar Naura bisa S1 ASI Eks...(skrg dah 4,5 bulan tinggal 1,5 bln lagi wisuda) Dan dari uraian mba tadi ternyata aku termasuk level ini: - Menyusui, tidak mengalami haid dalam jangka waktu 6 bulan pasca persalinan: 110 ng/mL hmmm Alhamdulillah stock ASI msh lumayan dikulkas..... Oia satu lagi mba...selain anak sering disusui faktor seringnya memerah juga pengaruh..klo kt dsa Naura, dlm 6 jam 2 x merah beda hasilnya dg 6 jam 3 x merah, dan aku buktikan memang benar....semakin sering merah semakin banyak hasil ASI..krn prinsip payudara bukan sperti prinsip mengisi air galon atau jika gudang ASI sudah habis maka akan diisi lagi, tapi bukan ini prinsipnya prinsipnya bak air gelas yg sedang disedot, tapi disisi lain gelas diisi..jd ga mungkin habis... Sefty ”Sesuatu jadi sulit, kalau kita menganggapnya sulit. Sesuatu akan mudah, kalau kita percaya itu mudah" "Sylvia Radjawane" <[EMAIL PROTECTED]> 06/23/2008 04:27 PM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject Re: [balita-anda] [Sharing] Prolaktin & ASI Perah Hi all, Duh, seneng banget Jumat kemarin, 20 Jun'08 Aleta sudah genap usia 6 bulan dan sudah di-'wisuda' jadi sarjana ASI Eksklusif :) Memang bukan pengalaman pertama buat saya untuk aktivitas ASI eksklusif ini, tapi karena punya 3 anak yang 'unik' - so, pengalaman menyusui dengan masing2 anak juga jadi 'istimewa' dan sangat berkesan :) -- persamaannya: semuanya sama2 rakus ASI dan untungnya nggak pakai acara 'bingung puting' walau saya selalu berikan ASI perah dengan botol ... Sekadar sharing tentang hormon Prolaktin. Semua tahu kalau hormon ini bekerja sama dengan hormon oksitosin, punya peran penting dalam aktivitas menyusui. Semua ibu menyusui juga harus berupaya agar level hormon ini dalam darah senantiasa meningkat supaya produksi ASI tetap lancar. Kebetulan ketemu salah satu info tentang hubungan level hormon prolaktin dengan menyusui di website www.kellymom.com (site favorit saya untuk masalah per-ASI-an). Ini kutipannya: ---------- http://www.kellymom.com/bf/normal/prolactin-levels.html *Normal Prolactin Levels in breastfeeding mothers * *Level Serum Prolaktin dalam tubuh wanita:** (dalam bentuk tabel)** * - Tidak hamil, tidak menyusui: < 25ng/mL - Hamil, bersalin: 200ng/mL - Menyusui, di awal2 pasca persalinan: 100 ng/mL - Menyusui, 3 bulan pertama pasca persalinan: 100 ng/mL - Menyusui, tidak mengalami haid dalam jangka waktu 6 bulan pasca persalinan: 110 ng/mL - Menyusui, mengalami haid sebelum waktu 6 bulan pasca persalinan: 70 ng/mL - Menyusui, 6 bulan pertama pasca persalinan: 50ng/mL Catatan: - Level plasma prolaktin mencapai puncaknya sesaat setelah persalinan, kemudian berfluktuasi tergantung dari frekuensi, intensitas dan lamanya stimulasi puting - Konsentrasi prolaktin dalam darah mencapai 2 kali lipat sebagai respons dari hisapan bayi dan memuncak kurang lebih 45 menit setiap kali dimulainya aktivitas menyusui. - Selama minggu pertama setelah persalinan, level prolaktin pada wanita menyusui turun hingga 50%. Jika tidak menyusui, level prolaktin umumnya mencapai kondisi seperti wanita yang tidak hamil sejak hari ke tujuh pasca persalinan - Level prolaktin mengikuti 'ritme circadian (tipe ritme biologis): level pada saat malam hari (waktu tidur) lebih tinggi dibandingkan siang hari. - Level prolaktin akan menurun secara lambat setelah aktivitas menyusui, tetapi akan tetap dapat ditingkatkan sepanjang ibu menyusui, bahkan saat ia menyusui bertahun2 lamanya. - Level prolaktin 'meningkat melalui hisapan', semakin sering memberi ASI, makin tinggi level serum prolaktin. Lebih dari 8x aktivitas menyusui dalam periode 24 jam mencegah turunnya konsentrasi prolaktin sebelum aktivitas menyusui selanjutnya. ---------- Kalau lihat data di atas: Kelihatannya level normal hormon prolaktin tertinggi yaitu pada masa kehamilan/persalinan juga saat menyusui di mana ibu belum kembali dapat haid selama 6 bulan pertama. Malahan dibilang kalau level hormon ini mencapai puncaknya saat baru saja bersalin. Asumsi saya, ini mungkin bisa 'mematahkan' anggapan bahwa justru setelah bersalin, ASI tidak bisa keluar. Seharusnya, dengan level hormon setinggi itu, ditambah stimulasi (massage) yang tepat dan psikis yang OK, produksi ASI sedang bagus banget di masa2 itu. Ini juga yang mendukung pentingnya IMD alias menyusui baby di 1 jam pertama hidupnya mengingat level hormon ini yang tinggi pada ibu yang baru saja bersalin. Minggu pertama pasca bersalin, level prolaktin mencapai titik cukup rendah (50 ng/mL) dan kalau ibu tidak termotivasi untuk berupaya menyusui - level hormon ini terus menurun hingga sama dengan ibu yang tidak hamil dan tidak menyusui. Mungkin ini juga yang harus jadi catatan buat ibu menyusui untuk tetap 'fight it out' dalam 1 minggu pertama belajar menyusui - produksi ASI mungkin 'kelihatan menurun' tapi jangan sampai menyerah dan menggantinya dengan sufor. Berdasarkan pengalaman menyusui ke-3 anak saya, ternyata saya selalu kembali dapat haid waktu mereka usia 3 - 3.5 bulan (walaupun saya menyusui eksklusif). Dari info di atas, itu berarti level prolaktin dalam tubuh saya tidak terlalu tinggi (sekitar 70 ng/mL - hampir setengah lebih dari level prolaktin ibu menyusui yang belum juga dapat haid sampai babynya umur 6 bulanan). Belum lagi ngalamin kondisi: tiap hari 1-2 haid, produksi ASI agak menurun. Untuk 'kejar stok ASI' , saya coba antisipasi dengan 2 pendekatan: untuk dapatkan level prolaktin yang tinggi - saya sempatkan waktu untuk perah ASI di waktu malam (yang menurut info, level prolaktinnya lebih tinggi). Di kesempatan lain, selalu usahakan anak2 menyusui hingga 'kosong' payudara (yang biasanya juga terjadi di malam hari - sehabis saya pulang kerja). Hasilnya: jumlah ASI perah saya memang tidak berlimpah-ruah, tapi cukup signifikan meningkatnya dan selalu mencukupi kebutuhan baby saya. Kalau sudah mau 'mentok' dengan stok ASI perah, mulai deh 'utak-atik' formula/tabel di atas, buat analisa sendiri supaya bisa capai kondisi yang optimal untuk supply ASI perah saya. So far, cukup menyenangkan hasilnya :) Kebiasaan menyusui hingga payudara terasa 'kosong' buat payudara otomatis terisi kembali. Stimulasi karena hisapan baby juga buat produksi ASI lebih banyak karena level prolaktin mencapai 2 kali lipat dan terus meningkat di masa2 payudara hampir kosong. ASI yang 'dihisap habis' baby dengan sukses dalam 1x kegiatan laktasi, berarti juga dia selain 'kenyang' dengan foremilk, juga sudah dapat hindmilk ASI yang kaya lemak (note: hindmilk ini baru ke luar di tahap akhir menyusui). Alhasil, baby selalu 'kenyang', BAB/BAK nya bagus, berpengaruh baik juga ke pola tidur dan habitnya sehari-hari. Level normal hormon prolaktin bisa terus meningkat seiring dengan stimulasi puting payudara -- ini mungkin menjelaskan kenapa ibu menyusui harus rajin massage payudaranya. Stimulasi ini juga erat kaitannya dengan paham 'supply and demand'. Makin sering baby menyusui (dalam info di atas disebutkan dengan frekuensi 8x sehari), makin sering puting distimulasi, level prolaktin tinggi bisa dipertahankan - produksi ASI terus ada. Itu juga yang buat saya selalu 'nempel' dengan baby saya setiap kali weekend dan sebelum/setelah kegiatan kantor, saya selalu berusaha stand-by tiap kali baby saya mau ASI (sampai di rumah ada julukan 'koala' karena 'nempel' terus dalam gendongan mamanya :)). Anyway, bersyukur sekali karena sudah diberi kesempatan untuk memenuhi 'hak prerogatif' anak2 saya dengan ASI. Untuk Aleta, sekarang tinggal 'ngubek2' arsip lagi untuk masalah menu MPASI - nya :) To all breastfeeding moms and part/full-time working-breastfeeding moms, tetap semangat beri ASI eksklusif untuk babynya ya. Trust me ... it's really well-worthed! :) ASI is the best! (read: if the best is possible, good is not enough :)) Sylvia - mum to Jovan, Rena & Aleta