halah, repot2 amat sih, gak usah over stimulasi ke bayi, ini saya ada
artikel dari Kompas. Nanti kalo sang anak stress, kebanyakan dipaksa
belajar, gak bergaul dan bersosialisasi, gedenya jadi stress...kasihan.
 Jangan Menyuruh Bayi Belajar!
  Jumat, 8 Agustus 2008 | 11:20 WIB

*MEMBERIKAN *stimulasi kepada bayi atau anak dengan metode *flash
card*mungkin pernah Anda dengar atau bahkan dipraktikan.  Di kalangan
para ahli
psikologi dan perkembangan anak, memberi stimulasi dengan metode *flash card
* ini mengundang pro dan kontra.

Ada yang menilai metode ini baik selama sifatnya tidak memaksa dan
disesuaikan dengan tahapan. Namun ada pula yang berpendapat stimulasi dengan
cara *flash card* bukanlah stimulasi alami seperti halnya aktivitas bermain
pada anak.

Salah satu ahli yang menentang metode stimulasi *flash card* adalah Psikolog
dan Playtherapist dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia Dra.
Mayke S. Tedjasaputra, M.Si. Dalam pandangannya, mengajarkan anak dengan *flash
card *termasuk kategori *overstimulation* atau stimulasi yang berlebihan.

"Tidak benar menyuruh bayi belajar, misalnya dengan* flash card* karena ini
adalah *overstimulation*. Seorang pakar bermain Brian Sutton-Smith
menegaskan ini sudah termasuk *cognitive child labor* atau secara kognitif
anak sudah dipekerjakan terlalu keras," ungkap Mayke di Jakarta beberapa
waktu lalu.

Menurut pendapat Mayke, ketika orang tua menyodorkan* flash card* berarti
anak harus diam dan diminta memperhatikan sehingga anak sudah dituntut untuk
belajar. "Di sana yang lebih ditekankan adalah faktor kognitifnya. Padahal
di usia awal pertumbuhan yang harus dikembangkan adalah senses-nya
(sensomotorik), bukan memori. Artinya, bukan melatih memori secara khusus
dengan diperlihatkan *flash card*.  Itu sudah termasuk belajar yang
sepertinya ada target yang ingin dicapai. Jadi sudah bukan bermain lagi,"
ungkapnya.

Mayke mengakui bahwa dengan pemberian metode *flash card* yang sifatnya
singkat-singkat, mungkin anak akan cepat menangkap, mengingat dan
mempelajarinya. Ada banyak penelitian yang mendukung maupun yang menentang
metode ini. "Tentu penelitian itu ada yang pro dan kontra. Ada yang
mengatakan itu bagus. Tetapi kontra juga sudah mengatakan bukti-bukti bahwa
itu tidak baik bagi perkembangan anak karena masa anak adalah masa bermain
di mana mereka tak bisa dituntut untuk diam dan belajar dengan suatu
materi," tegasnya.

Mayke juga menilai dengan metode *flash card *hanyalah membantu percepatan
kemampuan untuk sementara, dan yang dikhawatirkan justru anak akan jenuh
sebelum waktunya. "Dari hasil penelitian menunjukkan, rangsangan terlalu
dini yang sifatnya *overstimulation* ketika anak sudah bisa membaca hanya
merupakan percepatan yang bersifat  sementara.  Tetapi saat mereka sudah
menginjak kelas 4 SD dan prestasinya dibandingkan, tidak ada perbedaan yang
signifkan," terangnya.

Bukti penelitian yang kontra dengan metode *flash card* tersebut, kata
Mayke, salah satunya adalah yang dimuat film berjudul *Smart Babies*
dari *Discovery
Health Channel*. "Di situ, apa dikemukakan Glenn Doman dimentahkan, melalui
penelitian psikologis.  Para ahli yang dilibatkan dalam riset itu adalah
psikiater, ahli neurologi, psikolog anak, pendidik anak," paparnya.

Yang juga dikhawatirkan, kata Mayke, bila orang tuanya ambisius, mereka
menginginkan target tertentu. "Ketika anaknya diajarkan, lalu mereka
frustasi, nah itu bahayanya.  Metode ini juga dapat memancing orang tua
untuk membenarkan bahwa sejak bayi anak harus belajar" ujarnya.

Yang lebih baik, lanjut Mayke, anak diberikan metode dengan apa yang mereka
alami secara faktual bukan melalui gambar.  "*Flash card* hanya gambar,
gambar yang tidak  faktual. Lebih baik mereka belajar misalnya apa itu bola
dengan cara memagang dan memainkannya. Karena yang penting dalam tahap ini
adalah sensomotor, semua indera perlu dirangsang, Jadi anak tidak hanya
belajar dengan melihat dan mengingat kartu-kartu itu," ujarnya.

Ia menekankan kembali bahwa pada usia batita yang perlu dirangsang adalah
sensomotoriknya karena kemampuan berpikirnya masih pra-operasional sehingga
yang harus diberikan adalah sesuatu yang konkret, nyata, dialami,
dirasakan.  Akan lebih baik bila anak-anak atau bayi diterjunkan langsung
dengan pengalamannya.

Kalaupun mau memperkenalkan gambar kepada anak, lanjut Mayke, orang tua
mungkin dapat melakukannya dengan cara menghubungkannya langsung dengan
sesuatu yang nyata. "Pada anak usia setahun misalnya sambil dipangku, kita
perlihatkan gambar mobil lalu lihat juga  mobil ayah seperti apa. Jadi *related
to something very completely real*," ujarnya.



On 7/29/08, Dede <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Berikut ini akan saya sajikan cara-cara mengajarkan Balita Kita Membaca:
>
>
>
> 1. Usia 0-1 tahun
>
>   Pasanglah karpet bergambar huruf juga buatlah huruf dengan warna-
>
>   warna cerah tempel pada dinding kamar bayi, biarkanlah ia setiap hari
>
>
>   mengamati huruf tersebut, sambil perlahan-lahan kita mengajarkan
>
>   bentuk-bentuk huruf itu kepadanya. Lebih baik mengajarkannya pada
>
>   saat usianya mendekati 1 tahun misalnya 10 bulan. Cara pengajarannya
>
>   sambil bermain cukup 2X 15 menit sehari, cara men-testnya kita
>
>   tanyakan mana huruf yang sudah sering kita tunjukkan padanya untuk
>
>   mengetahui apakah ia sudah menguasainya. Untuk melengkapi pengajaran
>
>   ini belilah buku bergambar huruf dengan kertas tebal, sehingga bila
>
>   digigit olehnya tidak hancur.
>
>   Demikian juga dengan binatang2, cara pengajarannya sama dengan huruf.
>
>   Sediakan mainan bayi dalam bentuk Rattle warna warni menarik dan
>
>   cerah shingga merangsang dia untuk melihat dan mempelajari warna.
>
>
>
> 2. Usia 1-2 tahun
>
>   Buatlah suatu ruang khusus untuk anak, di mana ia dengan bebas bisa
>
>   menggambar dan mencoret-coret. Berikan padanya pen dan juga kertas.
>
>   Kita lanjutkan cara pengajaran kepadanya untuk huruf2 dan binatang
>
>   yang belum dikuasai. Pelajaran dapat diperluas untuk juga mempelajari
>
>
>   benda2 sekitar misalnya meja, kursi, baju, sendok dan lain2nya yang
>
>   merupakan benda2 yang akrab dengannya.
>
>   Sediakan VCD yang bertema pendidikan atau pun lagu anak2 seperti
>
>   Teletubies.
>
>   Tempelkan gambar binatang dalam ukuran besar, tidak perlu banyak2
>
>   misal 12 jenis binatang.
>
>   Untuk menghindarkan kebosanan pada anak2 kita harus membuat variasi
>
>   antara lain di dinding kamarnya kita tempel gambar huruf, di pintu
>
>   kamar kita tempel gambar binatang. Gambar binatang yang paling bagus
>
>   kita bisa dapatkan dari kalendar karena ukuranya cukup besar untuk
>
>   diamati oleh anak kita, demikian juga belilah prototype binatang
>
>   untuk diamati pisiknya oleh anak kita.
>
>   Perlu diketahui bahwa mempelajari bentuk2 selain dengan gambar2 perlu
>
>
>   disertai dengan prototypenya, karena ukurannya besar sehingga lebih
>
>   gampang diamati anak.
>
>   Untuk mempelajari warna, sediakan puzzle bentuk warna dan gambar2
>
>   warna pada dinding. Juga melalui lego2 berwarna. Sambil bermain kita
>
>   bisa mengajarkan warna, dan biarkan ia membandingkan warna satu sama
>
>   lain misal lego dengan kertas di dinding. Waktu pembelajaran bisa
>
>   ditingkatkan menjadi 4X 15 menit sehari.
>
>
>
> Semoga bermanfaat
>
> Dede
>
> Distributor Air OXY
>
> http://www.my-oxy.com?id=dede <http://www.my-oxy.com/?id=dede>
>
>
>
> ------------------------------------------------------------------------
> --------------------------------------
>
> mau jadi distributor OXY dan menikmati penghasilan sampingan?
>
> Hub saya via email. Atau klik disini: http://www.my-oxy.com?id=dede
> <http://www.my-oxy.com/?id=dede>
>
> ------------------------------------------------------------------------
> --------------------------------------
>
>
>
>
>
>
>
>

Kirim email ke