Sharing Moms...

-----Original Message-----
From: Ade Rodiah 
Sent: Wednesday, September 15, 2004 10:15 AM
Subject: Bunda, dari Mana Aku Lahir?

Bunda, dari Mana Aku Lahir?


SEJAK pagi, Lala, si gadis kecil yang kritis dan ceriwis terlihat kesal.
Dari mulut mungilnya keluar ocehan kekesalan kepada tantenya. 
"Tante ... Lala marah sama Bunda!"


"Lho, kenapa, La?" tanya Tante Lala yang perutnya sedang membuncit 
karena hamil.


"Lala cuma tanya, tapi Bunda nggak mau jawab. Katanya Lala masih 
terlalu kecil. 


Hmh Lala sebel sama Bunda! Padahal Lala kan umurnya 4 tahun Tante, 
sudah besar. Lala keseel banget!"


"Memangnya Lala tanya apa La?" si tante kembali menyahut. "Lala tanya, 
kenapa perut Tante buncit. Kata Bunda, perut Tante ada adeknya, dulu 
perut Bunda juga buncit waktu Lala masih dalam perut Bunda. Terus Lala 
tanya lagi Tante, waktu Lala dalam perut, keluarnya lewat mana Bunda? 
Eh ... Lala malah dimarahin Tante, disuruh diem, nggak boleh tanya- 
tanya lagi sama Bunda. Pokoknya Lala marah deh Tante!" jawab Lala 
sambil cemberut.


BILA gadis kecil tadi menjelma menjadi seorang remaja, barangkali 
temannya akan berkomentar, "Kasiaan deh lo ...!" Namun, dia hanya 
seorang gadis kecil berusia 4 tahun yang masih senang bertanya dan 
menyimpan beragam pertanyaan dalam kepalanya.


Pertanyaan serupa sering dilontarkan anak balita seusia Lala. 
Kebanyakan orang tua menjawab sama, "Kamu masih terlalu kecil, tidak 
boleh tanya-tanya masalah itu, diam, diam, dan diam", begitulah 
jawaban sebagian orang tua. Pada umumnya mereka masih menganggap 
seksualitas adalah sesuatu yang tabu dan saru untuk dibicarakan.


Padahal, di zaman yang 'gila' seperti ini, di mana kasus perkosaan dan 
sodomi pada anak meningkat sangat tajam, pendidikan seks sejak dini 
sangat diperlukan. Belum lagi masalah seks bebas di kalangan remaja 
yang semakin merajalela. Dengan kondisi seperti itu orang tua mana 
yang tidak cemas dan waswas melepas anaknya 


berangkat remaja.


Penelitian di pelbagai negara menemukan bahwa anak remaja akan 
terhindar dari keterlibatan dengan seks bebas, jika mereka dapat 
membicarakannya masalah seks  dengan orang tua. Artinya, orang tua 
harus menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anaknya. Hal ini hanya 
dapat dilakukan bila sejak dini, orang tua telah memberikan pendidikan 
seks untuk mereka.


Dalam sebuah seminar mengenai 'Bicara Seks kepada Anak', Elly Risman, 
S.Psi, seorang psikolog yang bertindak sebagai pembicara, menjelaskan 
bahwa orang tua memikul tanggung jawab sebagai pendidik seksualitas 
bagi anak-anaknya. Orang tua tidak dapat 'mengekspor' tanggung jawab 
ini kepada guru di sekolah atau lingkungan sekitar. Ini adalah 
tanggung jawab bersama, ayah dan ibu, sebagai pasangan yang telah 
diberi amanat oleh Tuhan. Masing-masing memunyai porsi untuk 
menjelaskan masalah seks pada anak. Sebagai contoh, ayahlah yang harus 
menjelaskan tentang mimpi basah kepada anak lelakinya menjelang akil 
balig. Sedangkan ibu bertugas membeberkan apa itu menstruasi kepada 
anak gadisnya yang beranjak remaja.


Selanjutnya Elly menerangkan tentang hal-hal yang harus dilakukan 
orang tua.


"Landasan paling penting bagi orang tua dalam masalah ini adalah 
agama. Jadikanlah agama sebagai pedoman, karena panduan pendidikan 
seks pada anak sudah terangkum dalam ajaran agama. Orang tua harus 
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat menerangkan dan 
menjawab pertanyaan anak. Selain itu, orang tua harus memutuskan masa 
lalu dan keluar dari tabu-saru yang selama ini membelenggu."


Bagaimanakah kiat dasar mengasuh seksualitas? Elly mengungkapkan, 
pendidikan ini tidak mungkin dilakukan secara 'borongan', tetapi harus 
'dicicil' sedini mungkin. 


Orang tua harus proaktif, terlibat penuh dan tidak menunggu anak 
bertanya.Contohnya, ketika sedang memandikan balita, orang tua dapat 
sekaligus memberitahukan tentang tumbuhnya rambut lain di bagian 
tubuhnya. Ibu dapat berkata "Nanti kalau adek sudah besar, akan tumbuh 
rambut di ketiak dan di kemaluan adek." Atau orang tua dapat 
menjelaskan tentang perlunya menjaga kemaluan dan bagian penting 
tubuhnya.


"Dek, bagian dada sampai lutut adalah bagian penting tubuhmu, tidak 
boleh ada orang yang memegang kecuali ayah dan bunda ya." Penjelasan 
ini penting untuk menghindari kasus perkosaan balita yang terutama 
sering dilakukan oleh kerabat dekat anak. Untuk 'mencicil'nya orang 
tua harus waspada pada setiap tahap perkembangan anak. Orang tua harus 
paham, hal-hal apa saja yang perlu diketahui anak balita tentang 
seksualitas, bagaimana dengan anak usia 7-9 tahun dan bagaimana dengan 
remaja. Orang tua harus berada selangkah lebih maju dari anak, karena 
lingkungan telah membuat mereka sangat kritis dan cerdas dalam masalah 
ini.


Langkah-langkah praktis untuk menjelaskan tentang seks diterangkan 
Elly sebagai berikut. Bagi yang beragama Islam, pergunakanlah term 
Alquran. Ajarkan anak  menyebut kemaluan laki-laki dan kemaluan 
perempuan seperti dalam Alquran, bukan 'burung' atau 'dompet'. Istilah 
dalam bahasa Latin juga dapat dipergunakan, yaitu vagina dan penis. 
Perhatikan dan gunakan The Golden Opportunity (kesempatan emas).


Maksudnya, setiap ada kesempatan untuk menjelaskan sesuatu yang 


berhubungan dengan pendidikan seks, kemukakan saat itu juga. Tentunya 
disesuaikan dengan tahapan usia anak. Contoh, ketika melihat cicak 
sedang berdempetan-kawin, kucing melahirkan atau menyusui, jelaskan 
kejadian tersebut, dihubungkan dengan yang terjadi pada manusia. 
Terangkan dengan jelas, pendek, dan sederhana, atau diberi singkatan 
KISS (Keep Information Short and Simple) ,agar lebih mudah 
mengingatnya.


Kiat-kiat untuk menghadapi pertanyaan anak, orang tua harus tenang dan 
dapat mengontrol diri. Bila orang tua merasa segan, ungkapkan saja apa 
yang terasa dalam hati, bingung, kaget, heran atau perasaan lainnya. 
Segera jawab pertanyaan anak saat itu juga, dan jangan lupa untuk 
mengaitkannya dengan agama. Bila orang tua tidak siap menjawab 
pertanyaan anak, jawaban dapat ditunda tetapi janji untuk menjawab 
harus ditepati. Sebagai contoh, pertanyaan yang lazim ditanyakan anak 
usia 3-6 tahun adalah, "Bunda, dari mana aku lahir?" Orang tua dapat 
menjawab, "Dari rahim Bunda, adek keluar melalui vagina (kemaluan 
perempuan)."


Bila anak bertanya lebih lanjut, orang tua dapat menjelaskan melalui 
buku yang benar, bukan buku mengenai pornografi. Tunjukan gambar yang 
ada di buku dengan metode KISS. Orang tua dapat menerangkan "Kalau 
adek sudah mau keluar dari rahim Bunda, kemaluan Bunda akan melar 
seperti karet gelang ini." Bila anak sudah berhenti bertanya, tak 
perlu melanjutkan penjelasan. Ingat, penjelasan harus jelas,singkat 
dan sederhana.


Orang tua terkadang panik ketika mendengar anak yang berusia 7 atau 8 
tahun tiba-tiba bertanya, "Sodomi itu apa sih bu?" Bila kaget, orang 
tua dapat menarik napas terlebih dahulu agar tetap tenang di depan 
anak. Orang tua dapat berkata "Bunda kaget kakak bertanya seperti itu, 
kakak perlu jawaban sekarang?" Menunjukkan perasaan seperti ini akan 
membuat orang tua lebih tenang dalam menghadapi anak.


Orang tua yang tidak siap dapat berkata kepada anaknya, "Wah jawabnya 
nanti ya sayang, Bunda harus masak dulu." Tetapi jangan lupa, setelah 
berjanji menjawab, orang tua harus menepatinya. Untuk melakukan semua 
ini harus dibangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, 
sehingga anak yakin bahwa orang tualah tempat kembali 'pulang' di kala 
mereka kebingungan.


Pendidikan seks harus dimulai sejak dini dan bertahap sesuai 
perkembangan anak. Bila hal ini dilakukan, saat beranjak dewasa mereka 
tidak akan mencari penjelasan dari lingkungan sekitar yang terkadang 
menyesatkan. Mereka tidak lagi berpikir bahwa seks adalah sesuatu yang 
menarik dan patut untuk dicoba. Seks adalah suatu hal yang biasa 
karena mereka telah mengetahui apa itu seksualitas dan bagaimana 
mengantisipasi gejolak yang ada dalam dirinya. Apabila anak tidak 
mengerti, mereka akan selalu kembali dan bertanya kepada orang tua. 
Anak yakin hanya orang tua yang dapat dipercaya dan membantu menjawab 
seribu satu pertanyaan dalam benak mereka. Seks bebas akan terhindar 
dan anak menjauh dari perbuatan terlarang.


Menjadi pendidik seksualitas bagi anak memang tidak mudah. Namun, 
sesulit apapun orang tua harus memulainya. Hapuslah belenggu tabu dan 
saru. Bangun wacana baru dalam kehidupan mereka. Pertanyaan yang tak 
pernah terjawab akan membuat anak semakin ingin mencoba. Kasus 
perkosaan dan sodomi anak tak akan kunjung mereda. Jadilah pendidik 
seksualitas bagi anak, karena dengan bangga mereka akan berkata, 
"Bunda, sekarang aku tahu, dari mana aku lahir."***


Agnes Tri Harjaningrum







--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com

Kirim email ke