kalau Ibu yang saat itu posisinya netral lebih mudah mengarahkan
anaknya, apa besar kemungkinan ayahnya nanti akan di musuhi dan selalu
berpihak pada ibunya?? ...

cerita laen, swkt sy naik angkot utk jemput anak, didlm ada anak nangis
dan kaya'nya tuh anak abiss d pukul ma' ibunya gara2 anaknya tidak bisa
diam (mau nya berdiri & tdk mau duduk) d angkot tsb, duhh miriss rasanya
... sepanjang jln, ibu itu ngoceh tuk diamin anak tsb, (yaa... ndak
mungkinlah wong abis d pukul kan sakit malah d suruh diam dlm hatiku),
ibunya bilang nanti d tangkap poloisi lah, anak nggak mau nutut lah,
nanti telpon bapak biar diiket, dipukulin, masih mending di pukul ibu
daripada dipukul bapak (aku pikir kasihan amat nih anak ..), gerah
anaknya dibilang begitu malah bantah bilang ibu suka bohong lah, suka
mukuli lah, ndak sayang ama anak, biarin aja d tangkap polisi, biarin
aja mati (perasaan anak keluar semuaa yang secara tidak langsung
mengkondisikan kehhidupannya sehari-hari di rumah dan akhirnya di dengar
orang yang ada di dalam angkot), duhhh sy mah darii sejak naik hingga
mau turun tuh dah nahan tangis dan geregetan aja, sy berpikir mudah2an
sy diberi kesabaran luas dalam mendidik dan membesarkan anak.


mudah-mudahan dapat diambil sebagai pelajaran bagi kita semua.

-----Original Message-----
From: Any Puspita [mailto:any...@yahoo.com] 
Sent: Thursday, February 05, 2009 8:14 AM
To: beingmom; BIB; balitacer...@yahoogroups.com; balita-anda; bayi kita
Subject: [balita-anda] Memarahi Tindakan Anak ataukah Memarahi Orangnya?

Ada artikel bagus dan layak dibaca nih untuk para ortu dari milis
sebelahSemoga bermanfaat

Any
kamarcantiknabila.blogspot.com



Orangtua A tidak sabar melihat anaknya keasyikan nonton program
kesayangannya di televisi. Tanpa bertanya, televisi itu langsung
dimatikan. Kepada si anak, orangtua ini mengatakan: "Hei, ini jam
berapa? Bukankah kamu ada PR? Kenapa kamu nonton aja? Ayo belajar!"
Karena si anak tidak bisa terima diperlakukan seperti itu, anak
langsung ke luar menuju kamar lain dengan membanting pintu.

Melihat perilaku anak yang seperti itu, si orangtua makin terbakar,
panas, panas, dan panas. Terjadilah percekcokan mulut. Si anak ngambek
tidak mau belajar. Orangtua yang kesal akhirnya ngomel merembet
kemana-mana hingga sampai pada ucapan, misalnya begini: dasar anak
nakal, bandel, suka ngelawan orangtua, anak bodoh, dan lain-lain.
Meskipun televisi sudah dimatikan, tetapi belajar urung dikerjakan.

Masalah yang sama dialami oleh orangtua B. Sama-sama jengkel juga
melihat si anak yang sudah mulai maniak menonton acara televisi pada
jam-jam yang mestinya dia harus belajar. Bedanya, orangtua B ini
mengajarkan tawaran dulu. "Kapan mau belajar?" Karena si anak sedang
keasyikan, acuh saja dia. Si ayah masih menawarkan kesepakatan lagi.
"Mana yang akan dipilih: TV ini dimatikan ayah atau belajar dulu, baru
nanti nonton lagi."

Karena merasa risih keasyikannya diganggu ayahnya, si anak keluar
membanting pintu juga. Sambil kesal si anak mengatakan: "Ya udah
matiin aja tivinya. Emang gue pikiran." Si ayah menghindari
konfrontasi mulut secara langsung. Setelah mematikan televisi, si ayah
kembali ke aktivitasnya dan memanggil ibunya agar mendampingi atau
membujuk anak agar belajar. Si Ibu yang saat itu posisinya netral
lebih mudah mengarahkan anak. Tindakan belajar akhirnya tercapai
dengan mematikan televisi dan berkat bantuan ibu.


--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com

Kirim email ke