Dear Moms

Terimakasih banyak saya ucapkan atas penjelasan dan sharing yang telah Ibu-Ibu 
sampaikan.
Ini sangat membantu saya sekali.

Best Regards
Abinya Amil 




________________________________
From: LUSIKA Yuliana <uci.lus...@gmail.com>
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Mon, July 5, 2010 9:01:57 AM
Subject: Re: [balita-anda] Bayi yang baru lahir terkena penyakit kuning ?

saya bantu dg artikel yaa

Sakit Kuning pada
Bayi<http://bayikita.wordpress.com/2008/08/16/sakit-kuning-pada-bayi/>

Jaundice adalah warna kekuningan yang didapatkan pada kulit dan lapisan
mukosa (seperti bagian putih mata) sebagian bayi baru lahir.1 Dalam bahasa
Indonesia hal ini lebih sering disebut sebagai ‘bayi kuning’ saja. Istilah
lain yang kadang digunakan adalah ikterik. Hal ini dapat terjadi pada bayi
dengan warna kulit apapun.2
Bagaimana jaundice terjadi?



Warna kekuningan terjadi karena penumpukan zat kimia yang disebut
bilirubin.2 Sel darah merah manusia memiliki waktu hidup tertentu. Setelah
waktu hidupnya selesai, sel darah merah akan diuraikan menjadi beberapa zat,
salah satunya bilirubin.1 Bilirubin ini akan diproses lebih lanjut oleh hati
untuk kemudian dibuang sebagai empedu. Pada janin, tugas tersebut dapat
dilakukan oleh hati ibu.2 Setelah lahir, tugas tersebut harus dilakukan
sendiri oleh hati bayi yang belum cukup siap untuk memproses begitu banyak
bilirubin sehingga terjadilah penumpukan bilirubin.1

Apakah jaundice berbahaya?

Sebagian besar jaundice tidak berbahaya. Namun pada situasi tertentu di mana
kadar bilirubin menjadi sangat tinggi, kerusakan otak dapat terjadi.2 Hal
ini terjadi karena walaupun secara normal bilirubin tidak dapat melewati
pembatas jaringan otak dan aliran darah, pada kadar yang sangat tinggi
pembatas tersebut dapat ditembus sehingga bilirubin meracuni jaringan otak.3
Keadaan akut pada minggu-minggu awal pasca kelahiran di mana terjadi
gangguan otak karena keracunan bilirubin ini disebut sebagai ‘acute
bilirubin encephalopathy’.4 Bila keadaan tersebut tidak diatasi, kerusakan
otak dapat berlanjut menjadi kronik dan permanen menjadi suatu kondisi yang
disebut ‘kernicterus’. Inilah alasan mengapa bayi baru lahir harus diperiksa
dengan teliti untuk menilai ada tidaknya jaundice dan ditangani secara tepat
jika ditemukan adanya jaundice.2
Bilirubin juga dapat menjadi sangat tinggi pada infeksi yang berat, penyakit
hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem kekebalan tubuh
sendiri), atau kekurangan enzim tertentu.
Bagaimana penilaian jaundice dilakukan?



Penilaian jaundice dilakukan pada bayi baru lahir berbarengan dengan
pemantauan tanda-tanda vital (detak jantung, pernapasan, suhu) bayi, minimal
setiap 8-12 jam.4 Salah satu tanda jaundice adalah tidak segera kembalinya
warna kulit setelah penekanan dengan jari. Cara menilai jaundice membutuhkan
cahaya yang cukup, misalnya dengan kadar terang siang hari atau dengan
cahaya fluorescent.2 Jaundice umumnya mulai terlihat dari wajah, kemudian
dada, perut, lengan, dan kaki seiring dengan peningkatan kadar bilirubin.
Bagian putih mata juga dapat tampak kuning. Jaundice lebih sulit dinilai
pada bayi dengan warna kulit gelap. Karena itu penilaian jaundice tidak
dapat hanya didasarkan pada pengamatan visual. Jika ditemukan tanda jaundice
pada 24 jam pertama setelah lahir, pemeriksaan kadar bilirubin harus
dilakukan. Demikian pula jika jaundice tampak terlalu berat untuk usia
tertentu bayi atau ada keraguan mengenai beratnya jaundice dari pengamatan
visual.
Pemeriksaan kadar bilirubin dapat dilakukan melalui kulit (TcB:
Transcutaneus Bilirubin) atau dengan darah (TSB: Total Serum Bilirubin).4
Kadar bilirubin yang diperoleh dari pemeriksaan ini dapat menggambarkan
besar kecilnya risiko yang dihadapi si bayi, seperti terilustrasikan pada
nomogram 1.
Bagaimana membedakan berbagai jenis jaundice?



Jaundice fisiologis (normal) dapat terjadi pada 50% bayi baru lahir.5 Tipe
jaundice ini umumnya diawali pada usia 2-3 hari, memuncak pada hari 4-5, dan
menghilang dengan sendirinya pada usia 2 minggu.
Jaundice karena ketidakcocokan rhesus atau golongan darah ibu dan bayi
umumnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah lahir.5 Tipe jaundice ini
memiliki risiko besar untuk mencapai kadar bilirubin yang sangat tinggi.
Ketidakcocokan rhesus ibu dan janin dapat terjadi jika ibu memiliki rhesus
negatif sementara si janin memiliki rhesus positif. Di Indonesia, hal ini
relatif jarang terjadi karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki
rhesus positif. Di negara dengan proporsi rhesus negatif yang relatif besar,
beberapa pemeriksaan dilakukan untuk mempersiapkan ibu dan bayi menghadapi
kemungkinan ketidakcocokan rhesus. Setiap ibu hamil menjalani pemeriksaan
golongan darah dan tipe rhesus.4 Jika pemeriksaan tersebut tidak dilakukan
dalam kehamilan atau jika ibu memiliki rhesus negatif, maka saat kelahiran
dilakukan pemeriksaan pada darah bayi untuk mengetahui golongan darah,
rhesus, dan ada tidaknya antibodi yang dapat menyerang sel darah merah
bayi.

Apakah ASI berhubungan dengan jaundice?

Jaundice lebih sering terjadi pada bayi yang memperoleh ASI dibanding bayi
yang memperoleh susu formula. Ada dua macam jaundice yang dapat terjadi
sehubungan dengan ASI:

   - Breastfeeding jaundice (5-10% bayi baru lahir)5: Hal ini terjadi pada
   minggu pertama setelah lahir pada bayi yang *tidak memperoleh cukup ASI*.6
   Bilirubin akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk empedu yang dialirkan ke
   usus. Selain itu, empedu dapat terurai menjadi bilirubin di usus besar untuk
   kemudian diserap kembali oleh tubuh. Jika bayi tidak memperoleh cukup ASI,
   gerakan usus tidak banyak terpacu sehingga tidak banyak bilirubin yang dapat
   dikeluarkan sebagai empedu. Dan bayi yang tidak memperoleh cukup ASI tidak
   mengalami buang air besar yang cukup sering sehingga bilirubin hasil
   penguraian empedu akan tertahan di usus besar dan diserap kembali oleh
   tubuh.7 Selain itu kolostrum yang banyak terkandung pada ASI di hari-hari
   awal setelah persalinan memicu gerakan usus dan BAB. Karena itu, jika Anda
   menyusui, Anda harus melakukannya minimal 8-12 kali per hari dalam beberapa
   hari pertama.4 Dan penting untuk diperhatikan bahwa tidak pernah ada alasan
   untuk memberikan air atau air gula pada bayi untuk mencegah kenaikan
   bilirubin.

      Untuk menilai apakah bayi telah memperoleh asupan ASI yang cukup, ada
beberapa hal yang dapat diperhatikan:4

   -
      - Bayi yang memperoleh ASI tanpa suplemen apapun akan mengalami
      berkurangnya berat badan maksimal (< 10% berat lahir) pada usia
3 hari. Jika
      berat badan bayi berkurang ≥ 10% berat lahir pada hari ketiga,
kecukupan ASI
      harus dievaluasi.
      - Bayi yang memperoleh cukup ASI akan BAK dengan membasahi seluruh
      popoknya 4-6 kali per hari dan BAB 3-4 kali pada usia 4 hari.
Pada usia 3-4
      hari, feses bayi harus telah berubah dari mekonium (warna gelap) menjadi
      kekuningan dengan tekstur lunak.
   - Breastmilk jaundice (1% bayi baru lahir): Hal ini terjadi dalam akhir
   minggu pertama atau awal minggu kedua setelah lahir.6 Sebagian kecil ibu
   memiliki suatu zat dalam ASI mereka yang dapat menghambat pengolahan
   bilirubin oleh hati.6,7 Keadaan ini tidak memerlukan penghentian pemberian
   ASI karena tipe jaundice ini ringan dan sama sekali tidak pernah menimbulkan
   kernicterus atau bahaya lainnya. Tipe jaundice ini hanya memiliki sedikit
   sekali kenaikan bilirubin dan akan menghilang seiring dengan makin matangnya
   fungsi hati bayi pada usia 3-10 minggu. Secara umum, jaundice karena sebab
   apapun tidak pernah merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI.

Kapan bayi harus diperiksa setelah meninggalkan RS/RB?



Sebelum meninggalkan RS/RB, risiko bayi mengalami hiperbilirubinemia harus
dinilai. Penilaian ini oleh American Academy of Pediatrics disarankan dengan
melakukan pengukuran kadar bilirubin (TSB atau TcB), penilaian faktor
risiko, atau keduanya. Yang merupakan faktor risiko adalah:4
Faktor risiko mayor:

   - TSB atau TcB di high-risk zone
   - Jaundice dalam 24 jam pertama
   - Ketidakcocokan golongan darah atau rhesus
   - Penyakit hemolisis (penghancuran sel darah merah), misal: defisiensi
   G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk dapat berfungsi normal
   - Usia gestasi 35-36 minggu
   - Riwayat terapi cahaya pada saudara kandung
   - Memar yang cukup berat berhubungan dengan proses kelahiran, misal: pada
   kelahiran yang dibantu vakum
   - Pemberian ASI eksklusif yang tidak efektif sehingga tidak mencukupi
   kebutuhan bayi, ditandai dengan penurunan berat badan yang berlebihan
   - Ras Asia Timur, misal: Jepang, Korea, Cina

Faktor risiko minor:

   - TSB atau TcB di high intermediate-risk zone
   - Usia gestasi 37-38 minggu
   - Jaundice tampak sebelum meninggalkan RS/RB
   - Riwayat jaundice pada saudara sekandung
   - Bayi besar dari ibu yang diabetik
   - Usia ibu ≥ 25 tahun
   - Bayi laki-laki

Jika tidak ditemukan satu pun faktor risiko, risiko jaundice pada bayi
sangat rendah.
Pemeriksaan bayi pertama kali setelah meninggalkan RS/RB adalah pada usia
3-5 hari karena pada usia inilah umumnya bayi memiliki kadar bilirubin
tertinggi.4 Secara detail, jadwal pemeriksaan bayi setelah meninggalkan
RS/RB adalah sebagai berikut:

   - Jika bayi meninggalkan RS/RB < usia 24 jam à pemeriksaan pada usia 72
   jam (3 hari)
   - Jika bayi meninggalkan RS/RB pada usia antara 24 – 47,9 jam à
   pemeriksaan pada usia 96 jam (4 hari)
   - Jika bayi meninggalkan RS/RB pada usia antara 48 – 72 jam à pemeriksaan
   pada usia 120 jam (5 hari)

Pemeriksaan yang dilakukan harus meliputi:4

   - Berat badan bayi dan perubahan dari berat lahir
   - Kecukupan asupan ASI/susu formula
   - Pola BAK dan BAB
   - Ada tidaknya jaundice

Jika ada keraguan mengenai penilaian derajat jaundice, pemeriksaan kadar
bilirubin harus dilakukan.4 Jika ada satu atau lebih faktor risiko,
pemeriksaan setelah meninggalkan RS/RB dapat dilakukan lebih awal.
Selain pemeriksaan kadar bilirubin, penyebab jaundice juga harus dicari.4
Misalnya dengan memeriksa kadar bilirubin terkonjugasi dan tidak
terkonjugasi, melakukan urinalisis dan kultur urin jika yang meningkat
terutama adalah kadar bilirubin terkonjugasi, melakukan pengukuran kadar
enzim tertentu jika ada riwayat serupa dalam keluarga atau bayi menunjukkan
tanda-tanda spesifik.
Bagaimana jaundice ditangani?



Sebagian besar jaundice adalah keadaan fisiologis yang tidak membutuhkan
penanganan khusus selain dilanjutkannya pemberian ASI yang cukup. Namun pada
keadaan tertentu, jaundice memerlukan terapi khusus yaitu terapi cahaya atau
exchange transfusion.
Terapi cahaya

Perlu tidaknya terapi cahaya ditentukan dari kadar bilirubin, usia gestasi
(kehamilan) saat bayi lahir, usia bayi saat jaundice dinilai, dan faktor
risiko lain yang dimiliki bayi, seperti digambarkan pada grafik 2.4



Beberapa faktor risiko yang penting adalah

   - Penyakit hemolisis autoimun (penghancuran sel darah merah oleh sistem
   kekebalan tubuh sendiri)
   - Kekurangan enzim G6PD yang dibutuhkan sel darah merah untuk berfungsi
   normal
   - Kekurangan oksigen
   - Kondisi lemah/tidak responsif
   - Tidak stabilnya suhu tubuh
   - Sepsis (keadaan infeksi berat di mana bakteri telah menyebar ke seluruh
   tubuh)
   - Gangguan keasaman darah
   - Kadar albumin (salah satu protein tubuh) < 3.0 g/dL

Pada bayi yang menerima ASI yang harus menjalani terapi cahaya, pemberian
ASI dianjurkan untuk tetap dilakukan. Namun ASI juga dapat dihentikan
sementara untuk menurunkan kadar bilirubin dan meningkatkan efek terapi
cahaya.
Selama terapi cahaya, beberapa hal ini perlu diperhatikan:

   - Pemberian ASI atau susu formula setiap 2-3 jam
   - Jika TSB [image: ≥]25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 2-3 jam
   - Jika TSB 20–25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 3-4 jam
   - Jika TSB <20 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 4-6 jam
   - Jika TSB terus menurun, ulangi pengukuran dalam 8-12 jam
   - Jika TSB tidak menurun atau meningkat menuju batas perlunya exchange
   transfusion, pertimbangkan exchange transfusion

Pada penyakit hemolisis autoimun, pemberian [image: {gamma}]-globulin (gamma
globulin) direkomendasikan jika TSB tetap meningkat dengan terapi cahaya
atau TSB berada 2-3 mg/dL dari batas perlunya exchange transfusion.
Pemberian ini dapat diulangi dalam 12 jam. Pemberian [image: {gamma}]-globulin
dapat menghindari perlunya exchange transfusion pada bayi dengan
ketidakcocokan rhesus atau golongan darah.
Penghentian terapi cahaya ditentukan oleh usia bayi saat dimulainya terapi
tersebut, kadar bilirubin, dan penyebab jaundice. Pada bayi yang diterapi
cahaya setelah sempat dipulangkan dari RS/RB pasca kelahiran, terapi cahaya
umumnya dihentikan jika kadar bilirubin sudah di bawah 13-14 mg/dl.
Pengukuran ulang bilirubin setelah 24 jam penghentian terapi
direkomendasikan terutama pada bayi dengan penyakit hemolisis atau bayi yang
menyelesaikan terapi cahaya sebelum usia 3-4 hari.
Exchange transfusion

Penanganan khusus lainnya yang mungkin diperlukan pada bayi dengan jaundice
adalah exchange transfusion. Exchange transfusion adalah tindakan di mana
darah pasien diambil sedikit demi sedikit dengan meningkatkan volume
pengambilan pada setiap siklusnya, untuk kemudian digantikan dengan darah
transfusi dengan jumlah yang sama. Panduan exchange transfusion ini dapat
dilihat pada grafik 3.

Cara membaca kurva pada grafik ini sama dengan kurva pada grafik panduan
terapi cahaya. Exchange transfusion dilakukan dengan segera pada bayi dengan
gejala ’acute bilirubin encephalopathy’ seperti meningkatnya ketegangan
otot, meregangnya bayi dengan posisi seperti busur, demam, tangisan dengan
nada tinggi, atau jika TSB ≥ 5 mg/dl di atas kurva yang sesuai.
Jika kadar TSB berada pada level di mana exchange transfusion dibutuhkan
atau ≥ 25 mg/dl, hal ini adalah keadaan gawat darurat dan harus segera
ditangani.
(NIH)
Sumber

   - www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001559.htm
   - http://www.aap.org/family/jaundicefaq.htm
   - http://www.cdc.gov/ncbddd/dd/kernicterus2.htm
   - http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/full/114/1/297
   -
  
http://www.lpch.org/HealthLibrary/ParentCareTopics/NewbornQuestions/JaundicedNewborn.html
   - http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003243.htm
   - http://www.breastfeedingbasics.com/html/jaundice.shtml

dr. Nurul Itqiyah H

diambil dari (
http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=14)


Pada 4 Juli 2010 10:12, Novri andy <costcontrolle...@yahoo.com> menulis:

>
>
> Dear Moms and Dads
>
> Mohon maaf mengganggu, saya ingin bertanya mengenai bayi yang baru lahir
> terkena penyakit kuning ?
> apa penyebabnya bayi terkena penyakit tersebut lalu apa langkah-langkah
> antisipasi untuk menghindari bayi
> kuning, mungkin Moms and Dads ada yang punya pengetahuan atas penyakit
> tersebut.
>
> Atas sharing-nya saya ucapkan banyak terimakasih.
>
>
> Salam
> Abinya Amil
>
>
>




-- 
Lusika Yuliana - Uci ma2Kavin+Ija
http://oetjipop.mulltiply.com



      

Kirim email ke