Pak Arief, Mba' Lif,
Thank Q banget atas articlenya.
It's very useful for all of us.

Kesimpulannya, air ketuban dan temen2nya bisa masuk ke pembuluh darah sang
ibu bukan hanya dalam proses kelahiran cesar, normal juga bisa.
Jadi moms yg pada pengen hamil lagi, gak perlu takut. 
umur, rejeki & jodoh dah ada yg ngatur.
Seorang ibu yg melahirkan ibarat sedang jihad di medan perang.
insyaAllah imbalannya syahid. Amin.

Rgd,
Dwi CH

-----Original Message-----
From: Arief Hidayat [mailto:arief.merp...@gmail.com] 
Sent: Wednesday, September 15, 2010 10:08 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] Re: [ba_oot] Cesar [air ketuban masuk ke pembuluh
darah]

kalo versi indonesianya.. .
dari arsip balita-anda tahun 2007. . keknya sich sumbernya diambil dari
nakita


EMBOLI AIR KETUBAN

     Jangan anggap remeh. Dampak yang ringan biasanya hanya sebatas sesak
napas, tapi yang berat dapat mengakibatkan kematian ibu.

     Emboli air ketuban (EAK), menurut dr. Irsjad Bustaman, SpOG, adalah
masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu.
Yang dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air
ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan
lemak janin, dan musin/cairan kental.


     Umumnya EAK terjadi pada tindakan aborsi. Terutama jika dilakukan
setelah usia kehamilan 12 minggu. Bisa juga saat amniosentesis (tindakan
diagnostik dengan cara mengambil sampel air ketuban melalui dinding perut).
Ibu hamil yang mengalami trauma/benturan berat juga berpeluang terancam EAK.
Namun kasus EAK yang paling sering terjadi, lanjut Irsjad, justru saat
persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan (postpartum). Baik
persalinan pervaginam maupun sesar,tak ada yang bisa aman 100 persen dari
risiko EAK. "Sebab, sewaktu proses persalinan normal maupun sesar, banyak
vena yang terbuka yang memungkinkan air ketuban masuk ke dalam sirkulasi
darah sekaligus menyumbat pembuluh darah balik itu," ujar ginekolog lulusan
FKUI yang antara lain berpraktek di RS Duren Sawit Jakarta.


     Secara sederhana, lanjutnya, EAK bisa dijelaskan sebagai berikut, "Saat
persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena)
terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar
biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam
sirkulasi darah. Pada giliran berikutnya, air ketuban tadi dapat menyumbat
pembuluh darah di paru-paru ibu." Nah, jika sumbatan di paru-paru meluas,
lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua
gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru.


     Kondisi tersebut bisa diperberat dengan terjadinya gangguan pembekuan
darah. Adanya penyumbatan pada vena, lanjut Irsjad, secara otomatis akan
mendorong tubuh mengeluarkan zat-zat antibeku darah untuk membuka sumbatan
tersebut. Jika didiamkan, zat antibeku darah akan habis. Padahal, habisnya
zat penting ini bisa berujung pada pendarahan di jalan lahir atau di bagian
tubuh lainnya. Inilah yang disebut dengan DIC/disseminated intravascular
coagulation atau gangguan pembekuan darah. "Jika tidak mendapat pertolongan
segera, ibu akan mengalami kejang-kejang karena otaknya kekurangan oksigen.
Bahkan bisa berakibat kematian," ujar Irsjad.


     SULIT DICEGAH


     Kendati begitu, tuturnya, tak selamanya EAK berujung maut mengingat
kasusnya mengenal gradasi berat-ringan yang ditentukan kondisi sumbatan pada
vena. Sumbatan yang ringan biasanya hanya akan membuat ibu mengalami sesak
napas sesaat. Namun EAK yang berat, seperti yang menyumbat paru-paru dan
jantung serta membuat gangguan pembekuan darah, umumnya akan mengakibatkan
kematian pada ibu.


     Yang memprihatinkan, proses EAK bisa berlangsung sedemikian cepat. Tak
heran kalau dalam waktu sekitar sejam sesudah melahirkan, nyawa ibu yang
mengalami EAK tak lagi bisa tertolong. Apalagi EAK boleh dibilang muncul
secara tiba-tiba tanpa bisa diduga sebelumnya dan prosesnya pun berlangsung
begitu cepat. Dapat dimengerti jika angka kematian ibu bersalin dengan kasus
EAK masih cukup tinggi, sekitar 86 persen.


     Sementara terapi yang bisa dilakukan untuk menangani EAK, di antaranya
terapi supportive/sesuai dengan gejala yang timbul. Jika gejala yang
ditemukan berupa sesak napas, ibu akan diberi oksigen atau respirator.
Dengan bantuan ini, andai sumbatan yang terjadi hanya sedikit, dalam
beberapa waktu gejala sesak napas akan segera berlalu. Namun bila
gangguannya berupa pembekuan darah atau ibu mengalami perdarahan hebat, tak
ada lain yang bisa dilakukan kecuali transfusi darah.


     Sayangnya, kejadian EAK sulit dicegah karena sama sekali tak bisa
diprediksi. Diagnosis pasti hanya dapat dilakukan dengan otopsi. Artinya,
setelah ibu meninggal, baru bisa terlihat di mana komponen-komponen air
ketuban tersebar di pembuluh darah paru. Bahkan pada beberapa kasus,
ditemukan air ketuban di dahak ibu yang mungkin disebabkan ekstravasasi,
yakni keluarnya cairan ketuban dari pembuluh darah ke dalam gelembung
paru/alveoli. "Biasanya, kalau paru-paru sudah tersumbat, ibu akan
terbatuk-batuk dan mengeluarkan dahak yang mengadung air ketuban yang
disertai rambut, lemak, atau kulit bayinya."


     Dengan demikian, yang bisa dilakukan adalah diagnosis klinis. Karena
secara garis besar air ketuban menyerbu pembuluh darah paru-paru, maka amat
penting untuk mengamati gejala klinis si ibu. Apakah ia mengalami sesak
napas, wajah kebiruan, terjadi gangguan sirkulasi jantung, tensi darah
mendadak turun, bahkan berhenti, dan atau adanya gangguan perdarahan.


     JARANG TERJADI


     Risiko EAK, lanjut Irsjad, tak bisa diantisipasi jauh-jauh hari karena
emboli paling sering terjadi saat persalinan. Dengan kata lain, perjalanan
kehamilan dari bulan ke bulan yang lancar-lancar saja, bukan jaminan ibu
aman dari ancaman EAK. Sementara bila di persalinan sebelumnya ibu mengalami
EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya akan mengalami kasus serupa.
Begitu juga sebaliknya.


     Menurut Irsjad, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
kejadian EAK. Pertama, his/kontraksi persalinan berlebih, yang umumnya
terjadi pada penggunaan obat-obatan perangsang persalinan yang tidak
terkontrol. Kedua, adanya bakteri dalam air ketuban. Sedangkan faktor ketiga
adalah mekonium atau tinja janin terdapat dalam air ketuban yang merupakan
salah satu pertanda kondisi gawat janin di mana janin dalam keadaan
kekurangan oksigen. Akibatnya, terjadi peningkatan gerakan usus ibu yang
membuat janin terberak-berak. Air ketuban yang penuh dengan kotoran bayi
inilah yang acap kali menimbulkan kefatalan pada kasus-kasus EAK. "Tapi para
ibu hamil tak perlu khawatir. Toh, kasus ini jarang terjadi. Angka kejadian
EAK di Asia Tenggara hanya 1 di antara 27.000 persalinan. Yang penting,
persiapkan selalu kehamilan yang sehat dan jangan lupa berdoa pada Yang Maha
Kuasa."


     Lalu bagaimana dampak EAK pada bayi? Menurut Irsjad, sama sekali tak
ada. Pasalnya, EAK umumnya terjadi sesaat seusai proses persalinan. Jadi,
bayi tidak akan mengalami gangguan apa pun.

     Faras Handayani. Ilustrator: Pugoeh



     Sekilas Tentang Air Ketuban


     Air ketuban, jelas Irsjad, merupakan semacam cairan yang memenuhi
seluruh rahim dan memiliki berbagai fungsi untuk menjaga janin. Di
antaranya, memungkinkan janin dapat bergerak dan tumbuh bebas ke segala
arah, melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap kuman dari
luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Ia juga membantu
proses persalinan dengan membuka jalan lahir saat persalinan berlangsung
maupun sebagai alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan amniosentesis.


     Air ketuban mulai terbentuk pada usia kehamilan 4 minggu dan berasal
dari sel darah ibu. Namun sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum
air ketuban dan mengeluarkan air seni. Sehingga terhitung sejak pertengahan
usia kehamilan, air ketuban sebagian besar terbentuk dari air seni
janin.Pada kehamilan normal, saat cukup bulan, air ketuban jumlahnya sekitar
1.000 cc.


     Faras
- - - - - - - - - - -




--------------------------------------------------------------
Balita-Anda Online: http://www.balita-anda.com
Peraturan Milis: peraturan_mi...@balita-anda.com
Menghubungi Admin: balita-anda-ow...@balita-anda.com
Unsubscribe dari Milis: balita-anda-unsubscr...@balita-anda.com
--------------------------------------------------------------
Balita-Anda: Panduan Orangtua yang Cerdas, Kreatif dan Inovatif dalam Merawat 
dan Mendidik Balita 

Kirim email ke