share dikit yaaa..
produk makanan/minuman kemasan apapun termasuk susu formula akan selalu
bersiko terkontaminasi zat2 lain dr luar termasuk bakteri..

so, yg perlu DIPERHATIKAN bila memberikan susu formula adalah
- pastikan meja tm membuat sufor dlm kondisi bersih
- pastikan tangan si pembuat telah cuci tangan dg sabun
- pastikan botol / wadah dlm kondisi steril
- seduhlah sufor dg suhu min 70 der C..bakteri akan mati ps suhu tsb.. -
tutup dg tutup yg aman
- saat memberikan ke anak ushkan sudah hangat2 kuku
- usahakan sufor yg sudah diseduh adl untuk selalu sekali minum spy ga ada
sisa yg diminum kmd (susu sisa rawan terkontaminasi bakteri)
- kemasan sufor yg sudah dibuka WAJIB ditutup rapat n diletakkan pd wadah yg
steril..


ada 1 lagi ni artikel ok utk menyikapi issu seputar susu formula
terkontaminasi bakteri..


Dunia Apresiasi Penelitian Susu IPB, Kenapa Terus Dikontroversi?

*AN Uyung Pramudiarja* - detikHealth
 &
http://health.detik.com/read/2011/02/24/090159/1577967/763/dunia-apresiasi-penelitian-susu-ipb-kenapa-terus-dikontroversi

 [image: img]
*Rektor IPB (dok: detikHealth)*
*Jakarta,* Andai Institut Pertanian Bogor (IPB) tidak pernah melakukan
penelitian susu yang mengandung *Enterobacter sakazakii*, hingga kini dunia
tak akan pernah punya standar kesehatan susu dan makanan yang baik.

Berkat penelitian yang dipimpin Dr Sri Estuningsih, dunia internasional jadi
tahu bagaimana risiko infeksi *E.sakazakii* pada manusia.

Penelitian berjudul 'Potensi Kejadian Meningitis pada Mencit Neonatus akibat
Infeksi *Enterobacter sakazakii*' ini pun dipresentasikan dalam
sidang-sidang *World Health Organizatio*n (WHO) dan *Food and Drug
Administration* (FAO).

Dunia menilai penelitian Dr Sri Estuningsih sebagai kontribusi penting untuk
kemanusiaan sehingga ia terpilih sebagai delegasi Asia dalam pertemuan para
ahli di Roma yang membahas risiko infeksi *E.sakazakii* pada manusia.

Menurut Rektor IPB Herry Prof Herry Suhardiyanto, penelitian tersebut
akhirnya dijadikan pertimbangan untuk penetapan standar Codex Alimentarius
(Standar Internasional Kesehatan Konsumen).

*Dus*, sejak saat itu standar Codex menetapkan susu formula tidak boleh
mengandung *Enterobacter sakazakii*. Alhasil, seluruh negara anggota Codex
sejak tahun 2008 harus mengikuti standar terbaru tersebut untuk susu
formula, makanan dan kosmetik termasuk Indonesia.

"Penelitian ini justru menyadarkan agar tidak keterusan mengonsumsi susu
yang mengandung *E.sakazakii*. Terbukti setelah BPOM mengadopsi aturan Codex
pada Oktober 2008, hanya 4 bulan sejak ditetapkan Codex, penelitian ulang
dengan metode yang sama menunjukkan hasil negatif pada semua sampel yang
digunakan," ungkap Prof Herry dalam jumpa pers di Gedung Kementerian
Pendidikan Nasional, Rabu (23/2/2011).

Tapi hasil penelitian yang mendapatkan apresiasi dari dunia internasional
ini justru menjadi kontroversi di dalam negeri. Mewakili suara konsumen,
seorang pengacara bernama David Tobing menggugat Menkes, BPOM dan IPB untuk
mengumumkan merek susu yang digunakan dalam penelitian tersebut.

Sejak saat itu masyarakat resah, bahkan muncul tuduhan ada kongkalikong
antara pabrik susu dengan pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan tidak
diumumkannya merek susu yang diteliti tersebut. Penjelasan pihak tergugat
bahwa risiko infeksi *E.sakazakii* hanya terjadi di rumah sakit pada bayi
tertentu yang bermasalah dengan ketahanan tubuh hingga kini belum mampu
meredam keresahan tersebut.

Begitu pula dengan hasil penelitian ulang yang
*dilakukan*<http://health.detik.com/read/2011/02/10/140336/1568640/764/mengapa-hasil-penelitian-susu-formula-ipb-dan-bpom-berbeda>oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang tidak menemukan lagi susu
yang mengandung *Enterobacter sakazakii*, juga dirasa tidak cukup.

Publik terus-terusan menuntut agar susu yang diteliti IPB itu diumumkan,
walaupun menurut beberapa pakar kesehatan seperti *Dr Utami Roesli, SpA,
MBA, 
IBCLC*<http://health.detik.com/read/2011/02/10/112459/1568421/764/pakar-laktasi-tidak-ada-susu-formula-yang-benar-benar-steril>yang
pernah dihubungi
*detikHealth* mengatakan, pengumuman nama susu tersebut sudah tidak lagi
relevan karena penelitiannya dilakukan tahun 2003 sementara penelitian
terbaru menunjukkan hasil negatif. Fokus sekarang menurut Dr Utami adalah
menyelamatkan bayi di bawah 1 tahun agar tidak mengonsumsi susu formula tapi
lebih utamakan ASI.

Sementara Prof Herry dalam jumpa pers Rabu kemarin mengatakan tidak semua
penelitian harus mempublikasikan identitas sampel yang digunakan.

"Harus dilihat tujuan penelitiannya. Yang dilakukan IPB tahun 2003-2006
adalah penelitian isolasi dan identifikasi bakteri patogen, atau kiasannya
adalah 'berburu bakteri'. Bukan surveilance yang tujuannya memang mengungkap
susu apa saja yang terkontaminasi," jelas Prof Herry.

Karena jenis penelitian IPB adalah penelitian isolasi, menurutnya tidak
lazim mencantumkan identitas sampel yang digunakan karena tidak bisa
mewakili seluruh populasi susu formula. Dalam jurnal internasional,
perusahaan dan merek susu yang menjadi sampel penelitian isolasi hanya
disebut dengan kode tertentu.

Tapi jika itu penelitian surveilance maka harus dicantumkan merek susu yang
diteliti. Namun tentunya ada syarat keterwakilan populasi yang harus
dipenuhi dalam penelitian *surveilance*. Misalnya untuk meneliti kontaminasi
*E.sakazakii*, dari tiap *batch* susu formula harus diambil 30 sampel
masing-masing sebanyak 10 gram.

"Kalau penelitian isolasi harus menyebutkan merek sampel yang dipakai,
menjadi tidak fair bagi yang tidak diteliti. Belum tentu yang lain bebas
dari *E.sakazakii*. Apalagi penelitiannya dilakukan tahun 2003-2006,
sementara Codex baru mengatur kontaminasi *E.sakazakii* dalam susu formula
bulan Juli 2008," jelas Prof Herry.

Penelitian isolasi IPB menguji bayi tikus yang terkena bakteri
*E.sakazakii*terbukti bisa memicu meningitis. Meski belum dibuktikan
pada manusia, namun
bakteri ini diyakini punya potensi yang membahayakan terutama pada bayi yang
punya masalah ketahanan tubuh misalnya karena lahir prematur atau terinfeksi
HIV. Karena itu, *E.sakazakii* disebut juga parasit oportunistik yakni
parasit yang hanya menyerang jika kekebalan tubuh lemah seperti kekebalan
tubuh bayi dan penderita HIV
(*up/ir*)


Pada 24 Februari 2011 13:06, <linaherlina1...@gmail.com> menulis:

> Jd pgn nanya soal sufor..aku skrg pake asi sich...klo keteter aja aku
> campur...berhubung pernah sedikit..jd jatah stock asi menipis..krn aku
> ngantor..kalo di pompa nggak sebanyak klo di susuin lgs...
>
> Skrg kan fatih (4m) pake selingan sufor nut**on r*yal..aku pernah dapet
> info lewat  klo b**lac kena bakteri itu mba angke..?..nanti kan mau 6
> bln.sebaiknya pake apa ya?aku jd takut..
>
> Tp mba angke nggak ada apa2 kan sama bayiny?
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
>

Kirim email ke