UHT beda lagi, tidak perlu dipanaskan sampai suhu 70 deg C, karena proses UHT berbeda dengan susu bubuk. Intervensi selama pemrosesan susu UHT berbeda. Anak saya dari usia 1 tahunan sudah UHT plain, alhamdulillah so far baik2 saja.
Untuk UHT, yang penting, begitu dibuka, langsung dikonsumsi, dan jika tidak habis, langsung masuk kulkas, masih bisa dikonsumsi sampai 3 hari ke depan. Jika sudah 4 jam di suhu ruang dalam kondisi terbuka, sebaiknya tidak dikonsumsi. 2011/2/24 <marisalu...@gmail.com> > Thanks infonya mbak. Tp saya mau tanya, itu kan cara penyajian untuk Susu > Bubuk, kalo UHT gmn ya? Apa harus dipanaskan smp 70 derajat juga? > > > Mia > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -----Original Message----- > From: Lusika Yuliana <u...@jateng.aimi-asi.org> > Date: Thu, 24 Feb 2011 13:24:15 > To: <balita-anda@balita-anda.com> > Reply-To: balita-anda@balita-anda.com > Subject: Re: [balita-anda] Mpasi > share dikit yaaa.. > produk makanan/minuman kemasan apapun termasuk susu formula akan selalu > bersiko terkontaminasi zat2 lain dr luar termasuk bakteri.. > > so, yg perlu DIPERHATIKAN bila memberikan susu formula adalah > - pastikan meja tm membuat sufor dlm kondisi bersih > - pastikan tangan si pembuat telah cuci tangan dg sabun > - pastikan botol / wadah dlm kondisi steril > - seduhlah sufor dg suhu min 70 der C..bakteri akan mati ps suhu tsb.. - > tutup dg tutup yg aman > - saat memberikan ke anak ushkan sudah hangat2 kuku > - usahakan sufor yg sudah diseduh adl untuk selalu sekali minum spy ga ada > sisa yg diminum kmd (susu sisa rawan terkontaminasi bakteri) > - kemasan sufor yg sudah dibuka WAJIB ditutup rapat n diletakkan pd wadah > yg > steril.. > > > ada 1 lagi ni artikel ok utk menyikapi issu seputar susu formula > terkontaminasi bakteri.. > > > Dunia Apresiasi Penelitian Susu IPB, Kenapa Terus Dikontroversi? > > *AN Uyung Pramudiarja* - detikHealth > & > > http://health.detik.com/read/2011/02/24/090159/1577967/763/dunia-apresiasi-penelitian-susu-ipb-kenapa-terus-dikontroversi > > [image: img] > *Rektor IPB (dok: detikHealth)* > *Jakarta,* Andai Institut Pertanian Bogor (IPB) tidak pernah melakukan > penelitian susu yang mengandung *Enterobacter sakazakii*, hingga kini dunia > tak akan pernah punya standar kesehatan susu dan makanan yang baik. > > Berkat penelitian yang dipimpin Dr Sri Estuningsih, dunia internasional > jadi > tahu bagaimana risiko infeksi *E.sakazakii* pada manusia. > > Penelitian berjudul 'Potensi Kejadian Meningitis pada Mencit Neonatus > akibat > Infeksi *Enterobacter sakazakii*' ini pun dipresentasikan dalam > sidang-sidang *World Health Organizatio*n (WHO) dan *Food and Drug > Administration* (FAO). > > Dunia menilai penelitian Dr Sri Estuningsih sebagai kontribusi penting > untuk > kemanusiaan sehingga ia terpilih sebagai delegasi Asia dalam pertemuan para > ahli di Roma yang membahas risiko infeksi *E.sakazakii* pada manusia. > > Menurut Rektor IPB Herry Prof Herry Suhardiyanto, penelitian tersebut > akhirnya dijadikan pertimbangan untuk penetapan standar Codex Alimentarius > (Standar Internasional Kesehatan Konsumen). > > *Dus*, sejak saat itu standar Codex menetapkan susu formula tidak boleh > mengandung *Enterobacter sakazakii*. Alhasil, seluruh negara anggota Codex > sejak tahun 2008 harus mengikuti standar terbaru tersebut untuk susu > formula, makanan dan kosmetik termasuk Indonesia. > > "Penelitian ini justru menyadarkan agar tidak keterusan mengonsumsi susu > yang mengandung *E.sakazakii*. Terbukti setelah BPOM mengadopsi aturan > Codex > pada Oktober 2008, hanya 4 bulan sejak ditetapkan Codex, penelitian ulang > dengan metode yang sama menunjukkan hasil negatif pada semua sampel yang > digunakan," ungkap Prof Herry dalam jumpa pers di Gedung Kementerian > Pendidikan Nasional, Rabu (23/2/2011). > > Tapi hasil penelitian yang mendapatkan apresiasi dari dunia internasional > ini justru menjadi kontroversi di dalam negeri. Mewakili suara konsumen, > seorang pengacara bernama David Tobing menggugat Menkes, BPOM dan IPB untuk > mengumumkan merek susu yang digunakan dalam penelitian tersebut. > > Sejak saat itu masyarakat resah, bahkan muncul tuduhan ada kongkalikong > antara pabrik susu dengan pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan tidak > diumumkannya merek susu yang diteliti tersebut. Penjelasan pihak tergugat > bahwa risiko infeksi *E.sakazakii* hanya terjadi di rumah sakit pada bayi > tertentu yang bermasalah dengan ketahanan tubuh hingga kini belum mampu > meredam keresahan tersebut. > > Begitu pula dengan hasil penelitian ulang yang > *dilakukan*< > http://health.detik.com/read/2011/02/10/140336/1568640/764/mengapa-hasil-penelitian-susu-formula-ipb-dan-bpom-berbeda > >oleh > Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang tidak menemukan lagi susu > yang mengandung *Enterobacter sakazakii*, juga dirasa tidak cukup. > > Publik terus-terusan menuntut agar susu yang diteliti IPB itu diumumkan, > walaupun menurut beberapa pakar kesehatan seperti *Dr Utami Roesli, SpA, > MBA, IBCLC*< > http://health.detik.com/read/2011/02/10/112459/1568421/764/pakar-laktasi-tidak-ada-susu-formula-yang-benar-benar-steril > >yang > pernah dihubungi > *detikHealth* mengatakan, pengumuman nama susu tersebut sudah tidak lagi > relevan karena penelitiannya dilakukan tahun 2003 sementara penelitian > terbaru menunjukkan hasil negatif. Fokus sekarang menurut Dr Utami adalah > menyelamatkan bayi di bawah 1 tahun agar tidak mengonsumsi susu formula > tapi > lebih utamakan ASI. > > Sementara Prof Herry dalam jumpa pers Rabu kemarin mengatakan tidak semua > penelitian harus mempublikasikan identitas sampel yang digunakan. > > "Harus dilihat tujuan penelitiannya. Yang dilakukan IPB tahun 2003-2006 > adalah penelitian isolasi dan identifikasi bakteri patogen, atau kiasannya > adalah 'berburu bakteri'. Bukan surveilance yang tujuannya memang > mengungkap > susu apa saja yang terkontaminasi," jelas Prof Herry. > > Karena jenis penelitian IPB adalah penelitian isolasi, menurutnya tidak > lazim mencantumkan identitas sampel yang digunakan karena tidak bisa > mewakili seluruh populasi susu formula. Dalam jurnal internasional, > perusahaan dan merek susu yang menjadi sampel penelitian isolasi hanya > disebut dengan kode tertentu. > > Tapi jika itu penelitian surveilance maka harus dicantumkan merek susu yang > diteliti. Namun tentunya ada syarat keterwakilan populasi yang harus > dipenuhi dalam penelitian *surveilance*. Misalnya untuk meneliti > kontaminasi > *E.sakazakii*, dari tiap *batch* susu formula harus diambil 30 sampel > masing-masing sebanyak 10 gram. > > "Kalau penelitian isolasi harus menyebutkan merek sampel yang dipakai, > menjadi tidak fair bagi yang tidak diteliti. Belum tentu yang lain bebas > dari *E.sakazakii*. Apalagi penelitiannya dilakukan tahun 2003-2006, > sementara Codex baru mengatur kontaminasi *E.sakazakii* dalam susu formula > bulan Juli 2008," jelas Prof Herry. > > Penelitian isolasi IPB menguji bayi tikus yang terkena bakteri > *E.sakazakii*terbukti bisa memicu meningitis. Meski belum dibuktikan > pada manusia, namun > bakteri ini diyakini punya potensi yang membahayakan terutama pada bayi > yang > punya masalah ketahanan tubuh misalnya karena lahir prematur atau > terinfeksi > HIV. Karena itu, *E.sakazakii* disebut juga parasit oportunistik yakni > parasit yang hanya menyerang jika kekebalan tubuh lemah seperti kekebalan > tubuh bayi dan penderita HIV > (*up/ir*) > > > Pada 24 Februari 2011 13:06, <linaherlina1...@gmail.com> menulis: > > > Jd pgn nanya soal sufor..aku skrg pake asi sich...klo keteter aja aku > > campur...berhubung pernah sedikit..jd jatah stock asi menipis..krn aku > > ngantor..kalo di pompa nggak sebanyak klo di susuin lgs... > > > > Skrg kan fatih (4m) pake selingan sufor nut**on r*yal..aku pernah dapet > > info lewat klo b**lac kena bakteri itu mba angke..?..nanti kan mau 6 > > bln.sebaiknya pake apa ya?aku jd takut.. > > > > Tp mba angke nggak ada apa2 kan sama bayiny? > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > > >