Betul mam. dr bbrp imel jg tlihat ada perbedaan pendapat..its oke, toh bunda 
pst kasi advice yg tbaik berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya.

Ada yg mencegah kejang dgn icip2 kopi...ada yg ga pernah kasi kopi dan tdk 
kejang. Dan itu mnrt sy tdk ada yg salah.. Sy baru kepikiran, namanya jg HT, 
kdg bs dibilang believe or not.

Sy disini hny mencoba mengambil tengahnya sj. Dgn pertimbangan:

1. Kondisi anak sy sdh pernah kejang dan sy jg pny riwayat kejang wktu kecil. 
Sebelum kejang sy tdk pernah kasi kopi.

2. Usia anak 21bln dan bkn bayi lagi mnrt sy, sehingga sy anggap sdh bs minum 
madu dan kopi dlm batasan sedikit dan tdk tiap hari..sehingga (smbil berdoa 
berharap) nti-nya anak  tdk ketergatungan kopi dan tdk terhambat penyerapan 
kalsium dlm tubuhnya.

3. Desakan sodara yg menganjurkan kasi kopi..drpd nti makin disalahkan, sy kasi 
sj kopi tp dikit dan tdk tiap hari.

4. Sy jg tdk menutup diri penggunaan diazepam sesuai copas mba uci walaupun 
mnrt bunda khadijah kurang baik.

Mohon maaf BA'ers atas imel sy jika ada yg kurang berkenan.

Brgds,rumia

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: rossh...@yahoo.com
Date: Wed, 20 Apr 2011 00:33:15 
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Kejang identik dgn kopi?
La, koq malah dikasih madu n kopi mam?
bukannya dr mail mbak uci itu malah tidak dianjurkan? 

Coba deh dibaca baik2 lg yg dicopas mba uci

Salam
Rusmina
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: rumi...@yahoo.co.id
Date: Wed, 20 Apr 2011 00:26:23 
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Kejang identik dgn kopi?
Wah knp imel ini br masuk skrng ya..hrsnya sblm imel mba utami.

Terima kasih mba Lusika..mgkn sy kasi kopinya 1-2 teguk aj dl..dan plus madu. 

Brgds,rumia
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: Lusika Yuliana <u...@jateng.aimi-asi.org>
Date: Tue, 19 Apr 2011 09:14:13 
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Reply-To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Kejang identik dgn kopi?
Sependek pengetahuan aku kopi itu mrngandung kafein yg sifatnya
menenangkan..
Kopi TDK BAIK utk bayi, terutama karena cafeine yg terkandung di dalamnya
dapat menghambat proses penyerapan kalsium oleh tubuh.

Step/kejang demam pada bayi/anak lebih banyak krn ada riwayat kejang demam
pd keluarganya (genetik juga sifatnya).

 Ini aku ada artikel ttg kejang deman dr arsip milis BA n_milis sehat_

==============
*Apakah kejang demam itu ?
*
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau
anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini
dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini
terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk
pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.

Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam (2).
Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran
disertai gerakan lengan dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan
tubuhnya. Kejang demam ini secara umum dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu (1,2):

Simple febrile seizures : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15
menit dan tidak berulang dalam 24 jam.

Complex febrile seizures / complex partial seizures : kejang fokal
(hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit,
dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).

*Risiko berulangnya kejang demam
*
Simple febrile seizures tidak meningkatkan risiko kematian,
kelumpuhan, atau retardasi mental. Risiko epilepsi pada golongan ini
adalah 1%, hanya sedikit lebih besar daripada populasi umum. Risiko
yang dimiliki hanyalah berulangnya kejang demam tersebut pada 1/3 anak
yang mengalaminya. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah (1,2):

Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah
relatif normal

Riwayat demam yang sering

Kejang pertama adalah complex febrile seizure

Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25%
dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai
100% dengan &#8805; 3 faktor risiko.

*Penanganan kejang demam*

Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri
setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut (2,3):

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping,
bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.

Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau
penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.

Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan
penanganan khusus.

Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa
ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk
dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5
menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik
dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4).

Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui
dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher,
muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.

Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan
dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut (3,4):

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask

Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus)
atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk
meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya
menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup
lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan
(1).

Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :

Terapi awal dengan diazepam

Usia

Dosis IV (infus)
(0.2mg/kg)

Dosis per rektal
(0.5mg/kg)

< 1 tahun

1–2 mg

2.5–5 mg

1–5 tahun

3 mg

7.5 mg

5–10 tahun

5 mg

10 mg

> 10 years

5–10 mg

10–15 mg

Jika kejang masih berlanjut :

· Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum
terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal

· Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

· Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit
atau fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit.

· Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG
(rekam jantung).

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di
ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan

Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti.
Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain
infeksi virus (tersering), otitis media, tonsilitis, ISK,
gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah),
meningitis, dan pasca imunisasi.

Beberapa pemeriksaan lanjutan hanya diperlukan jika didapatkan
karakteristik khusus pada anak.

· Pungsi lumbar (1)

Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada
di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan
meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama
pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala dan tanda meningitis pada
bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam
pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda
mengenai prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan,
cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan
kejang demam yang :

· Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)

· Mengalami complex partial seizure

· Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)

· Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat)

· Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan.
Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal.

· Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak
tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam
yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis
dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar
sangat dianjurkan untuk dilakukan.

· EEG (electroencephalogram) (1)

EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan
gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada
kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan)
neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang
dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan
setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa
yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang
abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat
prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko
epilepsi.

· Pemeriksaan laboratorium (1)

Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit,
kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada
kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk
mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.

· Neuroimaging (1)

Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya.

*Risiko dan keuntungan penanganan jangka panjang
*
Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang
demam jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah
pemeriksaan teliti oleh spesialis (2). Beberapa obat yang digunakan
dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut.

· Antipiretik

Antipiretik tidak mencegah kejang demam (5,6). Penelitian menunjukkan
tidak ada perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara
pemberian asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen
secara sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen.

· Diazepam

Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten
(berkala) saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan
risiko tinggi berulangnya kejang demam yang berat (2,6). Namun,
edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek
samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan),
letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel. Pemberian
diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada
onset demam sebelum diazepam sempat diberikan (5). Efek sedasi
(menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang
lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat.

· Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan

Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko
efek sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui
keuntungan yang mungkin diperoleh (5). Profilaksis dengan
carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah
berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya
kejang demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan
hati, terutama pada anak berusia < 3 tahun), trombositopenia
(menurunnya jumlah keping darah yang berfungsi dalam pembekuan darah),
pankreatitis (peradangan pankreas yang merupakan kelenjar penting
dalam tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat penggunaan asam
valproat sama sekali tidak dianjurkan sebagai profilaksis kejang
demam.

Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat
dipertimbangkan sebagai profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah
pemberian diazepam secara berkala pada saat onset demam, dengan
dibekali edukasi yang cukup pada orang tua. Dan tidak ada terapi yang
dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan datang (6).

*Imunisasi dan kejang demam*

Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang
diikuti kejang demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan
risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut (2):

· DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari
imunisasi, dan menurun setelahnya.

· MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada
hari 8-14 setelah imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang
yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam
pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi
berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra indikasi
imunisasi.

atau lebih lengkapnya bisa kunjungi ke sini : http://www.sehatgroup.
web.id cari di guidelinesnya,

============

http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=62

*Kejang Demam pada Anak

dr. Hardiono Pusponegoro
*
KEJANG demam adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam.

Umumnya, sekitar 2% sampai 5% anak berumur antara enam bulan sampai

lima tahun mengalami demam ini. Namun tidak sampai menginfeksi otak anak.


*Apa yang harus dilakukan bila anak mengalami kejang demam? *

Walaupun kejang demam terlihat sangat menakutkan, sebenarnya jarang sekali

terjadi komplikasi berat. Yang paling penting (dan paling sulit) adalah
untuk

tetap tenang. Lihat jam untuk menentukan berapa lama kejang berlangsung.
Jangan

memasukkan sendok atau jari ke dalam mulut anak untuk mencegah lidahnya

tergigit. Hal ini tidak ada gunanya, justru berbahaya karena

gigi dapat patah atau jari luka. Miringkan posisi anak sehingga ia tidak

tersedak air liurnya. Jangan mencoba menahan gerakan anak. Turunkan

demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air sedikit

hangat. Setelah air menguap, demam akan turun. Jangan memberi kompres

dengan es atau alkohol karena anak akan menggigil dan suhu di dalam

tubuh justru meningkat, walaupun kulitnya terasa dingin. Bila ada, Anda
dapat

memberikan diazepam melalui anus. Untuk anak dengan berat badan kurang

dari 10 kg dapat diberikan obat, sebagian besar kejang demam akan

berhenti sendiri sebelum lima menit.


*Apakah anak perlu masuk rumah sakit?
*
Bila kejang berlangsung kurang dari lima menit, kemudian anak sadar dan

menangis, biasanya tidak perlu dirawat. Bila demam tinggi, kejang

berlangsung lebih dari 10-15 menit, kejang berulang atau anak tidak

sadar setelah kejang berhenti. Anda harus membawanya ke Dokter atau Rumah

Sakit. Untuk membantu menentukan apa yang akan terjadi pada anak dikemudian

hari, kejang demam dibagi dalam kejang demam sederhana dan kejang

kompleks.


Kejang demam sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari

15 ak berulang pada hari yang sama, sedangkan kejang kompleks

adalah bila kejang hanya terjadi pada datu sisi tubuh, berlangsung lama

lebih dari 15 menit atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.


Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau

mengganggu kepandaian. Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari

juga sangat kecil, sekitar 2% hingga 3%. Risiko terbanyak adalah berulang

kejang demam, yang dapat terjadi pada 30 sampai 50% anak. Risiko-risiko

tersebut lebih besar pada kejang yang kompleks.


Rekaman otak atau electroencephaiografi (EEG) biasanya tidak

dilakukan secara rutin, karena tidak berguna untuk memperkirakan apakah
kejang

akan berulang kembali, juga tidak dapat memperkirakan apakah akan terjadi

epilepsi di kemudian hari. Pemeriksaan CT scan atau MRI juga tidak

perlu dilakukan.

Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak mengalami kelainan

saraf yang nyata, dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan

dengan anti kejang jangka panjang selama 1-3 tahun. Obat yang digunakan

misalnya phenobarbital yang sangat efektif untuk mencegah berulangnya

kejang, namun di sisi lain memiliki efek samping menyebabkan anak menjadi
hiperaktif.


Pada 19 April 2011 09:05, <rumi...@yahoo.co.id> menulis:

> Dear all mom n dad,
>
> Pls share ya..knp kl anak yg sdh prnh kejang demam..advice pertama mesti
> dikasi kopi..ga keluarga ga sodara ga temen smp tmn nya ipar jg advice rajin
> kasi kopi.
>
> Ada yg tau ga apa hub-nya atau bgmn orng dulu ceritanya smp bs ke minum
> kopi sarannya.
>
> Dan ini jg yg sy bingung. Kopi itu bikin kita/anak keep awake sedangkan kl
> dokter mesti kasih obatnya justru yg mengandung obat tidur termasuk stesolid
> itu mengadung obat tidur.
>
> Maaf ya kl repost ...jujur sy blm buka2 arsip BA.
>
> Terima kasih dan salam
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Kirim email ke