pengalaman waktu istri daku melahirkan anak ke-2, dengan ILA juga. Setahu saya yg diceritain istri, sebelumnya dicoba dulu apakah alergi atau tidak. JAdi tidak langsung main suntik aja. Memang dengan ILA, kalau kebanyakan dosisnya bisa membuat tidur, tapi seharusnya tidak boleh tidur.
Istri saya bilang sekali disuntik, masih merasakan sakitnya, makanya diberi suntikan lagi, nah suntikan ke-2 inilah yang membuat istri daku agak fly, tapi doi sadar kalau tidak boleh tertidur, dan dokter spog, perawat, dokter anestesi dan dokter anak yang mendampingipun mengkondisikan supaya tidak tertidur dengan banyak ngobrol banyak joke, pokoknya dibuat santai dan rileks. Lalu menurut istri daku, waktu kontraksi juga berasa tapi tidak berasa sakit lagi, jadi tau kapan harus mengejan namun tetep sesuai instruksi dokternya supaya efektif. Nah kalau tertidur, tentu saja si ibu tidak bisa mengejan, jadi terpaksa divaccum, kalau tidak ya ndak mungkin babynya keluar dong. Kalau ditanya kenapa milih ILA karena pada persalinan sebeumnya, meskipun sudah kursu melahirkan, tapi waktu hari H-nya selalu salah mengejan, sampai2 muka dan matanya merah darah semua kayak monster, hampir saja menyerah, dan minta dicaesar berkali-kali, untung dokternya sabar dan tenang. Ditambah daku juga salah ikut mengkomandoi kapan harus push padahal tidak tau bagaimana tanda2nya. Istri daku juga tergolong orang yang tidak tahan sakit, apalagi sakit melahirkan. begitu pengalaman dari kami. di2 2011/9/8 <dina_sug...@yahoo.com> > Seneng deh kalo mba sylvia ksh info pengalamannya.. :) > _______________________________________ *Ini Tandatangan yaa.... * _______________________________________