Kalo menurut saya sih, kualitas guru/pengajar/pengawas di sekolah lebih
penting dari ke 3 kriteria yang disebutkan.

Seperti kata Wulan, fasilitas bisa dicari diluar sekolah.  Sedangkan
kurikulum/visi/misi tuh bisa aja di modifikasi sendiri, tergantung
sekolahnya....

Pengalaman anak saya sendiri,  tahun kemarin dia masih preschool.  Kurikulum
nya pemerintah, fasilitasnya OK, semuanya kebetulan memadai lah.  Yang
penting, guru nya amat sangat ambil berat tentang kelakuan anak2 muridnya
disekolah.  Ada satu cerita tentang anak saya yang di bully sama temen satu
jemputan.  Emang tu anak kelas nya diatas anak saya (lebih tua 2 tahun).
Sampe bikin anak saya nggak mau pergi sekolah lho saking takut sama tu anak.
Dan kebetulan kejadian nya suatu hari saya pergokin, langsung saya tegur tu
anak.

Saya ceritakan ke guru nya, dan gurunya manggil ortu si anak, dst, dst.
Yang bikin saya lega adalah perlakuan/tindakan gurunya itu lho.  Bukannya
saya mau cari pembela, realitas nya aja, masak sih anak lebih kecil di buly
sama anak 2 tingkat lebih tinggi.  Dan kalo dibiarin, apa jadinya, bukan
anak saya aja yang jadi korban, tapi banyak lagi anak2 bakalan jadi korban.
Trus kalo dibiarin juga, mau jadi apa anak2 itu nantinya....  Emang sih
anak2 itu masih anak2, mereka belum ngerti.  Justru itu kita kasih
pengertian, dikasih tau yang mana yang boleh dan yang mana nggak boleh.  Itu
kan tugas kita sebagai orang tua kalo anak kita dirumah.  Kalo anak kita
nggak dirumah, ya, di sekolahnya.  Maka, sekolah, terutama guru2nya
bertanggung jawab atas sikap anak2 muridnya.

Hasil didikan anak2 dari awal sekolah, itu sangat ditentukan oleh guru2nya.
Bagaimana anak bersikap di masa depan, itu karena ajaran yang dianut dari
awal (cmiiw).

Kalo dari ceritanya Toni, jelas banget (menurut saya lho) kualitas maupun
skill nya guru itu sangat berperan dalam membentuk kepribadian anak2 di
sekolah (boleh dibilang kan mereka "step parents" anak2 diluar rumah)

Mestinya sih, gurunya disekolah Toni bisa ambil tindakan, atau cari jalan
supaya keadaan nggak lebih parah (sampe Toni nggak mau sekolah).

Itu pendapat saya lho.  Sorry saya juga jadi sharing nih....

salam,
ibunya Dienta


----- Original Message -----
From: "Alivia Yulfitri" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, January 15, 2004 12:34 PM
Subject: [balita-anda] Memilih Sekolah


> Dear netters,
>
> Saya butuh bantuan utk memilih sekolah. Saya pernah dapat, bhw utk
> memperhatikan sekolah ada 3 faktor: fasilitas sekolah,
kurikulum/visi/misi,
> dan skill para pengajar/yg terlibat langsung di pelaksanaan
> pendidikannya.Sebelumnya maaf jk agak panjang..:-)
>
> Nah, masalahnya, sy sulit sekali menemukan sekolah yg lengkap itu semua,
> sekalipun sekolah yg bagus+mahal, mungkin walaupun tidak 'sering', tp
> minimal 'pernah' berkasus satu/dua sih..
>
> Yg ingin ditanyakan, dari ketiga faktor diatas, menurut bapak&ibu, mana yg
> paling berperan, apakah kurikulumnya/visi/misinya? apakah kemampuan
pengajar
> dlm mendidik & termasuk problem solving, krn akan berpengaruh ke
> perkembangan pendidikan/pergaulan/pendewasaan anak? atau ke fasilitasnya,
> misal ada komputer+programnya, alat bermainnya yg bagus,dll?
>
> Dan utk masalah pendidiknya juga,masalah lainnya,bisa aja 'kemauan' si
> pendiri/pemegang visi sekolah tidak terserap secara keseluruhan oleh
> pelaksananya. Klo begini, jdnya gimana ya? Dari ketiga faktor diatas, mana
> yg lebih baik paling diprioritaskan?
>
> Dan sekalian aku ada contoh kasus, pengalaman temenku, masuk sekolah A
> (terkenal dan bagus), tapi ada masalah 'pada problem solving' dan tidak
> terselesaikan. Dan yg mau aku tanyakan, klo begini yg salah apanya? dan
> apakah skr bisa berubah gak ya/skrg sdh berubah blm ya atau tdk bisa
> ditentukan? Dan Lebih baik, aku jadi ambil sekolah ini atau nggak ya?
(tapi
> yg lain jg belum tentu bagus, mengingat 3 faktor diatas, kyknya 2 faktor
> lainnya masih jauh lebih menang sekolah A ini).
>
> Begini ceritanya..
> #
> Sebetulnya Sekolah A itu sdh bagus, dan Toni (nama samaran anak temenku)
> sudah
> bagus juga perkembangannya, bermain berkenalan dsb. Kmd Toni banyak
temannya
> wkt itu usianya antara 3-4 thn, ada psikolog yang selalu mengontrol tiap
> periode tertentu dan perkembangan Tonipun cukup menyenangkan kami, krn
> beberapa
> target kami sudah terpenuhi.
>
> Banyak temannya cewek2 maupun cowok2 yang suka ngajak main. Toni maunya
adil
> dalam bermain dgn ini ok dengan yang lain juga ok. Selain itu ada juga
yang
> Autis, yang cenderung 'menyerang' tapi Toni bisa memahamii keadaan anak
tsb.
>
>
> Nah, pada suatu pekan anak2 cewek berebut utk bermain dg Toni sehingga dia
> ditarik kesana kemari dan cewek2 tsb jadi saling berebut dan bertengkar,
> kondisi ini sering kali terjadi sehingga membuatnya tdk nyaman, begitu
juga
> teman cowok2nya ditambah lagi maaf kelakuan yang autis tadi, nah kekerasan
> kecil ini sering berlangsung --sy tdk tahu bgmn para guru/kru menangani
> kondisi ini-- yang membuat Toni kurang mood.
>
> Pada suatu hari, wah rame nih! masih dalam rentetan pekan itu Toni lagi
gak
> pengen main di dalam beserta teman2nya, jadi maunya bermain di luar dg
> alat2, nah pada jam tersebut anak-anak harus di dalam ruangan dan tidak
> boleh ditemani ortunya, tapi Toni tdk mau, shg dipaksa oleh kru-nya disana
> sehingga Toni berontak dan manjat keluar sambil menangis.
>
> Besoknya gak mau sekolah lagi ke A?!!
>
> Selama beberapa bln Toni tdk tertarik utk ikut play group apapun meski
bagus
> fasilitasnya. Nah kemudian dicoba untuk disosialisasikan di TK MF, Dia mau
> tapi tdk mau bergabung dengan teman2-nya di dalam kelas, tapi maunya di
luar
> saja, sampai bebrapa lama kemudian dis masuk ke kelas asal ditemani
mamanya.
> Setelah dia betul-betul merasa aman baru dia mau masuk dan sekolah di TK
MF,
> itu pun karena beberapa teman bermainnya ada disana jadi dia merasa cukup
> aman.
>
> Nah yang saya tidak mengerti di sekolah A adalah mengapa para guru/krunya
> --tdk semua kali ya-- tidak bisa memahami kondisi dan situasi anak2
> --khususnya Toni wkt itu-- dan bertindak lebih cermat, hati2 dan tidak
> tergesa-gesa, shg seolah tidak nyambung antara prinsip yang difahami
> psikolog sekolah tersebut dg para krunya.
>
> Saya tidak menyalahkan siapapun, mungkin sekarang jauh lebih baik, bisa
jadi
> kejadian itupun hanya kebetulan terjadi pada Toni.
>
> Alhamdulillah sekarang sekolah di SD X ee... ketemu lagi sama temen2nya
dulu
> di A dan No problem.
>
> #
>
> Ditunggu banget masukkannya moms&dads..thanks for reading..:-)
> alif
>


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke