Ibu / Bapak,

Saya sangat tercengang melihat derap hukum kemarin mengenai rekonstruksi
kematian Taufik, memang sangat tragis yah, tapi saya melihat banyak yang
aneh misal bayi 9 bulan berani ditinggalkan Ibu dan bapaknya semalaman
dengan alasan kurang kuat ( kok ngga dibawa nginap yah ) . Pengalaman untuk
kita untuk lebih bijaksana dan berhati - hati karena pembantu / BS /
Pengasuh itu bukan bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan anak kita
karena kita gaji tetapi hanya membantu saja dan mereka punya batas tenaga
dan mental. 

Kemarin saya nonton sama mbanya anakku dan saya bilang kalau mbak ngga bisa
tangani anakku, jangan segen - segen minta bantuan tetangga, apabila ngga
ada orang rumah atau keluarga dirumah.

Semoga Tuhan memberikan ketenangan kepada Taufik dan kekuatan untuk kedua
orang tuanya dan semoga tidak ada Sri Wahyuni - Sri Wahyuni yang lain.

Salam,
Mama Gerald




-----Original Message-----
From: Romi [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, January 20, 2004 9:23 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; 'Aryani Novita'; 'Liana'
Subject: RE: [balita-anda] Fyi : Membunuh Bayi Majikan


Membaca berita seperti ini... saya sampai nangis... tak kuasa air mata
ini mengalir sendiri.. membayangkan penderitaan yang dialami oleh anak
sekecil itu. Semoga pembantu itu mendapat balasan yg lebih kejam dari
apa yang dia lakukan kepada si bayi. Semoga ibunya diberi kekuatan
batin.
Semoga.. kejadian seperti ini tdk terulang lagi... jangan sampai menimpa
kita. Amiiin ...amiiiin... amiiiiin


-----Original Message-----
From: Angina's Mom [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, January 20, 2004 9:14 AM
To: Aryani Novita; Balita anda; Liana
Subject: [balita-anda] Fyi : Membunuh Bayi Majikan

Liputan6.com, Bekasi: Rumah tampak sepi. Pintu rumah juga tidak
terkunci.
Salmiah masuk perlahan ke kamar tengah. Putra bungsunya Muhammad Taufik
Alfarizy tergeletak sendirian. Sebuah surat berada tak jauh dari tubuh
bayinya yang berumur delapan bulan lebih. Pesan singkat di kertas putih
ini membuat Salmiah lemas. Matanya tertuju pada Taufik. Tangisnya pecah
berderai. Putranya yang genap berusia sembilan bulan pada 19 Januari itu
telah meninggal.

Surat itu ditulis oleh Sri Wahyuni pembantunya. Pembantu rumah tangganya
itu mengatakan, Taufik tewas terjatuh dari ayunan. Karena takut, dia
meninggalkan rumah dan pamit lewat surat. Salmiah benar-benar
terguncang.
Tubuh bayi mungilnya dipeluk erat-erat. Namun, Taufik tak bergerak.
Tubuhnya mendingin.

Salmiah masih tak percaya. Suaminya Salman Nasution, tetangga, dan
kerabat
dekat yang datang ke rumahnya juga bertanya-tanya. Telepon dari iparnya,
Supri, semakin membuat dia bingung. Suami kakak kandungnya itu meminta
Salmiah dan Salman memeriksa kondisi tubuh Taufik. Sebab, dia curiga
pada
cerita Sri Wahyuni. Ternyata, Sri mampir dahulu ke rumah Supri di
Cimone,
Tangerang.

Namun, kecurigaan itu tertutup oleh kesedihan yang mendalam. Karena itu,
mereka segera mengebumikan Taufik di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak,
Jakarta Pusat. Dua hari kemudian, polisi menghubungi keluarga Nasution
untuk menyelidiki penyebab kematian Taufik. Usulan polisi untuk menggali
kubur Taufik ditentang keluarganya. Namun, polisi tetap mengotopsi
Taufik
di Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Bogor, Jawa Barat. RS ini dipilih
karena biaya otopsi di RS Cipto Mangunkusumo Rp 2 juta, dianggap kelewat
mahal. "Akhirnya bisa dibuktikan kematian ini memang tidak wajar," kata
Ajun Komisaris Polisi Sartono, Kapolsek Gunung Putri, Bekasi.

Sri tak bisa mengelak. Gadis yang tidak tamat sekolah lanjutan pertama
ini mengakui perbuatannya. Dia bakal dijerat Pasal 359 Kitab
Undang-undang
Hukum Pidana tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian seseorang.
Sebagai ganjarannya, remaja putri ini terancam hukuman tujuh tahun
penjara.

Kelelahan. Itulah yang membuat Sri kesal. Cewek berusia 17 tahun ini
baru
bekerja selama sebulan di rumah Salmiah. Dia bertugas membersihkan rumah
dan menjaga Taufik dan mengawasi kakak Taufik. "Yang susah itu ya,
ngurusin bayi, harus gantiin popoknya, ngasih makan juga" ujar Sri.
Dari pekerjaan itu dia mendapat gaji Rp 200 per bulan. 

Sebaliknya, Salmiah masih tidak percaya. Dia mengaku tak pernah bersuara
tinggi apalagi memarahi Sri. Makanan di meja makan keluarganya juga
selalu sama dengan yang dilahap Sri. Ketika menginap di hotel, Sri juga
tidur sekamar dengan dia dan anak-anaknya. Bahkan, Salmiah juga membuat
kamar khusus buat Sri. "Saya nggak ngebayangin waktu Taufik disiksa,
dia sekarat," kata Salmiah berurai air mata. 

Sri memang mengarang sendiri alasan kematian Taufik. Dia mengisahkan,
sejak ditinggal Salmiah pada hari nahas itu, Taufik tak mau diam, meski
digendong dan dibujuk. Sri naik pitam dan menampar pipi Taufik. Suara
bayi itu kian kencang. Tak mau diam, perut Taufik yang jadi sasaran,
menyusul punggung dan kaki. Penganiayaan ini dilakukan berkali-kali.
Puncaknya, Sri mengangkat tubuh Taufik dan membantingnya ke kasur
busanya yang membentang di ubin kamarnya. Kemudian, dia membawa
Taufik yang dalam kondisi kejang ke ruang tengah. Tak lama kemudian,
rumah itu benar-benar sepi. Tak ada lagi rengekan bayi. Taufik tewas.
(TNA/Tim Derap Hukum)


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]




---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke