Udah gak usah panik untuk bawa anaknya imunisasi HiB.
Yang perlu dipikirkan apa kita mau anak kita kena penyakit akibat HiB.
Kayak enggak deh ya. Semoga membantu.

Mamanya Alyssa
============================================

Hib dan Ancaman Kematian Bayi

KENDATI teknologi dan berbagai penemuan sudah demikian banyak,
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi salah satu penyebab kesakitan dan
kematian pada bayi dan balita. Upaya pencegahan telah dilakukan dengan
cara memperbaiki sanitasi, perbaikan gizi, dan kondisi kehidupan
masyarakat. Akan tetapi, upaya ini ternyata belum cukup.

Imunisasi masih menjadi tindakan pencegahan paling efektif karena terbukti
paling ampuh mencegah penyakit infeksi. Imunisasi bagi bayi dan balita
bukan saja sangat menguntungkan secara individu, sebagai pelindung dari
penyakit, kecacatan, bahkan kematian. Imunisasi juga bermanfaat bagi
masyarakat secara luas untuk mencegah penularan penyakit infeksi di antara
masyarakat, terutama bagi penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak
langsung dengan penderitanya.

Melalui imunisasi, bayi dan balita akan menjadi kebal terhadap penyakit
infeksi tertentu. Sementara itu, melalui program imunisasi massal, akan
dicapai tujuan akhir yaitu eradikasi penyakit dari suatu negara bahkan
dunia.

Penyakit yang berbahaya kadang-kadang pada awalnya sulit diketahui karena
tidak punya gejala spesifik sehingga sangat sulit untuk mendeteksinya.
Akibatnya fatal jika tidak tertangani dengan segera dan tepat. Hal ini
tentu sangat mencemaskan, apalagi jika penyakit tersebut menyerang balita
yang belum dapat mengungkapkan rasa tak enak pada tubuhnya.

Salah satu penyakit infeksi yang berbahaya dan tidak memiliki gejala
spesifik adalah penyakit Hib (Haemophillus Influenzae tipe b). Ini
bukanlah penyakit sejenis influenza yang disebabkan oleh virus influenza,
tapi disebabkan oleh bakteri gram negatif, yang bernama Haemophillus
influenzae yang terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak berkapsul.

Tipe yang tidak berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan
infeksi ringan, sedangkan tipe yang berkapsul terbagi atas 6 serotipe dari
a sampai f. Di antara jenis yang berkapsul, tipe b merupakan tipe yang
paling ganas dan 95% penyebab dari semua infeksi akibat Haemophyllus
influenzae. Selain itu, tipe ini juga menjadi salah satu penyebab
tersering dari kesakitan dan kematian pada bayi dan anak berumur kurang
dari 5 tahun.

Infeksi Haemophyllus influenzae tipe b atau lebih dikenal sebagai Hib
adalah infeksi yang paling sering menyebabkan meningitis (radang selaput
otak). Penyakit lain akibat infeksi Hib adalah pneumonia (radang paru) dan
epiglotitis (radang tulang rawan tenggorokan).

Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A.(K), Ketua Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengakui, penyakit ini berisiko
tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Kalaupun sembuh, meningitis Hib
dapat menyebabkan gangguan pendengaran, mental, dan otak.

Penyakit akibat Hib yang telah dikenal sejak 50 tahun terakhir ini
diketahui sebagai salah satu gangguan kesehatan serta penyebab kesakitan
dan kematian, terutama bagi balita. "Anak-anak di bawah usia 5 tahun
merupakan kelompok anak yang paling rentan terinfeksi Hib, sedangkan usia
yang paling berisiko adalah antara 2 bulan hingga 18 bulan. Sekira 5-10%
dari mereka yang terinfeksi akan meninggal. Infeksi akut Hib juga
menyerang bayi berusia di bawah 6 bulan, dengan tingkat kematian mencapai
40%," kata Prof. Sri Rezeki.

Di negara Barat, Hib menyebabkan penyakit pada 20-200 per 100.000
penduduk. Perbedaan angka kejadian tersebut disebabkan perbedaan teknis
pemantauan, teknik pengambilan materi pemeriksaan, teknis pemeriksaan
laboratorium, dan pola penggunaan antibiotik.

Beberapa laporan dari negara di Asia menunjukkan bahwa Hib menjadi
penyebab utama dan terbanyak yang menimbulkan penyakit meningitis.
Sementara itu, di Indonesia, Hib menjadi penyebab 33% dari kasus
meningitis. Hasil riset lanjutan melaporkan bahwa Hib merupakan 38%
penyebab meningitis pada bayi dan anak berumur kurang dari 5 tahun.
Penyebabnya adalah bakteri Hib yang ditularkan melalui udara dan kontak
langsung dengan penderita.

Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri, tapi
lebih sering akibat infeksi bakteri Hib. Penyakit ini biasanya menyerang
anak-anak pada usia lima tahun, diawali dengan gejala sakit tenggorokan.
Akan tetapi, gejala tersebut kemudian membuat kondisi kesehatan pasien
semakin parah disertai dengan kaku leher, photofobia (takut melihat
cahaya), demam, sakit kepala akut, nyeri sendi, muntah, mengantuk,
gelisah, dan delirium (mengigau). Pada beberapa pasien anak-anak, serangan
meningitis bisa datang secara mendadak dan beberapa jam setelah muncul
gejala, kemudian pasien meninggal.

Secara keseluruhan, tingkat kematian penyakit meningitis akibat bakteri
Hib mencapai sekira 5%. Meskipun dapat disembuhkan, sering pasien
menderita kecacatan, terutama gangguan pendengaran.

Selain itu, Haemophyllus influenzae juga menjadi penyebab pneumonia atau
radang paru. Penelitian membuktikan bahwa pneumonia disebabkan oleh virus
pada 25-75% kasus, sedangkan bakteri biasanya ditemukan pada kasus yang
berat. Kematian umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.

Pada penderita pneumonia, kantung udara di dalam paru-paru dipenuhi banyak
cairan lain sehingga mengganggu fungsi paru-paru. Akibatnya, oksigen sulit
mencapai aliran arah. Bila oksigen di dalam darah sedikit, sel-sel tubuh
tidak dapat bekerja dengan baik sehingga bisa menimbulkan kematian.

Sebelum diperkenalkan vaksin, Hib merupakan bakteri penyebab pneumonia dan
diduga bertanggung jawab terhadap 5-18% kejadian pneumonia. Radang paru
atau pneumonia lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dengan
prevalensi 5-15%. Anak-anak di bawah 4 tahun termasuk kelompok paling
rentan menderita penyakit ini. Gejalanya demam, menggigil/gemetar, napas
pendek, batuk, dan sakit dada. Di negara maju, imunisasi telah menurunkan
kejadian infeksi Hib hingga lebih dari 95%, termasuk pneumonia.

Penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri Hib ini adalah Epiglotitis,
yaitu penyakit radang tulang rawan tenggorokan akibat infeksi penutup
tulang rawan pangkal tenggorokan. Penyakit ini paling sering terjadi pada
anak-anak usia 2-4 tahun.

Penyakit ini dengan cepat menyerang tubuh, diawali dengan sakit
tenggorokan dan demam. Kemudian, Epiglotis menjadi merah terang, bengkak
dan sakit, merusak/mengganggu jalan napas dan menyebabkan penderitanya
mengalami sulit bernapas dan menelan. Anak jadi resah dan gelisah serta
cenderung duduk tegak dengan leher menengadah dan dagu menonjol sebagai
upaya untuk mengurangi gangguan jalan napas. Pasien bisa meninggal dalam
waktu beberapa jam kemudian akibat mati lemas karena kekurangan napas atau
septisemia.

Sangat disayangkan, Hib tidak memiliki gejala yang spesifik dan hanya
dapat diketahui setelah terjadi kerusakan pada selaput saluran pernapasan.
Gejala umum yang muncul adalah demam, rinitis, sakit tenggorokan, batuk,
lelah, nyeri otot dan kepala, muntah, dan diare. Haemophyllus influenzae
hanya ditemukan pada manusia. Penularan terjadi melalui udara dan kontak
langsung dengan penderita. Sebagian besar orang yang mengalami infeksi
tidak menjadi sakit, tapi menjadi pembawa kuman (karier) karena Hib
menetap di tenggorokan. Prevalensi karier yang lebih dari 3% menunjukkan
angka cukup tinggi.

Penelitian pendahuluan di Lombok menunjukkan prevalensi pembawa kuman
sebesar 4,6%, suatu angka yang cukup tinggi. Bila prevalensi pembawa kuman
cukup banyak, kemungkinan kejadian meningitis dan pneumonia akibat Hib
biasanya juga tinggi. Data yang ada menunjukkan bahwa Hib memang merupakan
penyebab meningitis yang terbanyak.

**

MENGENAI pengobatan yang perlu dilakukan, di masa lalu pengobatan penyakit
akibat infeksi Hib dengan memberikan obat antibiotik sesegera mungkin
untuk menyelamatkan penderita. Akan tetapi, sekarang pengobatan dengan
antibiotik saja ternyata tidak cukup ampuh, mengingat bakteri Hib dewasa
ini sudah banyak yang kebal terhadap pengobatan antibiotik. Di Amerika
diperkirakan 40% bakteri Hib resisten terhadap obat antibiotik ampisilin.

Kenyataan ini menyebabkan para ilmuwan kesehatan kemudian memusatkan
perhatian pada upaya pencegahan penyakit Hib. Mereka akhirnya memutuskan
bahwa imunisasi Hib adalah satu-satunya cara paling praktis dan efektif
untuk mencegah terjadinya penyakit akibat bakteri Hib.

Sekarang ini vaksin Hib umumnya sudah tersedia di banyak negara, termasuk
Indonesia. Bahkan, beberapa negara di antaranya telah memasukkan vaksinasi
Hib ke dalam jadwal imunisasi wajib untuk bayi dan balitanya. Di negara
yang telah berkembang, imunisasi menurunkan kejadian infeksi Hib hingga
lebih dari 95%, termasuk untuk kasus pneumonia. Pemberian vaksin Hib
sedini mungkin akan melindungi bayi dan balita dari terserang penyakit
meningitis atau radang selaput otak, pneumonia, dan epiglotitis.

Salah satu Vaksin Hib yang diproduksi GlaxoSmithKline (GSK) memuat
komponen PRP-T (konjugasi polyribosyl-ribitol phosphate dengan tetanus
toxoid) yang terbukti memberikan kekebalan tubuh yang paling optimal
dibandingkan dengan vaksin konjugasi Hib dengan bakteri lainnya. Vaksin
Hib ini dikenal dengan nama Hiberix.

"Vaksin Hiberix dapat digunakan sebagai vaksin tersendiri atau
dikombinasikan secara praktis dengan vaksin lain seperti dengan vaksin
Infanrix, yaitu vaksin untuk penyakit-penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus
(DPT) dengan efek samping seperti demam, merah, dan bengkak di sekitar
suntikan yang sangat minimal," kata dr. Fransiscus Chandra, Direktur
Medikal GaxoSmithKline.

"Memang awalnya, vaksin Hib terbuat dari kapsul Polyribosyribitol
phosphate (PRP), namun ternyata vaksin yang terbuat dari PRP murni ini
kurang efektif. Jadi vaksin yang digunakan adalah konjugasi PRP dengan
berbagai komponen bakteri lain. Yang beredar di Indonesia saat ini adalah
vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria menigitidis
(PRP-OPM) dan konjugasi dengan toksoid tetanus (PRP-T)," jelasnya.

Pada suntikan pertama, vaksin Hib PRP-OPM dapat menghasilkan level
proteksi yang lebih cepat dibandingkan dengan PRP-T. Namun secara
keseluruhan, setelah suntikan ke 3 maka vaksin Hib PRP-T dapat
menghasilkan level proteksi yang jauh lebih tinggi.

Pemberian vaksin Hib saat ini telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan
Dunia, WHO/PAHO dan GAVI. Untuk bayi usia 2-6 bulan diberikan imunisasi
Hib sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan. Bayi berusia 7-12 bulan
diberikan vaksinasi Hib sebanyak 2 dosis dengan interval waktu satu bulan.
Sementara itu, anak berumur 1-5 tahun cukup diberikan imunisasi Hib
sebanyak 1 dosis, dengan dosis ulangan pada umur 15 bulan. Mengingat Hib
lebih sering menyerang bayi kecil (26% terjadi pada bayi berumur 2-6 bulan
dan 25% pada bayi berumur 7-11 bulan), vaksin Hib sebaiknya telah
diberikan sejak usia 2 bulan. Vaksin Hib tidak dianjurkan diberikan
sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk
antibodi.

Setelah pemberian vaksin, efek samping yang mungkin timbul adalah demam,
nyeri, atau bengkak pada tepat bekas suntikan. Namun, ada produk vaksin
yang efek sampingnya dapat ditekan lebih rendah lagi. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Fransiscus, vaksin Hib ini terbukti memiliki reaksi lokal
yang rendah sehingga mengurangi rasa tak nyaman pada anak.

Meski demikian, manfaat imunisasi masih jauh lebih besar, mengingat
sebagian penyakit masih belum ada obatnya. Dalam hal ini, vaksin merupakan
salah satu bentuk obat yang paling aman, efektif, dan dapat menurunkan
biaya kesehatan.

Orang tua diharapkan lebih memahami berbagai jenis imunisasi yang
dibutuhkan oleh bayi karena pencegahan lebih baik daripada mengobati.
Orang tua juga berhak menanyakan vaksin yang akan diberikan kepada
bayinya, termasuk efek samping akibatnya. Orang tua atau siapa pun yang
ingin mengetahui tentang vaksin dan penyakitnya kini bisa mendapat akses
lebih mudah dengan membuka situs di www.worldwidevaccine.com. Dengan
memahami segala sesuatu sejak dini, niscaya tingkat kesakitan dan kematian
pada bayi akan bisa berkurang secara signifikan.***



---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke