DUNIA ANAK: BERBEDA ITU INDAH

Masih segar dalam ingatan kita mengenai banyaknya korban yang berjatuhan karena 
pertikaian yang didasarkan karena perbedaan agama atau suku beberapa waktu terakhir 
ini. Berulang kali bangsa kita jatuh dalam "lubang yang sama" karena sebenarnya yang 
dipermasalahkan adalah perbedaan-perbedaan yang sejak dahulu menjadi warna bangsa kita.

Sepertinya kita lupa bahwa pada waktu kita duduk di bangku sekolah dasar, bapak-ibu 
guru kita selalu mengajarkan bahwa negara kita terdiri dari suku bangsa dan agama yang 
berbeda-beda. Tak heran jika motto bangsa kita adalah "Bhineka Tunggal Ika"- 
Berbeda-beda tetapi satu jua. Entah mungkin kita tertidur sewaktu guru menerangkan hal 
itu atau kita sengaja menutup mata dan telinga tatkala kita berbenturan dengan 
perbedaan yang menjadi warna dari bangsa kita.

Kita semua tidak berharap pertikaian yang disebabkan perbedaan SARA itu menjadi 
warisan anak cucu kita. Salah satu kunci agar anak-anak kita tidak memiliki kerangka 
pikiran yang membeda-bedakan sesama adalah dengan mengenalkan perbedaan-perbedaan itu 
sejak awal kepada mereka. Tunjukkan kepada mereka bahwa dalam lingkungan mereka 
terdapat perbedaan-perbedaan. Entah itu perbedaan suku, agama, atau sosial-ekonomi. 
Hal itu bisa ditunjukkan sewaktu Anda bersama anak menonton TV bersama, atau sedang 
berjalan-jalan berkunjung ke rumah tetangga atau kenalan.

Selanjutnya, beri pengertian kepada mereka bahwa dalam dunia selalu ada perbedaan 
sehingga mereka harus menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Cerita binatang dapat 
menjadi jalan untuk memberikan pengertian ini kepada anak. Dalam cerita binatang, 
selalu digambarkan relasi berbagai macam binatang, mulai dari binatang yang besar dan 
buas sampai binatang yang kecil dan tak berdaya. Melalui cerita yang ringan dan 
sederhana, tentunya anak-anak mampu untuk mencerna pesan cerita yang dipaparkan. 

Jika anak-anak bertengkar dengan kawan bermainnya yang suku, agama, atau latar 
belakang ekonominya berbeda, jangan biarkan mereka menjadikan perbedaan itu sebagai 
dasar permusuhannya. Misalnya jika anak Anda mengatakan bahwa, "ia mengambil mainanku 
karena ia anak orang miskin," maka sebaiknya Anda meluruskannya dengan mengatakan 
bahwa temannya itu sebenarnya ingin bermain bersama, atau ia hanya ingin meminjam 
mainannya sebentar. Dengan begitu anak tidak akan melihat "kemiskinan" temannya, 
tetapi lebih melihat motif yang sebenarnya. Dengan begitu, Anda sekaligus bisa 
membantunya menyelesaikan permasalahannya serta melatihnya melihat masalah secara 
lebih jernih.

Perbuatan memang lebih banyak berbicara daripada kata-kata. Karena itu, Anda sebagai 
orangtua sebaiknya juga memberikan keteladanan sikap kepada anak-anak. Anak terlebih 
dahulu melihat sikap orangtuanya. Jika Anda sendiri tidak menghargai perbedaan yang 
ada, maka mereka pun akan mengikuti sikap Anda.

Meredam pertikaian yang berlatar belakang SARA di Indonesia memang tidak mudah karena 
pencetus pertikaian itu telah memiliki kerangka pemikiran yang terkotak-kotak. Mereka 
telah menjadikan perbedaan itu menjadi suatu masalah besar dan membangun benteng 
tinggi untuk melindungi diri dari perbedaan-perbedaan yang ada. Karena itu, jika kita 
tidak ingin menjadikan pertikaian itu menjadi pertikaian yang turun-temurun, tugas 
kita adalah tidak membangun benteng terlalu tinggi dan mau bersahabat dengan siapa 
saja. Hal itulah yang seharusnya kita tanam pada diri anak-anak kita. Lebih baik kita 
membuang akar permusuhan sejak dini, kan? (GCM/Kris) 
______________________________________

Kirim email ke