Mungkin bisa untuk direnungkan bukan untuk salah menyalahkan persoalan
wanita bekerja, kita baca kembali masalah2 seperti dibawah ini :

Konsultasi Psikologi: Keuntungan Istri Bekerja
Jakarta, Rabu

Oleh Leila Ch Budiman
Hidup yang kian banyak tuntutannya, menjadi kian sukar ditertibkan oleh
pendapatan suami saja. Apalagi dunia pendidikan sudah semakin banyak
menelurkan istri-istri yang terdidik, sehingga mubazir rasanya jika sang
istri hanya berkecimpung di sekitar "dapur, sumur dan kasur" saja.
Tinggal "kenangan" - Ny Is di Bdg
"Ibu Leila yang baik, sebenarnya saya malu mengungkapkan persoalan ini,
tetapi tambah lama ditahan, tambah berat rasanya. Begini Bu, terus terang,
tiap memasuki minggu ketiga, saya mulai gelisah, Bu sebab persediaan dapur
sudah sangat menipis. Pada minggu keempat, persediaan tipis itu tinggal
"kenangan" belaka ! Untunglah masih ada warung yang mau menolong.... Keadaan
yang serba terbatas ini seringkali menjadi awal pertengkaran kami, sebab
suami biasanya cuma menyalahkan saya saja. Saya terkadang heran, melihat
begitu tidak mendidiknya sikap seorang "pendidik".
Padahal alangkah sukarnya menyulap dana yang minim menjadi makanan sehat
bagi kami berlima (anak kami tiga). Sebenarnya sudah bukan rahasia lagi
betapa sukarnya hidup dengan gaji guru. Saya pun sudah hidup sehemat
mungkin. Sudah lama saya mengganti daging dengan t3: tahu, tempe dan teri,
serta memanfaatkan pekarangan kami yang sempit semaksimal mungkin. Saya
menanam bayam perdu, cabai, dan tanaman lalapan lain, untuk menambah gizi,
sebab saya tahu, anak yang tumbuh memerlukan makanan sehat. Sudah lama saya
"melupakan" salon kecantikan, supermarket, rekreasi dan lain-lain sebelum
menikah masih suka saya kunjungi.
Saya ingin bekerja, Bu, tetapi takut meninggalkan anak-anak sendiri, takut
mereka jadi tidak beres, jadi anak jalanan. Saya pun takut pertengkaran jadi
semakin sering dan seru sebab saya bekerja..."

"Tolol, bodoh, kampungan ...." - Ny X di Jkt.
"Dear Mbal Lei yang terkasih, ... memasuki tahun keempat perkawinan kami,
terasa semakin berat. Meski telah dikarunia dua anak mungil yang cerdas,
saya merasa semakin pengap saja di rumah. Apalagi sikap suami yang berubah
sejak kelahiran anak pertama. Ia cepat sekali menjadi marah. Hanya karena
kesalahan kecil-kecil, seperti lupa mematikan kran leding, atau kurang licin
menseterika bajunya, sudah membuat ia marah. Kalau sudah marah, ia tidak
segan-segan melontarkan kata yang menyakitkan hati yaitu, tolol, bodoh,
kampungan dan sebagainya. Seakan saya tidak berharga sama sekali di matanya.
Padahal pendidikan saya lebih tinggi dari dia, lagipula hampir seluruh waktu
saya hanya untuk mereka, sebab kami tidak punya pembantu untuk menghemat
biaya. Mbak, saya tidak sanggup jika hidup begini terus... Mbak kadang saya
menyesali diri, mengapa dulu saya mau diajak menikah. Mengapa dulu saya
tidak bekerja saja. Buat apa saya sekolah tinggi jika hanya untuk ke pasar,
masak dan mengepel lantai.."

Jawaban:
Nyonya Is, X, Desy dkk. yang baik.
Dapat saya bayangkan betapa sumpeknya "dunia" Anda, jika cuma bergerak di
sekitar "dapur, sumur dan kasur" saja. Apalagi jika telah bekerja keras
untuk anak dan suami (tanpa digaji), masih diberi "hadiah" omelan dan
makian, "tolol dan bodoh !!" Tidak begitu mengherankan jika anda merasa
semakin bosan dan menyesal jadi istri.
Kalau bekerja di luar, Anda takut anak-anak menjadi penghuni jalanan dan
pertengkaran menjadi semakin seru dan sering.
Tentu ada keluarga yang begitu, tetapi yang bertambah damai pun ada.
Beberapa ilmuwan yang rajin meneliti soal ini menemukan bahwa jumlah
pertengkaran antara pasangan berkarir ganda, hampir sama dengan pasangan
yang tidak berkarir ganda. Tetapi lebih banyak pasangan yang merasa bahagia
pada karir ganda daripada pasangan yang tidak (Rowatt & Rowatt, Kanisius,
1990).
Untuk menambah kas dapur, tidak selamanya istri harus keluar rumah. Beberapa
istri di sekitar saya, berhasil memperpanjang asap dapur rumahnya sendiri,
sampai minggu keempat, bahkan sampai bulan-bulan berikutnya! Seorang sarjana
biologi yang hobi masak, semula tidak mendapatkan izin suami untuk usaha
katering. Gengsi dong, sarjana kok masak rantangan. Tetapi ketika suami
di-PHK, ketangkasan masak istrinyalah yang menyelamatkan hidup keluarga.
Beberapa istri lain berpenghasilan jauh di atas suaminya, dengan membuka
salon rias dan tata rambut, memberikan les piano, Bahasa Inggris, atau
membuka sekolah senam. Ada istri guru yang menitipkan kue sus dan onde-onde
kegemaran anak-anaknya di sekolah suaminya, sekarang makanan itu jadi
kegemaran para siswa. Ada lagi istri guru yang kreatif dan gemar dengan
anak-anak, bersedia menjaga beberapa anak kelas nol dan satu di rumahnya,
sampai dijemput sore hari oleh ibu mereka yang bekerja. Tentu saja banyak
pula istri yang bekerja di luar sebagai sekretaris, dosen, dokter,
psikologi, karyawati toko swalayan dan lain-lain.
Manfaat lain dari istri yang berpenghasilan adalah:
* Suami tidak memandang enteng sang istri. Istri yang berpenghasilan
sendiri, tidak terlalu tergantung pada suami. Dalam diam sang suami lebih
respek pada istrinya, sebab istri dapat meringankan beban finansial
keluarga.
* Seluruh keluarga ikut berkembang. Bukan hanya istri yang tambah terampil
dan lebih percaya diri, tetapi anak dan suami pun berkembang. Suami yang
semula sering mengatakan: "Sana sama Ibu," sekarang ikut bermain dengan si
buyung, dan berusaha mendengarkan ceritera si upik. Hubungan mereka menjadi
tambah dekat. Si kecil yang semula diayani segalanya, sekarang perlu dilatih
memakai kaus dan sepatu sendiri. Sedang kakaknya mulai belajar membuat
supermi dan membereskan kamarnya. Jurus menambah ketrampilan ini, tentu
lebih sehat dari serba dilayani.
* Percakapan antarsuami, istri dan anak-anak menjadi semakin kaya dan
menarik. Pergaulan dengan sesama orang dewasa, membuka 1001 macam bahan
pembicaraan ke berbagai arah. Tentu ini lebih menyemarakkan suasana obrolan
antarsuami, istri dan anak-anak.
* Istri menjadi tidak begitu rentan. Jika keluarga ditimpa musibah, seperti
suami di PHK, kecelakaan, kematian, atau suami terbang dengan dara lain,
sang istri yang berpenghasilan tidak mudah patah. Anak-anak masih tetap
dapat bersekolah dan makan ala kadarnya sebab ibu bekerja.

Coba kita lihat dari sudut pandang yang bijak.

















































----- Original Message ----- 
From: "Fathan Yunadi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, October 27, 2004 11:03 AM
Subject: Re: [balita-anda] Fw: [Funky_mom] Kepemimpinan 'Partnership' Suam i


> Kepingin ikut berkomentar juga... ngga tau kok tangan ini kepingin
> nulis... he...he... Mudah-mudahan bukan yang pertama dan terakhir.
>
> Memang kalau dilihat 'ibu rumah tangga tulen' nyaris bingung andai
> sang suami telah tiada, konon lagi anak masih kecil. Tapi menurut
> saya, semestinya bantuan dari pihak keluarga harusnya tetap ada. Entah
> kasih bantuan... bisa moril... bisa juga kasih tau kira-kira apa yang
> harus dikerjakan. Kalau cuma kerja banting tulang seperti cerita ibu
> Ayu, jadinya sia-sia ... harusnya 'smart work' bukannya 'hard work'...
> Alasan lain mungkin.. susah berbisnis... wong di Jakarta... rame
> orang. Hidup di kota besar, seperti Jakarta, harus siap
> tempur..seperti salah satu syair lagu... "siapa suruh datang
> jakarta"... ngga cuma tinggal ongkang-ongkang kaki... kecuali 'penilep
> bank'  atau memang tinggal di jakarta sejak kecil, harusnya mentalnya
> pun 'lebih' dibandingkan di desa atau di daerah... he..he.
>
> Kalau istri bekerja di luar rumah, boleh saja. Niat walau bagus, tapi
> harus juga kuat menahan godaan. Cerita ttg ibu Ira... saya kira karena
> ada saling pengertian dan punya niat serta tahan godaan... susah
> dicari... apa semua wanita mau seperti ini... kalau seperti ini yang
> namanya ngerumpi atau jalan-jalan ke mal kan udah ngga sempat lagi...
> he...he... bisa sepi ITC... mal....
>
> Seperti angan-angan ibu Ayu... saya salut.... mudah-mudahan
> tercapai... bisa bantu orang lain.
>
> Wass,
>
> Rizal M
>
> ---------------------------------------------------------------------
>
> DUKUNG situs Balita-Anda.Com sebagai Situs Terbaik Wanita & Anak 2004-2005
versi Majalah Komputer Aktif, dengan ketik: POLL ST WAN 2
> ke nomor 8811, selama 16 Okt sd. 30 Nov. 2004.
> Raih sebuah ponsel SonyEricsson K500i, dua buah ponsel Nokia 3100 dan 10
paket merchandise komputerakt!f bagi para peserta polling yang beruntung.
Satu nomor ponsel hanya berhak memberikan satu suara dukungan untuk tiap
kategorinya. Polling ini berlaku untuk pelanggan Telkomsel, Indosat maupun
Excelcom dengan tarif Rp 1.500.
>
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>


---------------------------------------------------------------------

DUKUNG situs Balita-Anda.Com sebagai Situs Terbaik Wanita & Anak 2004-2005 versi 
Majalah Komputer Aktif, dengan ketik: POLL ST WAN 2
ke nomor 8811, selama 16 Okt sd. 30 Nov. 2004.
Raih sebuah ponsel SonyEricsson K500i, dua buah ponsel Nokia 3100 dan 10 paket 
merchandise komputerakt!f bagi para peserta polling yang beruntung. Satu nomor ponsel 
hanya berhak memberikan satu suara dukungan untuk tiap kategorinya. Polling ini 
berlaku untuk pelanggan Telkomsel, Indosat maupun Excelcom dengan tarif Rp 1.500. 

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke