Nanti lawyer ,  mass media , dan bodyguard kehilangan  lahan penghasilan pak.  
Gitu juga Hakim dan Jaksa dapat tambahan dari siapa , karena kalau cuma nangani 
kasus kriminal kan ga ada duitnya

[EMAIL PROTECTED] wrote:

> Kenapa bukan koruptor aja yg kena tsunami.............
>
>
>
>
>
>  BANDA ACEH - Banyak cerita tragis saat "monster" bernama tsunami menggulung 
> kota dan penghuni
>  Banda Aceh. Pada Minggu kelam itu, digelar lomba gerak jalan 10 Kilometer 
> (10 K) Aceh Open 2004
>  yang diikuti 2.000 peserta. Wali Kota Banda Aceh Syarif Abdul Latif yang 
> sedianya membagikan
>  piala untuk pemenang juga ikut hilang bersama ribuan peserta lomba tersebut.
>
>  Firdaus, 52, pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora Provinsi NAD) yang 
> juga salah seorang
>  panitia 10 K tersebut, menjadi saksi ganasnya tsunami yang membuat ribuan 
> peserta lomba itu
>  lenyap. Dia juga merupakan orang terakhir yang berbincang dengan Syarif 
> sebelum wali kota itu
>  hilang dan hingga kini belum ditemukan.
>
>  Saat petaka Minggu pagi tersebut, Firdaus bersama wali kota berbincang di 
> Lapangan Blang Padang,
>  tempat lomba lari itu digelar. Keduanya sedang berbincang santai sambil 
> menunggu lomba berakhir.
>  "Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 08.20," jelas Firdaus kepada wartawan 
> koran ini, Armydian
>  Kurniawan.
>
>  Sebagian besar peserta lomba yang dimulai setengah jam sebelumnya tersebut 
> sudah kembali memasuki
>  lapangan setelah mengitari rute jalan-jalan utama di tengah kota. Beberapa 
> di antaranya memang
>  ada yang sengaja memotong kompas dan segera kembali ke lapangan ketika 
> merasakan gempa yang
>  sangat hebat sekitar sepuluh menit setelah mereka dilepas di garis start.
>
>  Lomba rutin setahun sekali yang terbuka untuk masyarakat luas tersebut kali 
> ini dimulai lebih
>  awal dari jadwal. Seharusnya start dimulai tepat pukul 08.00. Namun, karena 
> sudah banyak peserta
>  yang berkumpul dan meminta segera diberangkatkan, lomba dimajukan 15 menit. 
> Sehingga, sekitar 30
>  menit setelahnya, peserta yang benar-benar ikut rute sudah banyak yang tiba.
>
>  Obrolan Firdaus dan wali kota tentang gempa yang baru terjadi terhenti 
> begitu mereka mendengar
>  suara gemuruh hebat di kejauhan dan melihat orang-orang berlarian 
> kocar-kacir sambil berteriak
>  penuh kepanikan.
>
>  Tak lama, dari atas Paviliun Seulawah yang berjarak sekitar 100 meter arah 
> barat dari tempat
>  mereka berdiri, tampak air laut berwarna hitam pekat setinggi enam meter 
> bergulung-gulung deras
>  mendekat dengan sangat cepat seperti tangan-tangan besar yang siap menerkam. 
> Angin yang sangat
>  kencang disertai debu menerjang mereka.
>
>  Firdaus sempat melihat jelas berbagai benda seperti lempengan seng, 
> balok-balok kayu, bahkan
>  sepeda motor beterbangan di atas gelombang. Ombak raksasa yang jatuh dan 
> pecah di daratan
>  mengeluarkan putaran asap yang membubung tinggi. Entah itu debu atau memang 
> air laut yang panas
>  bergolak. Air juga datang dari ujung Jalan Iskandar Muda, tepatnya dari 
> belakang rumah dinas
>  Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Endang Suwarya.
>
>  Kalau tidak segera pergi, air pasti akan mengurung. Mencium bahaya sudah di 
> depan mata, spontan
>  Firdaus menarik tangan wali kota untuk ikut berlari bersama dirinya menjauhi 
> Lapangan Blang
>  Padang. Keduanya berlari beriringan secepat-cepatnya ke arah simpang empat 
> Taman Sari yang
>  berjarak sekitar 400 meter dari lapangan tersebut.
>
>  Firdaus sempat menoleh ke belakang. Dia melihat ratusan orang yang sedang 
> berlarian di jalan dari
>  arah Punge, Lam Paseh, hilang dalam sekejap ditelan gelombang air yang 
> bergulung-gulung itu.
>  Bapak tujuh anak tersebut ingat betul, jalanan yang dilaluinya saat berlari 
> masih kering tanpa
>  genangan sedikit pun. Sedangkan tak lebih dari 100 meter di belakangnya, air 
> deras sudah melumat
>  segala yang dilewati. Termasuk, jalanan yang beberapa detik sebelumnya dia 
> lintasi untuk menjauh
>  menyelamatkan diri.
>
>  Ketika menengok ke samping, dia tidak melihat lagi Wali Kota Syarif Abdul 
> Latif. Mungkin wali
>  kota tertinggal di belakang. Situasi yang penuh kepanikan dan sangat 
> menegangkan membuat dirinya
>  tidak lagi berpikir untuk mencari sosok wali kota tersebut. Gemuruh air di 
> belakangnya terdengar
>  semakin besar dan mendekat. Firdaus pun berhasil mencapai simpang empat. Dia 
> tidak berhenti dan
>  dengan cepat memutuskan menuju pendapa gubernuran yang berjarak sekitar 500 
> meter dari situ.
>
>  Firdaus pun berhasil mencapai Simpang Empat. Ayah crosser nasional Zulfikar 
> itu tidak berhenti
>  dan dengan cepat memutuskan untuk menuju pendapa gubernuran yang berjarak 
> sekitar 500 meter dari
>  situ. Genangan air dan lumpur ternyata sudah merendam halaman pendapa 
> kira-kira setinggi lutut.
>  Kemungkinan datang dari arah lain. Dia langsung naik ke bangunan yang paling 
> tinggi bersama
>  orang-orang yang juga sudah lebih dahulu mencapai tempat itu. Di sana mereka 
> berdiam dan
>  berdebar-debar menunggu apa yang akan terjadi.
>
>  "Syukurlah, ternyata air berhenti tepat di depan pendapa. Barangkali sudah 
> terpecah menghantam
>  ratusan bangunan lain sebelum tiba di sana. Hanya genangan air dan lumpur 
> yang masih merembes
>  pelan. Saya tidak terluka sedikit pun," ujar penduduk Ulee Kareng (3 km dari 
> pusat Kota Banda
>  Aceh) itu.
>
>  Setelah satu jam berada di pendapa, Firdaus yang baru setahun bertugas di 
> Dispora NAD memutuskan
>  untuk kembali ke Lapangan Balang Padang untuk menengok keadaan para peserta 
> lomba. Ketika itu,
>  air sudah surut. Di sepanjang jalan kondisi sudah porak-poranda. Tumpukan 
> kayu, sampah, dan
>  timbunan lumpur di mana-mana. Mobil saling bertumpuk. Mayat-mayat 
> berserakan. Kondisinya sudah
>  tak keruan. Banyak juga korban yang masih hidup dan ditolong beberapa orang 
> yang juga berhasil
>  selamat.
>
>  Karena kondisi jalan yang rusak berat dan penuh timbunan barang, Firdaus 
> terpaksa merangkak
>  ratusan meter untuk mencapai Blang Padang. Di tengah perjalanan dia bertemu 
> dengan Saiful dan
>  Nuruddin, dua temannya yang selamat, sama-sama panitia lomba lari dan gerak 
> jalan. Tiba di
>  lapangan, kondisinya sudah berbalik 180 derajat. Tidak ada lagi keramaian 
> dan spanduk-spanduk
>  acara. Tidak ditemukan lagi satu pun peserta lomba maupun panitia lainnya. 
> Semuanya sudah rata
>  dengan tanah, tertutup lumpur, dan tertimbun barang-barang yang diempaskan 
> ombak tsunami. Hanya
>  monumen pesawat pertama milik RI yang masih terpajang kukuh sebagai saksi 
> bisu tragedi yang
>  terjadi di lapangan di depannya.
>
>  Tepat di trotoar di bawah pesawat, ketiga orang itu melihat seorang ibu yang 
> siap melahirkan
>  ditunggui suaminya yang panik. Perempuan itu sudah telentang tak berdaya, 
> penuh kotoran, dan
>  menjerit-jerit kesakitan. Karena tak tahan membayangkan penderitaan si ibu, 
> Firdaus berjalan
>  mendekat dan dengan kemampuan seadanya membantu proses persalinan di pinggir 
> jalan.
>
>  Untunglah, ibu tadi dan bayi perempuannya berhasil diselamatkan. Spontan 
> Firdaus membuka baju
>  yang dikenakannya dan dibalutkan ke tubuh si bayi. Tidak berapa lama, datang 
> bantuan. Ibu itu dan
>  bayinya langsung dipindahkan ke ambulans. Sampai kemarin, saat ditemui koran 
> ini ketika sedang
>  merapikan gedung Dispora NAD bersama rekan-rekannya, Firdaus tidak tahu lagi 
> kabar keluarga itu.
>
>  Kepala Dispora NAD Teuku Pribadi mengisahkan, dirinya yang mengibarkan 
> bendera start sebagai
>  tanda lomba dimulai. Ketika gempa hebat terjadi, semua yang beada di 
> lapangan tiarap. Tak lama
>  kemudian, Hotel Kuala Tripa dan Balai Gading yang berada di seberang 
> lapangan ambruk dengan suara
>  yang luar biasa kerasnya.
>
>  Karena itu, Teuku Pribadi langsung berinisiatif mengecek kondisi asrama 
> atlet binaan dan SMU Plus
>  Olahraga di Kawasan Stadion Long Raya. Lokasinya sekitar 10 menit perjalanan 
> dengan mobil. Jadi,
>  saat musibah terjadi, Teuku Pribadi sudah berada di asrama. Untunglah, semua 
> atlet binaan selamat
>  karena sedang berada di luar gedung untuk sarapan.
>
>  Dia memperkirakan, saat tsunami menghantam lapangan Blang Padang dan 
> menenggelamkan orang-orang
>  yang berada di sana, masih cukup banyak peserta yang di tengah perjalanan. 
> Paling tidak, mereka
>  yang berada di lintasan Kampung Neuseu atau di Jalan Diponegoro depan Masjid 
> Raya Baiturrahman.
>  Dia menuturkan, dirinya pernah mendengar kabar ada peserta lomba yang naik 
> ke atap-atap rumah
>  maupun pohon-pohon asam di pinggir jalan.
>
>
>
> DISCLAIMER :
>
> The information contained in this communication (including any attachments) 
> is privileged and confidential, and may be legally exempt from disclosure 
> under applicable law. It is intended only for the specific purpose of being 
> used by the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the 
> addressee indicated in this message (or are responsible for delivery of the 
> message to such person), you must not disclose, disseminate, distribute, 
> deliver, copy, circulate, rely on or use any of the information contained in 
> this transmission.
>
> We apologize if you have received this communication in error; kindly inform 
> the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any 
> record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give 
> or endorse any opinions, conclusions and other information in this message 
> that do not relate to our official business.
>
> AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
> UTARA !!!
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke