dear all

ada kisah dari guru ngaji saya....


dahulu kala ada "raja baik " dan "raja jahat".
singkat cerita keduanya mengalami sakit parah.
'raja jahat" memanggil "dokter" kerajaan menanyakan apa gerangan obat yg dapat menyembuhkan penyakitmya.
Sang "dokter" menjawab, "obat untuk penyakit paduka banyak sekali terdapat di lautan, yaitu "ikan teri".
Dengan tidak membuang waktu lama, "raja jahat" itu memerintahkan anak buahnya untuk menangkap "ikan teri" di lautan.
Singkatnya setelah di berikan ke "raja jahat", maka sembuhlah penyakit parahnya itu.
Lain halnya dengan "raja baik", seluruh "dokter" kerajaan dikumpulkan bahkan dari kerajaan tetangga sekalipun.
Tetapi tidak ada satupun obat yg dapat menyembuhkan penyakit "raja baik".Dari mulai lautan, bumi maupun angkasa tidak ada satupun obat yg dapat menyembuhkannya.
Akhirnya "raja baik" itu menghembuskan nafasnya yg terakhir. Dunia saat itu berduka sekali.


Timbul pertanyaan,kenapa "raja jahat" mudah sekali mendapatkan obat untuk penyakitnya, sedangkan "raja baik" kebalikannya..?
Guru ngaji saya menjawab, saat di dunia "raja jahat" pernah melakukan sedikit kebaikan dan Allah langsung membalasnya di dunia sedangkan kejahatannya akan di perhitingkan di akherat nanti, sedangkan "raja baik" itu pernah melakukan sedikit kejahatan dan Allah juga langsung membalasnya di dunia sedangkan kebaikannya akan di perhitingkan di akherat nanti.
Oleh karena itu jangan ragu untuk menjadi "raja baik" dan jauhkan diri dari menjadi "raja jahat"



Mohon maaf kalau menggunakan kata-kata yg tidak berkenan.


ayahnya_zenobia.


PT. Mitra Investdana Sekurindo Gedung Wira Usaha Lt. 4 Jl. Hr. Rasuna Said kav- C-5 Jakarta 12940 Indonesia phone : +62 21 5229073 fax : +62 21 5229078


--- Original Message ----- From: "Surjianto" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Friday, January 07, 2005 9:10 AM
Subject: RE: [balita-anda] 2.000 Peserta 10 K Belum Ditemukan



itu bukan hanya sekedar peringatan ato ujian, tapi demikianlah kehendak
Alloh yg berlaku.
mungkin Alloh akan menuntaskan kenikmatan para penjahat/koruptor di dunia
ini, tapi di akhirat azab telah menanti.
Al Quran-pun telah menjabarkannya dgn jelas.

Jadi, nikmat Tuhan manakah yg kita dustakan ?

thx

----------
From: Evi Eryani[SMTP:[EMAIL PROTECTED]
Reply To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Friday, January 07, 2005 8:49 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] 2.000 Peserta 10 K Belum Ditemukan

Semua itu kan peringatan bagi yang masih hidup, para koruptor jika sadar
bahwa harta itu tidak ada artinya saat mati tentu mereka tobat dan kembali


ke jalan yang benar. Mudah-mudahan dengan adanya bencana seperti ini kita
semakin sadar bahwa harta bukan segalanya didunia ini, mobil yang kita
sayang-sayang kalau Tuhan mau ambil ya diambil begitu saja, rumah megah
yang kita bangun dan kita banggakan kalau Tuhan mau hancurkan ya sedetik
saja sudah hancur. Semoga menjadi hikmah bagi kita yang masih hidup.

Best Regards,

Evi Eryani
Tax Planning & Control



Harnofen <[EMAIL PROTECTED]>
07-01-2005 08:40
Please respond to
balita-anda@balita-anda.com


To balita-anda@balita-anda.com cc

Subject
Re: [balita-anda] 2.000 Peserta 10 K Belum Ditemukan






Nanti lawyer , mass media , dan bodyguard kehilangan lahan penghasilan pak. Gitu juga Hakim dan Jaksa dapat tambahan dari siapa , karena kalau cuma nangani kasus kriminal kan ga ada duitnya

[EMAIL PROTECTED] wrote:

> Kenapa bukan koruptor aja yg kena tsunami.............
>
>
>
>
>
> BANDA ACEH - Banyak cerita tragis saat "monster" bernama tsunami
menggulung kota dan penghuni
> Banda Aceh. Pada Minggu kelam itu, digelar lomba gerak jalan 10
Kilometer (10 K) Aceh Open 2004
> yang diikuti 2.000 peserta. Wali Kota Banda Aceh Syarif Abdul Latif
yang sedianya membagikan
> piala untuk pemenang juga ikut hilang bersama ribuan peserta lomba
tersebut.
>
> Firdaus, 52, pegawai Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora Provinsi NAD)
yang juga salah seorang
> panitia 10 K tersebut, menjadi saksi ganasnya tsunami yang membuat
ribuan peserta lomba itu
> lenyap. Dia juga merupakan orang terakhir yang berbincang dengan > Syarif


sebelum wali kota itu
> hilang dan hingga kini belum ditemukan.
>
> Saat petaka Minggu pagi tersebut, Firdaus bersama wali kota berbincang
di Lapangan Blang Padang,
> tempat lomba lari itu digelar. Keduanya sedang berbincang santai > sambil


menunggu lomba berakhir.
> "Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 08.20," jelas Firdaus kepada
wartawan koran ini, Armydian
> Kurniawan.
>
> Sebagian besar peserta lomba yang dimulai setengah jam sebelumnya
tersebut sudah kembali memasuki
> lapangan setelah mengitari rute jalan-jalan utama di tengah kota.
Beberapa di antaranya memang
> ada yang sengaja memotong kompas dan segera kembali ke lapangan ketika
merasakan gempa yang
> sangat hebat sekitar sepuluh menit setelah mereka dilepas di garis
start.
>
> Lomba rutin setahun sekali yang terbuka untuk masyarakat luas tersebut
kali ini dimulai lebih
> awal dari jadwal. Seharusnya start dimulai tepat pukul 08.00. Namun,
karena sudah banyak peserta
> yang berkumpul dan meminta segera diberangkatkan, lomba dimajukan 15
menit. Sehingga, sekitar 30
> menit setelahnya, peserta yang benar-benar ikut rute sudah banyak yang
tiba.
>
> Obrolan Firdaus dan wali kota tentang gempa yang baru terjadi terhenti
begitu mereka mendengar
> suara gemuruh hebat di kejauhan dan melihat orang-orang berlarian
kocar-kacir sambil berteriak
> penuh kepanikan.
>
> Tak lama, dari atas Paviliun Seulawah yang berjarak sekitar 100 meter
arah barat dari tempat
> mereka berdiri, tampak air laut berwarna hitam pekat setinggi enam
meter bergulung-gulung deras
> mendekat dengan sangat cepat seperti tangan-tangan besar yang siap
menerkam. Angin yang sangat
> kencang disertai debu menerjang mereka.
>
> Firdaus sempat melihat jelas berbagai benda seperti lempengan seng,
balok-balok kayu, bahkan
> sepeda motor beterbangan di atas gelombang. Ombak raksasa yang jatuh
dan pecah di daratan
> mengeluarkan putaran asap yang membubung tinggi. Entah itu debu atau
memang air laut yang panas
> bergolak. Air juga datang dari ujung Jalan Iskandar Muda, tepatnya > dari


belakang rumah dinas
> Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Endang Suwarya.
>
> Kalau tidak segera pergi, air pasti akan mengurung. Mencium bahaya
sudah di depan mata, spontan
> Firdaus menarik tangan wali kota untuk ikut berlari bersama dirinya
menjauhi Lapangan Blang
> Padang. Keduanya berlari beriringan secepat-cepatnya ke arah simpang
empat Taman Sari yang
> berjarak sekitar 400 meter dari lapangan tersebut.
>
> Firdaus sempat menoleh ke belakang. Dia melihat ratusan orang yang
sedang berlarian di jalan dari
> arah Punge, Lam Paseh, hilang dalam sekejap ditelan gelombang air yang
bergulung-gulung itu.
> Bapak tujuh anak tersebut ingat betul, jalanan yang dilaluinya saat
berlari masih kering tanpa
> genangan sedikit pun. Sedangkan tak lebih dari 100 meter di
belakangnya, air deras sudah melumat
> segala yang dilewati. Termasuk, jalanan yang beberapa detik sebelumnya
dia lintasi untuk menjauh
> menyelamatkan diri.
>
> Ketika menengok ke samping, dia tidak melihat lagi Wali Kota Syarif
Abdul Latif. Mungkin wali
> kota tertinggal di belakang. Situasi yang penuh kepanikan dan sangat
menegangkan membuat dirinya
> tidak lagi berpikir untuk mencari sosok wali kota tersebut. Gemuruh > air


di belakangnya terdengar
> semakin besar dan mendekat. Firdaus pun berhasil mencapai simpang
empat. Dia tidak berhenti dan
> dengan cepat memutuskan menuju pendapa gubernuran yang berjarak > sekitar


500 meter dari situ.
>
> Firdaus pun berhasil mencapai Simpang Empat. Ayah crosser nasional
Zulfikar itu tidak berhenti
> dan dengan cepat memutuskan untuk menuju pendapa gubernuran yang
berjarak sekitar 500 meter dari
> situ. Genangan air dan lumpur ternyata sudah merendam halaman pendapa
kira-kira setinggi lutut.
> Kemungkinan datang dari arah lain. Dia langsung naik ke bangunan yang
paling tinggi bersama
> orang-orang yang juga sudah lebih dahulu mencapai tempat itu. Di sana
mereka berdiam dan
> berdebar-debar menunggu apa yang akan terjadi.
>
> "Syukurlah, ternyata air berhenti tepat di depan pendapa. Barangkali
sudah terpecah menghantam
> ratusan bangunan lain sebelum tiba di sana. Hanya genangan air dan
lumpur yang masih merembes
> pelan. Saya tidak terluka sedikit pun," ujar penduduk Ulee Kareng (3 > km


dari pusat Kota Banda
> Aceh) itu.
>
> Setelah satu jam berada di pendapa, Firdaus yang baru setahun bertugas
di Dispora NAD memutuskan
> untuk kembali ke Lapangan Balang Padang untuk menengok keadaan para
peserta lomba. Ketika itu,
> air sudah surut. Di sepanjang jalan kondisi sudah porak-poranda.
Tumpukan kayu, sampah, dan
> timbunan lumpur di mana-mana. Mobil saling bertumpuk. Mayat-mayat
berserakan. Kondisinya sudah
> tak keruan. Banyak juga korban yang masih hidup dan ditolong beberapa
orang yang juga berhasil
> selamat.
>
> Karena kondisi jalan yang rusak berat dan penuh timbunan barang,
Firdaus terpaksa merangkak
> ratusan meter untuk mencapai Blang Padang. Di tengah perjalanan dia
bertemu dengan Saiful dan
> Nuruddin, dua temannya yang selamat, sama-sama panitia lomba lari dan
gerak jalan. Tiba di
> lapangan, kondisinya sudah berbalik 180 derajat. Tidak ada lagi
keramaian dan spanduk-spanduk
> acara. Tidak ditemukan lagi satu pun peserta lomba maupun panitia
lainnya. Semuanya sudah rata
> dengan tanah, tertutup lumpur, dan tertimbun barang-barang yang
diempaskan ombak tsunami. Hanya
> monumen pesawat pertama milik RI yang masih terpajang kukuh sebagai
saksi bisu tragedi yang
> terjadi di lapangan di depannya.
>
> Tepat di trotoar di bawah pesawat, ketiga orang itu melihat seorang > ibu


yang siap melahirkan
> ditunggui suaminya yang panik. Perempuan itu sudah telentang tak
berdaya, penuh kotoran, dan
> menjerit-jerit kesakitan. Karena tak tahan membayangkan penderitaan si
ibu, Firdaus berjalan
> mendekat dan dengan kemampuan seadanya membantu proses persalinan di
pinggir jalan.
>
> Untunglah, ibu tadi dan bayi perempuannya berhasil diselamatkan.
Spontan Firdaus membuka baju
> yang dikenakannya dan dibalutkan ke tubuh si bayi. Tidak berapa lama,
datang bantuan. Ibu itu dan
> bayinya langsung dipindahkan ke ambulans. Sampai kemarin, saat ditemui
koran ini ketika sedang
> merapikan gedung Dispora NAD bersama rekan-rekannya, Firdaus tidak > tahu


lagi kabar keluarga itu.
>
> Kepala Dispora NAD Teuku Pribadi mengisahkan, dirinya yang mengibarkan
bendera start sebagai
> tanda lomba dimulai. Ketika gempa hebat terjadi, semua yang beada di
lapangan tiarap. Tak lama
> kemudian, Hotel Kuala Tripa dan Balai Gading yang berada di seberang
lapangan ambruk dengan suara
> yang luar biasa kerasnya.
>
> Karena itu, Teuku Pribadi langsung berinisiatif mengecek kondisi > asrama


atlet binaan dan SMU Plus
> Olahraga di Kawasan Stadion Long Raya. Lokasinya sekitar 10 menit
perjalanan dengan mobil. Jadi,
> saat musibah terjadi, Teuku Pribadi sudah berada di asrama. Untunglah,
semua atlet binaan selamat
> karena sedang berada di luar gedung untuk sarapan.
>
> Dia memperkirakan, saat tsunami menghantam lapangan Blang Padang dan
menenggelamkan orang-orang
> yang berada di sana, masih cukup banyak peserta yang di tengah
perjalanan. Paling tidak, mereka
> yang berada di lintasan Kampung Neuseu atau di Jalan Diponegoro depan
Masjid Raya Baiturrahman.
> Dia menuturkan, dirinya pernah mendengar kabar ada peserta lomba yang
naik ke atap-atap rumah
> maupun pohon-pohon asam di pinggir jalan.
>
>
>
> DISCLAIMER :
>
> The information contained in this communication (including any
attachments) is privileged and confidential, and may be legally exempt
from disclosure under applicable law. It is intended only for the specific


purpose of being used by the individual or entity to whom it is addressed.

If you are not the addressee indicated in this message (or are responsible

for delivery of the message to such person), you must not disclose,
disseminate, distribute, deliver, copy, circulate, rely on or use any of
the information contained in this transmission.
>
> We apologize if you have received this communication in error; kindly
inform the sender accordingly. Please also ensure that this original
message and any record of it is permanently deleted from your computer
system. We do not give or endorse any opinions, conclusions and other
information in this message that do not relate to our official business.
>
> AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN
SUMATERA UTARA !!!
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
[EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]






AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA UTARA !!! ================ Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]



Kirim email ke