menurutku dora bagus buat pembelajaran anak, cuma durasinnya keseringan
diputar lativi...jadinya gak bagus ...pagi ada....siang ada..sore juga
ada.., anak2 katanya cuma boleh nonton selama 2 jam, lebih bagus anak2
diarahkan untuk membaca buku-buku berkualitas semisal ensiklopedia.
kalau sinetron sinchan di negeri asalnya itu adalah konsumsi remaja (bukan
anak2) jadi sebaiknya janganlah ditonton.atau setidaknya didampingi kalau
menonton sambil dikasih penjelasan mana yang baik dan mana yang gak boleh.
kita mustinya harus prihatin dengan berita acara tv, ibu-ibu juga harus
intropeksi diri kalau nonton..termasuk saya bapak2 hehehehe
ini ada artikel dari:
http://www.indomedia.com/intisari/1999/juli/kekerasan.htm


Orang tua contoh model anak

Dari berbagai kemungkinan masalah yang bisa timbul, tentu peran orang tua
tidak bisa diabaikan. Sikap orang tua terhadap TV akan mempengaruhi perilaku
anak. Maka sebaiknya orang tua lebih dulu membuat batasan pada dirinya
sebelum menentukan batasan bagi anak-anaknya. Biasanya, di kala lelah atau
bosan dengan kegiatan rumah, orang tua suka menonton TV. Tetapi kalau itu
tidak dilakukan dengan rutin, artinya Anda bisa melakukan kegiatan lain
kalau sedang jenuh, anak akan tahu ada banyak cara beraktivitas selain
menonton TV.

Usahakan TV hanya menjadi bagian kecil dari keseimbangan hidup anak. Yang
penting, anak-anak perlu punya cukup waktu untuk bermain bersama teman-teman
dan mainannya, untuk membaca cerita dan istirahat, berjalan-jalan dan
menikmati makan bersama keluarga. Sebenarnya, umumnya anak-anak senang
belajar dengan melakukan berbagai hal, baik sendiri maupun bersama orang
tuanya.

Hal penting kedua adalah mengikutsertakan anak dalam membuat batasan.
Tetapkan apa, kapan, dan seberapa banyak acara TV yang ditonton. Tujuannya,
agar anak menjadikan kegiatan menonton TV hanya sebagai pilihan, bukan
kebiasaan. Ia menonton hanya bila perlu. Untuk itu video kaset bisa berguna,
rekam acara yang Anda sukai lalu tonton kembali bersama-sama pada saat yang
sudah ditentukan. Cara ini akan membatasi, karena anak hanya menyaksikan apa
yang ada di rekaman itu.

Masalah jenis program yang ditonton sangat penting dipertimbangkan sebab itu
menyangkut masalah kekerasan, adegan seks, dan bahasa kotor yang kerap
muncul dalam suatu acara. Kadang ada acara yang bagus karena memberi pesan
tertentu, tetapi di dalamnya ada bahasa yang kurang sopan, atau adegan -
seperti pacaran, rayuan - yang kurang cocok untuk anak-anak. Maka sebaiknya
orang tua tahu isi acara yang akan ditonton anak. Usia anak dan kedewasaan
mereka harus jadi pertimbangan. Dalam hal seks, orang tua sebaiknya bisa
memberi penjelasan sesuai usia, kalau ketika sedang menonton dengan
anak-anak tiba-tiba nyelonong adegan "saru".

Masalah bahasa pun perlu diperhatikan agar anak tahu mengapa suatu kata
kurang sopan untuk ditiru. Orang tua bisa menjelaskannya sebagai ungkapan
untuk keadaan khusus, terutama di TV untuk mencapai efek tertentu.



Dua jam sudah cukup
Kapan dan berapa lama anak boleh menonton TV, semua itu tergantung pada cara
sebuah keluarga menghabiskan waktu mereka bersama. Bisa saja di waktu santai
sehabis makan malam bersama, atau justru sore hari.

Anak yang sudah bersekolah harus dibatasi, misalnya hanya boleh menonton
setelah mengerjakan semua PR. Berapa jam? Menurut Jane Murphy dan Karen
Tucker - produser acara TV anak-anak dan penulis - sebaiknya tidak lebih
dari dua jam sehari, itu termasuk main komputer dan video game. Untuk anak
yang belum bersekolah atau sering ditinggal orang tuanya di rumah, porsinya
mungkin bisa sedikit lebih banyak.

Memberikan batasan apa, kapan, dan seberapa banyak menonton acara TV juga
akan mengajarkan pada anak bahwa mereka harus memilih (acara yang paling
digemari), menghargai waktu dan pilihan, serta menjaga keseimbangan
kebutuhan mereka.

Agar sasaran tercapai, disiplin dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan.
Sayangnya, unsur pengawasan ini yang sering jadi titik lemah orang tua yang
sibuk dengan pekerjaan sehari-hari di kantor. "Untuk itu, orang tua memang
dituntut untuk cerewet. Tidak apa-apa agak cerewet, demi kebaikan
anak-anak," ujar Fawzia.

Kekerasan memang sulit dipisahkan dari industri hiburan. Sama sulitnya jika
harus mencari siapa yang harus disalahkan terhadap masuknya tayangan
kekerasan dalam industri hiburan. Kita akan terjebak dalam lingkaran setan
antara produser, pengelola TV, sutradara, pengiklan, maupun penonton
sendiri. Sementara menangkap setannya lebih sulit, tindakan yang bisa kita
lakukan adalah meminimalkan pengaruh tersebut, khususnya terhadap anak-anak.
Kuncinya, mulai dari lingkungan keluarga.

----- Original Message -----
From: "Yandi Dwiputra F" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Wednesday, June 01, 2005 2:51 PM
Subject: RE: [balita-anda] Dampak Sinetron TV terhadap anak (Sharing...)


Mbak silka,

dora itu yang sering bilang berhasil..berhasil...itu ya mbak???? iya itu
bagus lho mbak, aku juga seneng nontonnya...abis lucu sih....:)), trus
kartun seperti sincan, dora emon,dll kok juga gak ada ya??????

> -----Original Message-----
> From: Caroline Silka [SMTP:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, June 01, 2005 2:30 PM
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Subject: RE: [balita-anda] Dampak Sinetron TV terhadap anak (Sharing...)
>
> "Dora" kok ngak ada di dalam list ini. Dora termasuk yang boleh ditonton
> atau tidak jadinya?
>
> Kalo nurut saya sih Dora itu sangat edukatif dan baik untuk ditonton.
> CMIIW, please.
>
> Regards,
> Carolline Silka Wibowo
> Mike's Mom
>




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke