10 HAL TENTANG ANTIBIOTIKA

Antibiotika tentu bukan sesuatu yang asing. Namun, bagaimana
antibiotika selayaknya digunakan, tak semua orang tahu.

1. Apa sebetulnya manfaat antibiotika?
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit
penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang
besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula.
Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang
ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf,
ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ
tempat bersarangnya itu, kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman
tipus menimbulkan penyakit tipus di usus, kuman TBC di paru-paru,
selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di
saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan
banyak lagi.
Awalnya, ditemukan jenis antibiotika penisilin, lalu sulfa, yang
digunakan untuk mengobati semua penyakit infeksi. Sekarang, sudah
berpuluh-puluh jenis antibiotika ditemukan, baik dari rumpun yang
sama, maupun dari jenis yang lebih baru. Setiap antibiotika memiliki
kemampuannya sendiri dalam melawan kuman. Itu sebab, setiap rumpun
kuman memiliki penangkalnya masing-masing yang spesifik. Namun,
kebanyakan antibiotika bersifat serba mempan atau broadspectrum.
Artinya, semua kuman dapat dibasminya.
Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya,
spesifik hanya untuk kuman-kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika
untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau kusta
(mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).

2.Kapan antibiotika digunakan?
Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi
jika kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya
sendiri-sendiri. Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman,
lewat udara napas memasuki paru-paru, lewat luka renik di kulit,
melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran darah, lalu kuman
menuju organ yang disukainya untuk bersarang.
Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi,
demam, nyeri kepala, dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi
merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri. Contohnya bisul. Di usus,
bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri tenggorok,
atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih,
kencing merah atau seperti susu.
Namun, gejala suhu tubuh meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri,
bisa juga bukan disebabkan oleh kuman, melainkan infeksi oleh virus
atau parasit. Dari keluhan, gejala dan tanda, dokter dapat mengenali
apakah infeksi disebabkan oleh kuman, virus, atau parasit.
Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan
antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi
antinya, seperti antimalaria, antijamur, dan anticacing. Jika infeksi
oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter langsung memberikan
antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di
kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.
Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk
memastikan jenis kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan
(kultur) kuman. Bahan biakannya diambil dari darah atau air liur,
dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan, atau kerokan kulit.
Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung
diperiksa pula jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes
resistensi). Dengan demikian, pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika
tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika yang dianggap
mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis
antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.

3.Kenapa semakin banyak kuman yang kebal antibiotika?
Pemakaian antibiotika di negara-negara sedang berkembang sering tidak
terkontrol dan cenderung serampangan. Antibiotika yang bisa dibeli
bebas, ketidaktahuan pemakaian, dan tidak dipakai sampai tuntas,
menimbulkan generasi kuman yang menjadi kebal (resisten) terhadap
antibiotika yang digunakan secara tidak tepat dan serampangan itu.
Pemakaian antibiotika yang tidak dihabiskan, atau menebusnya setengah
resep, misalnya.
Semakin sering dan banyak disalahgunakan suatu antibiotika, semakin
cepat menimbulkan kekebalan kuman yang biasa ditumpasnya. Pemakaian
antibiotika golongan erythromycine yang paling banyak dan luas dipakai
di dasawarsa 80-an, semakin banyak melahirkan generasi kuman yang
kebal terhadapnya. Lalu, dibuat generasi baru dari rumpun yang sama.
Setiap beberapa tahun, lahir jenis generasi antibiotika baru untuk
membasmi jenis kuman yang sudah kebal. Tentu, dengan harga yang lebih
mahal.

4.Apa efek samping antibiotika?
Seperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping
masing-masing. Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula
yang mengganggu keseimbangan tubuh. Dokter mengetahui apa efek samping
suatu antibiotika, sehingga tidak diberikan pada sembarang pasien.
Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan
antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh
membasmi kuman yang sedang pasien idap. Dokter perlu memilihkan
antibiotika lain, mungkin kurang ampuh, namun tidak berefek pada hati.
Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotika
tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien
memerlukan monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu
yang lama. Antibiotika untuk TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6
bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati secara berkala, agar jika sudah
merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.

5.Apa bahaya terlalu sering menggunakan antibiotika?
Pemakaian antibiotika yang terlalu sering tidak dianjurkan. Di negara
kita, orang bebas membeli antibiotika dan memakainya kapan dianggap
perlu. Sedikit batuk pilek, langsung minum antibiotika. Baru mencret
sekali, langsung antibiotika. Padahal belum tentu perlu. Kenapa?
Belum tentu batuk pilek disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus.
Jika kondisi badan kuat, penyakit virus umumnya sembuh sendiri. Yang
perlu dilakukan pada penyakit yang disebabkan oleh virus adalah
memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan
bergizi. Pemberian antibiotika pada batuk pilek yang disebabkan oleh
virus hanya merupakan penghamburan dan merugikan badan, sebab memikul
efek samping antibiotika yang sebetulnya tak perlu terjadi.
Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah
ditunggangi oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi
kumannya, bukan untuk virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan
antibiotika adalah dengan melihat ingusnya. Yang tadinya encer bening
sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-hijau. Selama ingusnya
masih encer bening, antibiotika tak diperlukan.
Minum antibiotika kelewat sering juga mengganggu keseimbangan flora
usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu
pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian
tertentu tubuh kita juga hidup kuman-kuman jinak yang hidup
berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di kemaluan wanita, di
kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang tidak
mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).
Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak
yang bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman jinak yang bermanfat
bagi tubuh terbasmi, keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu,
sehingga jamur yang tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di tubuh
kita berkesempatan lebih mudah menyerang.
Itu maka, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang kelewat
lama, kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus,
seriawan di mulut, atau di mana saja. Keputihan sebab jamur pada
wanita, antara lain lantaran vagina kelewat bersih oleh antisepsis
yang membunuh kuman bermanfaat di sekitar vagina (Doderlein).

6.Berapa lama seharusnya konsumsi antibiotika?
Lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan
kuman penyebabnya. Paling sedikit 4-5 hari. Namun, jika infeksinya
masih belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan
gejalanya hilang. Pada tipus, perlu beberapa minggu. Demikian pula
pada difteria, tetanus. Pling lama pada TBC yang memakan waktu
berbulan-bulan. Termasuk pada kusta.
Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu
dilakukan pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman
sudah terbasmi tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah
selesai satu kir antibiotika dan keluhan gejalanya sudah tiada, biakan
kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal masih tersisa kuman. Jika
masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan, penyakit
infeksinya akan kambuh lagi.
Termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya
kuman yang memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang bolong
atau keropos. Dalam keadaan demikian, gusi membengkak dan gigi nyeri.
Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika
antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati
semua, sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.

7.Kenapa antibiotika bisa tidak mempan?
Antibiotika tidak mempan karena dua hal. Yang paling sering, kuman
penyebab penyakitnya sudah kebal terhadap antibiotika tersebut. Untuk
itu perlu dicari antibiotika jenis lain yang lebih sensitif. Biasanya
perlu dilakukan tes resistensi mencari jenis antibiotika yang tepat.
Yang kedua karena tidak dilakukan tes resistensi dulu dan langsung
diberikan antibiotika secara acak, sehingga kemungkinan pilihan
antibiotikanya tidak tepat untuk jenis kuman penyebab penyakitnya.
Antibiotikanya memang tidak mempan terhadap kuman penyebabnya.
Kita mengenal ada kuman jenis gram-negatif. Untuk itu perlu
antibiotika untuk jenis kuman itu. Jika diberikan antibiotika untuk
jenis kuman gram-positif, tentu tidak akan mempan, sebab
antibiotikanya salah sasaran. Atau bisa oleh karena infeksinya bukan
disebabkan oleh kuman, melainkan oleh virus atau parasit. Jamur kulit
tak mempan diberi salep atau krim antibiotika, misalnya.

8.Apa artinya antibiotika yang keras?
Artinya tidak perlu antibiotika dari generasi yang baru, kalau dengan
antibiotika klasik (golongan penicillin) masih mempan. Namun, untuk
infeksi ringan saja (flu), seringkali diberikan antibiotika generasi
mutakhir. Selain jauh lebih mahal, tubuh pun memikul efek samping yang
biasanya lebih berat. Semakin ampuh antibiotika, biasanya semakin
keras pula efek sampingnya. Membunuh lalat tak perlu pakai panah,
cukup ditepuk. Begitu pula untuk infeksi enteng. Kalau bisa, jangan
lekas-lekas memakai antibiotika. Tubuh kita memiliki perangkat
antibodi. Setiap bibit penyakit, apa pun jenisnya, yang masuk ke dalam
tubuh, akan dibasmi oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Tubuh baru
menyerah kalah jika bibit penyakitnya sangat ganas, jumlahnya banyak,
dan dayatahan tubuh sedang lemah.
Tidak setiap kali dimasuki bibit penyakit, tubuh kita akan jatuh
sakit. Jika kekebalan tubuh prima, bibit penyakit yang sudah memasuki
tubuh akan gagal menginfeksi, dan kita batal jatuh sakit. Infeksi
umumnya baru terjadi jika tubuh sedang lemah. Untuk itu, perlu bantuan
zat anti yang dikirim dari luar. Kiriman zat anti dari luar itulah
yang diperankan oleh antibiotika.

9.Kenapa orang bisa pingsan usai minum atau disuntik antibiotika?
Adakalanya, sehabis minum atau disuntik antibiotika bisa pingsan.
Orang-orang tertentu yang berbakat alergi, umumnya tidak tahan
terhadap antibiotika golongan penisilin, baik yang diminum maupun yang
disuntikkan. Beberapa menit sampai beberapa jam sesudahnya muncul
reaksi alergi. Rasa tebal dan gatal di bibir, pusing, mual, muntah,
lalu pingsan. Jika ringan hanya gatal-gatal mirip biduran. Reaksi
hebat bisa menimbulkan reaksi kulit melepuh, berbisul-bisul
(Steven-Johnson syndrome).
Bagi yang berbakat alergi, perlu dites dulu sebelum mendapat suntikan
antibiotika golongan penisilin. Jika positif, jangan diberikan. Atau
jika pernah ada riwayat gatal sehabis minum atau disuntik antibiotika,
buatlah catatan, agar lain kali dapat mengingatkan dokter kalau tidak
tahan antibitioka tersebut. Sekarang reaksi alergi terhadap
antibiotika sudah jarang terjadi, sebab tersedia banyak pilihan
antibiotika yang lebih unggul dari penisilin tanpa risiko alergi.

10. Apakah semua antibiotika hanya untuk diminum?
Tidak. Selain dalam bentuk obat minum (oral), ada juga dalam bentuk
suntikan (parenteral), salep, krim, supositoria (dimasukkan ke liang
dubur atau vagina); lotion, dan tetes. Infeksi kulit memakai salep
atau krim antibiotika, infeksi mata merah memakai tetes atau salep
mata, infeksi telinga tengah memakai tetes kuping antibiotika,
keputihan kuman dipakai antibiotika berbentuk peluru yang dimasukkan
ke dalam vagina (bagi yang sudah menikah, tidak buat yang masih
gadis).
Antibiotika streptomycine, garamycine, hanya dalam bentuk suntikan,
tidak tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul. Sebaliknya, kebanyakan
antibiotika yang diminum belum tentu ada dalam bentuk suntikannya.
Tapi, ada juga antibiotika baik dalam bentuk suntikan maupun yang
diminum.
Membubuhi serbuk antibiotika pada lubang gigi yang sakit seperti
kebiasaan sementara orang atau pada luka, tidak terlalu tepat. Efek
penembusan antibiotika ke jaringan gusi yang terinfeksi tidak sebaik
jika diminum, atau bisa menyerap optimal seperti antibiotika yang
sudah dalam bentuk salep atau krim jika untuk dipakai pada kulit.


Sumber : Tabloid Nova Edisi 778 Tanggal 26 Januari 2003

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke