Dear Ibu Haikal…

Sptnya sampe disinar sgl krn kadar  bilirubinnya
tinggi yah.. (bayi kuning)

Cuman saran aja nihh gimana kalo tetep ASI aja alias
lsg nenen ibunya.. takutnya sih gak mau minumnya gara2
bingung puting.. antara ibunya n dot..Stop susu
formulanya… ingat, Bu.. Asi eklusif sampe 6 bln

Kalo masih gak mau nyusu juga.. disertai tanda2 spt
gak aktif, tidur terus.. suhu tubuh naik or turun
drastis.. tetap kuning n kencingnya coklat lebih baik
bawa ke RS lagi nih.. takutnya kadar bilirubinnya
masih tinggi.. bisa bahaya…

Smoga babynya segera baikan yah.. n Tuhan beri yg
terbaik…

Ini aku masih nyimpen artikel ttg Bahaya bayi kuning..
dr NAKITA

Sumber : www.tabloid-nakita.com 
BAHAYA BAYI KUNING 

Jangan anggap remeh, ya, Bu-Pak. Segera konsultasikan
ke dokter agar tak berakibat fatal. 

Sekitar 40-50 persen bayi lahir cukup bulan,jelas
dr.Purnamawati S. Pujiarto, SpA(K), MMPaed., mengalami
kuning. "Biasanya kuningnya itu disebut kuning
fisiologis alias bukan karena kelainan atau penyakit
melainkan fungsi organnya, yaitu hati, belum matang."
Yang seperti ini, lanjutnya, biasanya tak berbahaya
karena akan cepat teratasi dengan berjalannya waktu. 

Bayi kuning, ungkap spesialis anak dari Bagian
Hepatologi Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta ini,
disebabkan meningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
Normalnya, secara berkala sel darah merahnya akan
dipecah. Nah, kandungan "sampah" dari proses pemecahan
itu disebut bilirubin indirek. Semasa janin, bilirubin
indirek ini akan dibuang oleh plasenta dan masuk ke
hati ibu untuk selanjutnya diproses di hati menjadi
bilirubin direk dan dibuang tinja. Bilirubin indirek
memang harus dibuang karena dalam kadar tinggi dapat
bersifat sebagai racun. 

Segera setelah lahir, bayi harus mengolah sendiri
bilirubin indirek di hatinya. Tapi karena fungsi
hatinya belum sempurna lantaran belum matang, "Proses
penghancuran dan pembuangan bilirubin jadi lambat,
hingga bilirubin indireknya tetap tinggi. Fungsi
tersebut baru bisa berlangsung normal bila organ
hatinya sudah matang, yakni sekitar 3-4 hari setelah
lahir." Saat itu hati sudah mampu mengubah bilirubin
indirek menjadi bilirubin direk, sekaligus
membuangnya. Makanya, bayi kuning fisiologis biasanya
akanmulai terlihat di hari kedua dan akan mencapai
puncaknya pada hari ketiga sesudah lahir. "Mulanya
kuning di sekitar wajah lalu menjalar ke tubuh.
Bayinya, sih, tetap terlihat aktif dan sehat. Menyusu
dan tangisnya juga kuat." Melewati hari ketiga, kadar
bilirubin pelan-pelan menurun dan umumnya di hari ke-7
bayi tak kuning lagi. 

PATOKAN PENTING 

Bayi kuning sebetulnya bisa dideteksi orang tua lewat
warna mata bayi. Yang perlu dipahami, kuningnya karena
fisiologis atau akibat penyakit. Untuk itu, ada
sejumlah patokan yang patut dipelajari.
* Jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah
Jika dalam sehari kadar bilirubin meningkat secara
pesat atau progresif.
* Jika bayi tampak tidak aktif, tak mau menyusu,
cenderung lebih banyak tidur, disertai suhu tubuh yang
mungkin meningkat atau malah turun.
* Jika bayi kuning lebih dari dua minggu.
* Jika air kencingnya berwarna tua seperti air teh. 

Nah, bila itu yang terjadi, jangan buang waktu, segera
bawa anak ke dokter agar tak berakibat fatal. Sebab,
seperti dijelaskan Wati, "Kadar bilirubin indirek yang
terlalu tinggi dapat merusak sel-sel otak hingga bayi
mengalami kejang-kejang dan di kemudian hari bisa
memunculkan kelainan neurologis." Dalam keadaan sehat
dan normal, otak memiliki pelindung hingga tak
sembarang zat bisa menembusnya. Sementara pada bayi
yang sakit berat, pelindung tadi ikut terganggu
fungsinya. Akibatnya, zat-zat yang bersifat toksik
atau racun, termasuk bilirubin indirek, bisa menembus
dan masuk ke sel-sel otak. Dampak jangka pendek, bayi
akan mengalami kejang-kejang. Sementara jangka
panjang, anak bisa mengalami cacat neurologis. 

Jadi, penting sekali mewaspadai keadaan umum si bayi.
Kalau kondisinya baik, tetap aktif, orang tua tak
perlu cemas. Lain halnya bila bayinya tidur terus,
emoh menyusu, sering muntah, pasif, suhunya berubah
(panas atau dingin), "Bayi harus terus dimonitor
secara ketat." 

AKIBAT KOLESTASIS 

Bilirubin direk juga bisa menyebabkan bayi kuning
akibat organ hati berkelainan/sakit. Kolestasis; apa
pun kelainan pada hati atau sistem empedu ini, jelas
Wati, menyebabkan terganggunya proses pembuangan semua
bahan toksik yang seharusnya dibuang oleh hati dan
saluran empedu ke tinja. Akibatnya, bahan beracun
tersebut menumpuk di hati dan menyebabkan kerusakan
sel-sel hati. "Bila keadaan ini berlangsung lama dan
terus-menerus, satu saat hati mengalami komplikasi
berat yang disebut sirosis. Dalam hal ini sel-sel hati
diganti oleh jaringan ikat hingga hati menciut, keras,
dan tak dapat lagi menjalankan fungsinya yang sangat
vital bagi kehidupan si individu. 

Sekilas, gejala kolestasis sama dengan kuning
fisiologis. "Tapi pada kolestasis, umumnya air seni
berwarna gelap akibat keluarnya bilirubin direk di
urin. Yang jelas, penyakit ini perlu segera ditangani
dokter. Ketidaktahuan, kesalahan, atau keterlambatan
diagnosa dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
bayi, penyakit hati yang berlangsung kronis, dan
berkomplikasi sirosis yang ujungnya berakhir dengan
kematian." 

Secara garis besar, kolestasis dibagi dua, yakni,
akibat kelainan di dalam hati, atau akibat kelainan
saluran empedu di luar hati. Penyebab kolestasis di
dalam hati dibagi dua yaitu:
* Akibat infeksi virus, kuman/bakteri, parasit. Semua
infeksi berat di mana mikroorganisme tadi sudah
memasuki peredaran darah, dapat menyebabkan
kolestasis, karena dibawa oleh darah ke hati dan
merusak sel-sel hati. Sebagian besar kolestasis pada
bayi baru lahir yang disebabkan infeksi virus akan
berakhir dengan kesembuhan. Sedangkan yang diakibatkan
infeksi berat (sepsis), memerlukan terapi antibiotik
yang tepat.
* Bukan disebabkan infeksi. Penyebabnya, antara lain,
penyakit akibat gangguan metabolisme (bisa
karbohidrat, protein atau lemak maupun gangguan
metabolisme asam empedu). Penyebab lainnya adalah
kelainan bawaan/kongenital, gangguan pembentukan
saluran empedu di dalam hati, kerusakan hati akibat
obat, sindrom down, atau kelainan hormonal seperti
hipotiroid, dan sebagainya. 

Sementara gejala klinisnya, antara lain, air seni
berwarna cokelat atau kuning tua, warna tinja amat
pucat atau selang-seling dengan warna kuning. Umumnya
terjadi gangguan pertumbuhan sejak bayi lahir (berat
lahir kurang). Menurut Wati, sepertiga dari kolestatis
memerlukan upaya operasi, yang dilakukan sebelum bayi
berusia 2 bulan agar hasilnya optimal. 

  

Dedeh Kurniasih.Foto: Iman Dharma (nakita) 



  

Kuning Yang Berisiko

Berikut faktor penyebab munculnya kuning yang bukan
fisiologis dan berisiko membahayakan bayi.
* Infeksi berat
Infeksi yang berat dapat meningkatkan proses pemecahan
sel darah merah hingga bayi tampak kuning. Infeksi
berat yang dimaksud adalah infeksi di mana kuman atau
mikroorganisme penyebab infeksi tersebut sudah
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Jadi,
bukan infeksi yang terbatas di satu area saja, semisal
di tenggorokan atau telinga.
* Kekurangan enzim G 6 PD (glukosa-6-fosfat
dehidrogenase).
Enzim ini dibutuhkan oleh rangkaian reaksi yang
berfungsi menghasilkan sumber energi bagi sel darah
merah agar bisa menjalankan fungsi metabolismenya.
Bila sel darah merah kekurangan enzim ini, energi pun
berkurang. Akibatnya, sel darah merah akan mudah pecah
atau rusak.
* Beda golongan darah dengan ibu
Ketidakcocokan golongan darah dapat terjadi bila ibu
rhesus negatif dan anaknya rhesus positif atau bila
ibu golongan darah O dengan bayi golongan darah non-O.
Namun demikian biasanya perbedaan ini sudah sejak awal
diketahui dokter kandungan hingga dapat dilakukan
antisipasi yang diperlukan guna mencegah terjadinya
peningkatan bilirubin indirek yang drastis. Di lain
pihak, pada ketidakcocokan golongan darah O, bila
perlu dokter mempertimbangkan transfusi
tukar/gantidarah (exchange transfusion).
* Penyakit genetik
Ada beberapa penyakit karena genetik di mana organ
hati tak punya enzim untuk mengubah bilirubin indirek
menjadi bilirubin direk. Namun kondisi seperti ini
relatif jarang terjadi. 

Dedeh 

Batas Normal Bilirubin Dan Terapi

Pada bayi baru lahir, jelas Wati, pemeriksaan
bilirubin umumnya sudah termasuk dalam pemeriksaan
rutin bayi baru lahir. "Dalam sekali pengambilan
darah, umumnya sudah termasuk untuk memeriksa golongan
darah, hormon tiroid gondok, dan enzim tertentu di
darah yang biasa disebut G-6-PD. 

Wati juga menyebutkan, batas normal bilirubin bayi
baru lahir tak lebih dari 10 mg/dl. Lebih dari itu,
biasanya akan diberi terapi sinar (blue light) saat
berada di rumah sakit. Terapi ini bertujuan mengubah
bilirubin indirek yang toksik menjadi zat yang tidak
toksik. Lama-sebentarnya penyinaran berbeda pada
setiap bayi. Pada bayi kuning fisiologis yang lahir
cukup bulan, dengan terapi sinar sehari saja kadar
bilirubinnya sudah turun. Sementara bayi lahir
prematur mungkin perlu waktu lebih lama lagi untuk
menurunkan kadar bilirubinnya. Bayi prematur memang
termasuk rentan mengalami kuning karena organ tubuhnya
belum tumbuh sempurna. 

Sementara mengurangi kuning pada bayi dengan cara
menjemurnya di matahari pagi, menurut Wati, sudah
harus ditinggalkan karena fungsinya ternyata memang
bukan membantu mengubah bilirubin indirek.
"Boleh-boleh saja menjemurnya di matahari pagi. Namun
tujuannya semata agar bayi kena sinar matahari,
terutama untuk vitamin D yang diperlukan tulang.
Sebaiknya lakukan pagi hari dan tak perlu lama-lama."
Dedeh 


Uci mamaKavin
http://oetjipop.blogspot.com



H

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke