menurut hemat saya, tidak ada orang tua yang mengajar anaknya menjelekkan
agama lain (agama yang bukan agama ortu-nya).   barangkali kalau mengajari
supaya jangan nakal seperti si Anu, masih banyak yang melakukannya.
adanya politik devide -et - impera yang diturunkan belanda kepada ABRI kita
yang barangkali disalahterjemahkan oleh oknum tertentu.  seharusnya politik
itu digunakan untuk memporakporandakan musuh yang dalam hal ini tentunya
bukan bangsa indonesia.   namun dalam perjalanannya terutama di kala orde
baru politik tersebut lebih sering digunakan untuk memporakporandakan bangsa
indonesia itu sendiri daripada bangsa lain.
tentang siapa provokatornya, tampaknya semua orang juga tahu siapa lagi
kalau bukan yang paling banyak duit dan barangkali kewalahan mau ditaruh di
mana ?
semoga bermanfaat.
-----Original Message-----
From: Cemara <[EMAIL PROTECTED]>
To: "balita-indoglobal" < <balita-anda<@indoglobal.com>
Date: Wednesday, December 02, 1998 9:19 AM
Subject: [balita-anda] Mendidik Anak Hidup Dalam Perbedaan


>Rekan2 orangtua dari para balita yang baik2,
>
>Sambil kita diskusi soal balita kita, saya mau mau mengajak  berdiskusi
>sehat tentang pendidikan anak-anak balita kita dalam soal hidup
berbhinneka.
>
>Kata banyak pakar, kasus2 SARA selama ini tak bisa dipisahkan dari
>pendidikan anak (balita) di dalam keluarga. YAitu akibat orangtua selalu
>secara nggak sadar mengari bahwa perbedaan yang ada di sekitarnya, sebagai
>sebuah pertentangan. Misalnya (ini misal, lho bukan berprasangka), anak2
>dari keluarga Muslim 'diajari' bahwa orang Kristen itu ...., anak2 dari
>keluarga Nasrani dicekoki bahwa orang Islam itu ...., anak2 dari keluarga
>Jawa 'diajari'....  anak-anak dari keluarga Minang 'diajari' bahwa orang
>Batak......
>Lihat saja, meski baru berumur 3-5 tahun (masih balita kan?), anak-anak di
>kampung, sudah bisa ngata-ngatain Cina jika kebetulan mereka melihat ada
>orang Tionghoa. Sementara itu, saya lihat ada anak kenalan, seorang
>non-Muslim, yang enggak mau berteman dengan anak-anak sebayanya yang
Muslim.
>(Ngeri nggak tuh)
>Pertanyaan saya: kenapa hal itu bisa terjadi, mengingat mereka masih anak2
>balita?
>Bukankah mustahil hal ini terjadi karena membaca koran, nonton televisi,
>atau dikompori provokator, kalau bukan karena pengaruh ortunya ?  (Atau
>hal-hal itu juga berperanan?)
>Ayo rekan2, kasih saran dong, pendidikan apa dan bagaimana yang sebaiknya
>kita lakukan di rumah, agar di kemudian hari anak-anak balita kita kelak
>ketika  dewasa bisa hidup toleran dengan lain suku/ras/etnis dan lain agama
>? Bukankah indah sekali jika di suatu hari kelak kita betul2 punya
Indonesia
>yang baru sama sekali, yang orang-orang dewasanya bisa hidup rukun
>berdampingan dalam pluralisme?
>
>salam sejahtera
>Cemara
>
>
>
>
>
>
>
>
>---------------------------------------------------------------------
>"Milis Bagi Orangtua Yang Menyayangi Balitanya"
>To subscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
>To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
>HI-Reliability low cost web hosting service - http://www.IndoGlobal.com
>



---------------------------------------------------------------------
"Milis Bagi Orangtua Yang Menyayangi Balitanya"
To subscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
HI-Reliability low cost web hosting service - http://www.IndoGlobal.com

Kirim email ke