Semoga bermanfaat
Regards,
 <<...>> Ninin Kristanti
Network Operation & Maintenance Celullar
Telp. 021-5331993/4 Ext. 6418
Fax. 021-5332914
HP. 0816-804942
e-mail: n_kristanti@satelindo <mailto:n_kristanti@satelindo> . co.id

>CIRI-CIRI & PENANGANAN AUTISME 
        >
        >KETIKA putranya, Ikhsan (8) lahir pada tahun 1991, tak ada kelainan
        >menyertainya. Baru pada perkembangan selanjutnya, bayi itu
memerlukan
        >pengawasan ketat karena ia alergi terhadap makanan, cuaca dan obat,
sehingga
        >harus menjalani terapi dan diet ketat. Ketika Ikhsan berusia
sekitar 18
        >bulan, ibunya, Dyah Puspita, merasa ada sesuatu yang berbeda dengan
        >putranya. Perkembangan bicara dan bahasanya tidak menunjukkan
kemajuan
        >berarti, dan ia tampak asyik dengan dirinya sendiri.
        >
        >Saya merasa ada tameng yang membatasi Ikhsan dengan dunia kami.
Saat ia
        >berusia sekitar 18-24 bulan, meski tidak rewel tetapi ia cenderung
sulit
        >dipegang baik secara fisik maupun psikis. Ia juga tak mau dipeluk,
kontak
        >matanya terbatas, pandangannya kerap menerawang, sering memasukkan
benda ke
        >dalam mulut dan ia tampak tertekan di tengah keramaian," cerita
Dyah pada
        >Seminar Autisme dan Penanganannya di Jakarta, Sabtu (31/7).
        >
        >Mengetahui anak laki-lakinya berbeda dengan anak-anak pada umumnya,
Dyah pun
        >berusaha mencari tahu apa penyebab dan bagaimana mengatasinya.
"Saya sampai
        >berhenti bekerja, karena saya ingin dia tahu bahwa saya adalah
ibunya. Saya
        >ingin ia sadar bahwa dunia luar sangat menarik, bahwa dunianya amat
sepi dan
        >tak bermakna. Saya sampai memberhentikan semua orang yang bekerja
di rumah,
        >agar ia hanya pergi kepada saya bila memerlukan sesuatu," kata Dyah
yang
        >juga psikolog itu.
        >
        >Ikhsan tak sendirian, penyandang autisme infantil dalam 10 tahun
terakhir
        >ini, menurut perkiraan dr Melly Budhiman, psikiater anak dan Ketua
Yayasan
        >Autisme Indonesia, meningkat luar biasa. "Bila 10 tahun yang lalu
jumlah
        >penyandang autisme diperkirakan satu per 5.000 anak, sekarang
meningkat
        >menjadi satu per 500 anak. Sayangnya, jumlah profesional yang
mendalami
        >bidang autisme tak sebanding dengan peningkatan jumlah
penyandangnya. Ini
        >menyebabkan sering terjadi kerancuan dalam menegakkan diagnosis."
        >
        >Di sisi lain, bila seorang anak sejak dini sudah diketahui
menyandang
        >autisme, penanganan dan terapinya bisa lebih terarah, sehingga
kemungkinan
        >si anak untuk bisa hidup "normal" pun jauh lebih besar. Berdasarkan
        >pengalaman pribadinya, Dyah mengatakan," Intervensi dini amat
penting,
        >bahkan dapat menjadi penentu masa depan anak. Meski literatur
menjelaskan
        >bahwa autis adalah masalah seumur hidup, tetapi dengan tata laksana
dan
        >intervensi dini yang berkelanjutan, tanpa terputus, dapat membuat
si anak
        >tak tampak lagi perilaku dan ciri autisnya."
        >
        >Pembicara lainnya, dr Rudy Sutadi, Direktur Program Klinik
Intervensi Dini
        >Autisme - Jakarta Medical Center, mengutip hasil penelitian yang
dilakukan
        >Lovaas tahun 1987 di AS yang menggunakan metode modifikasi perilaku
40 jam
        >seminggu selama dua tahun terhadap 19 anak autis berusia di bawah
empat
        >tahun dengan IQ rata-rata 60, ternyata 47 persen berhasil mencapai
fungsi
        >kognitif normal. 
        >
        >"Saat ini anak-anak tersebut sudah berusia belasan tahun, 47 persen
tampak
        >normal. Penampilan mereka tidak dapat dibedakan dengan sebayanya,
baik dari
        >sudut keterampilan sosial maupun akademik. Sementara 42 persen
memperoleh
        >kemajuan pada berbagai bidang, tetapi tidak cukup untuk mengikuti
secara
        >penuh di kelas reguler, dan hanya 11 persen yang ditempatkan di
kelas untuk
        >anak retardasi mental." 
        >
        >Gangguan perkembangan
        >
        >MENURUT Melly, austisme adalah gangguan perkembangan yang mencakup
bidang
        >komunikasi, interaksi dan perilaku yang luas dan berat. Gejala
autis mulai
        >tampak pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun. Penyebabnya
adalah
        >gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang mengakibatkan
        >terganggunya fungsi otak. "Autisme bisa terjadi pada siapa saja,
tak ada
        >perbedaan status sosial-ekonomi, pendidikan, golongan etnik maupun
bangsa.
        >Perbandingan antara pria dan perempuan penyandang autisme
diperkirakan 3-4
        >banding satu," ujarnya.
        >
        >Gejala penyandang autisme antara lain bayi cenderung menghindari
kontak
        >mata, dengan ibunya sekalipun; senang melihat mainan yang berputar
dan
        >digantung di atas tempat tidur; terlambat bicara dan bahasanya tak
        >dimengerti orang lain; tak mau menengok bila dipanggil namanya;
cenderung
        >tak mempunyai rasa empati; suka tertawa-menangis-marah tanpa sebab
yang
        >nyata; dan merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang
kasar. 
        >
        >Gangguan perilaku pada anak autis bisa berlebihan dan kekurangan.
Perilaku
        >berlebihan misalnya hiperaktif, melompat-lompat, lari ke sana-sini
tak
        >terarah, berputar-putar atau mengulang-ulang gerakan tertentu.
Sedang
        >perilaku kekurangan seperti bengong, tatapan matanya kosong,
bermain dengan
        >monoton, kurang variatif dan biasanya dilakukan secara
berulang-ulang.
        >
        >Gejala-gejala tersebut tidak harus ada pada setiap anak autis. Pada
anak
        >autis yang berat mungkin semua gejala itu ada padanya, tetapi pada
        >penyandang autisme ringan biasanya hanya terdapat sebagian saja
dari
        >gejala-gejala tersebut.
        >
        >Mengenai faktor penyebabnya, lebih lanjut Melly menyatakan, ini
disebabkan
        >adanya kelainan pada struktur sel otak, yaitu gangguan pertumbuhan
sel otak
        >pada saat kehamilan trimester pertama. "Pada saat pembentukan
sel-sel otak
        >tersebut berbagai hal bisa terjadi sehingga menghambat pertumbuhan
sel otak,
        >misalnya karena virus (rubella, tokso, herpes), jamur (candida),
oksigenasi
        >(perdarahan), dan keracunan dari makanan."
        >
        >Akibatnya, fungsi otak jadi terganggu, terutama fungsi yang
mengendalikan
        >pemikiran, pemahaman, komunikasi dan interaksi. Oleh karena itulah,
        >penyandang autisme biasanya sulit berinteraksi dan berkomunikasi
dengan
        >orang lain. "Secara medis kelainan yang terdapat di otak penyandang
autis
        >itu tidak bisa disembuhkan," kata Melly.
        >
        >Harapan bagi anak autis
        >
        >BERBICARA mengenai Tatalaksana Perilaku atau Applied Behavior
Analysis (ABA)
        >atau metode Lovaas, Rudy mengatakan, terapi yang di Indonesia mulai
        >dipraktikkan sejak tahun 1997 ini, memberi harapan bagi anak autis,
karena
        >dapat menyebabkan anak autis mampu mencapai tingkatan yang
sebelumnya
        >merupakan hal mustahil. "Mereka dapat mengikuti sekolah reguler,
berkembang
        >dan hidup mandiri di masyarakat, tanpa menampakkan gejala sisa
autis," kata
        >Rudy yang juga Wakil Ketua Yayasan Autisme Indonesia. 
        >
        >ABA atau Tatalaksana Perilaku adalah ilmu yang menggunakan
perubahan
        >perilaku untuk membantu individu membangun kemampuan dengan ukuran
        >nilai-nilai yang ada di masyarakat. "Terapi ini menggunakan prinsip
        >belajar-mengajar untuk mengajarkan sesuatu yang kurang atau tidak
dimiliki
        >anak autis. Misalnya anak diajar berperhatian, meniru suara,
menggunakan
        >kata-kata, bagaimana bermain. Hal yang secara alami bisa dilakukan
anak-anak
        >biasa, tetapi tidak dimiliki anak penyandang autisme," tutur Rudy.
        >
        >Semua keterampilan yang ingin diajarkan kepada penyandang autis
diberikan
        >secara berulang-ulang dengan memberi imbalan bila anak memberi
respons yang
        >baik. Pada awalnya imbalan bisa berbentuk konkret seperti mainan,
makanan
        >atau minuman. Tetapi sedikit demi sedikit imbalan atas keberhasilan
anak itu
        >diganti dengan imbalan sosial, misalnya pujian, pelukan dan
senyuman. 
        >
        >Dalam terapi ini terdapat lebih dari 500 tugas individual yang
perlu
        >diajarkan kepada anak autis. Pengajarannya berlangsung sekitar dua
tahun,
        >secara intensif selama 40 jam per minggu. "Anak-anak yang maju
pesat,
        >umumnya dapat masuk kelas prasekolah dalam 6-12 bulan setelah
diterapi.
        >Tetapi hasil terbaik umumnya pada mereka yang terapinya sudah
dimulai
        >sebelum usia tiga tahun."
        >
        >Untuk keberhasilan yang optimal, Rudy menyarankan agar selain
tenaga terapis
        >yang berpengalaman dan sabar, orangtua serta anggota keluarga
lainnya
        >diharapkan juga terlibat dalam proses ini. "Mereka bisa menggunakan
waktu
        >luang di luar terapi untuk mengembangkan kemampuan anak, misalnya
dengan
        >mengajaknya ke taman, pergi ke mal, mengunjungi keluarga dan
sebagainya.
        >Hal-hal yang biasanya dianggap kecil ini, bisa mambantu anak autis
untuk
        >mengembangkan kemampuan sosialnya. Selain itu, dengan cara ini
seluruh hari
        >anak menjadi bagian dari proses terapi, dan orangtua pun menjadi
bagian
        >integral dari terapi itu."
        >
        >Selain terapi Tatalaksana Perilaku, menurut Melly, ada beberapa
terapi lain
        >yang umumnya diterapkan pada penyandang autisme. Namun apa pun
terapi yang
        >dipilih orangtua, keberhasilannya antara lain tergantung dari berat
        >ringannya gejala, umur si anak (umur yang paling baik untuk terapi
antara
        >dua sampai lima tahun, di mana sel otak masih bisa dirangsang
membentuk
        >cabang-cabang baru), kecerdasan anak, kemampuan bicara dan
berbahasanya.
        >
        >Salah satu terapi bagi anak autis adalah terapi medikamentosa,
misalnya
        >dengan memberi beberapa vitamin terutama dari jenis vitamin B (B6,
B15)
        >dalam dosis tinggi. Terapi megavitamin ini pada sebagian anak
berefek baik. 
        >
        >Ditambahkannya, meski belum ada obat yang bisa menyembuhkan autisme
        >infantil, tetapi dapat dipakai obat untuk menghilangkan gejala yang
tak
        >diinginkan seperti hiperaktif, agresif, menyakiti diri sendiri dan
epilepsi.
        >"Obat memang tidak menyembuhkan, tetapi hanya mengurangi gejala
autismenya
        >dan menimbulkan perilaku yang lebih terarah," tutur Melly.
        >
        >Namun diingatkannya, bahwa penyandang autisme itu biasanya unik,
artinya
        >setiap individu mempunyai gejala dan memerlukan penanganan
masing-masing.
        >"Vitamin atau obat yang bagus untuk penyandang autisme yang satu,
belum
        >tentu bagus pula hasilnya bagi penyandang autisme lainnya," Melly
        >menambahkan. cp
        >Sumber : SWARA (5/8 1999) 
http://www.balita-anda.indoglobal.com/autisme.html
<http://www.balita-anda.indoglobal.com/autisme.html> 

LYCOShop is now open. On your mark, get set, SHOP!!!
http://shop.lycos.com/ <http://shop.lycos.com/> 
Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com
<http://www.balita-anda.indoglobal.com> 
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"
-= Dual T3 Webhosting on Dual Pentium III 450 - www.indoglobal.com
<http://www.indoglobal.com>  =-
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, email:
[EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> 
http://pencarian-informasi.or.id/ <http://pencarian-informasi.or.id/>  -
Solusi Pencarian Informasi di Internet







Kunjungi: http://www.balita-anda.indoglobal.com
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"

-===  FREE Handphone @ http://www.indoglobal.com/dedicated.php3  ===-
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, email: [EMAIL PROTECTED]







Kirim email ke