Bu Gaiea,

Saya tertarik juga dengan artikel tersebut. Bisa engak saya dapat dalam
bentuk buku, atau memang ada penerbit yang menerbitkan buku ini. Kalau ada
dimana saya bisa mendapatkannya.
Terima kasih atas bantuan dan informasinya.

Mama Nisa.


-----Original Message-----
From: Yendra Herry S. [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Tuesday, March 21, 2000 12:01 AM
To: gaiea sukhsmasharira
Subject: Re: [balita-anda] Bayi Matematika


     Bu Gaiea saya tertarik dengan artikel tersebut, bisakah saya 
     mendapatkannya dari ibu ?
     
     Terima kasih atas bantuannya.


______________________________ Reply Separator
_________________________________
Subject: [balita-anda] Bayi Matematika
Author:  [EMAIL PROTECTED] (gaiea sukhsmasharira) at bngtw
Date:    3/20/00 2:52 PM


Dear Netter,
     
Saya menemukan sebuah artikel tentang Kiat Mengajarkan Matematika untuk Bayi
ant
ara 0 - 1 tahun.
     
Semoga bermanfaat,
     
+Bunda Gaiea+
     
KIAT MENGAJARKAN MATEMATIKA
KEPADA BAYI BERUSIA O - 1 TAHUN
     
OLEH : NASRULLAH IDRIS
     
bidang studi reformasi Sains/Matematika/Teknologi 
P.O.Box 1380 - Bandung 40252 - INDONESIA
e-mail : [EMAIL PROTECTED]
     
     
     
PENDAHULUAN
     
Bersamaan mulai berfungsinya mata seorang bayi dengan normal, sekaligus
melihat 
fisik sekitarnya,  proses pengajaran matematika sesungguhnya sedang
berlangsung.
 Karena apa yang dilihatnya jelas berkaitan batasan-batasan benda, yang
gilirann
ya pada ukuran dan satuan.
     
Kemudian diperkuat sikap bermanja sang ibu dengan memperlihatkan benda-benda
ke 
hadapannya, sebagaimana dalam usaha membuat si bayi beraksi.
     
Namun mengingat pamor matematika cenderung untuk konsumsi usia sekolah,
sehingga
 apa yang dilakukan mereka itu seakan- akan tidak berkaitan dengan
matematika.
     
Akibatnya mereka tidak serius, dalam arti, bila ada kesempatan saja. Apalagi
ada
nya predikat jelimet, komplek, dan susah yang dilekatkan pada tubuh
matematika, 
tentu semakin membuat ibu tidak memprioritaskannya dalam jadwal pengasuhan.
     
Bila seorang ibu sudah bisa menerima perilakunya seperti itu sebagai proses
peng
ajaran matematika juga, tentu akan semakin terangsang memberikan input
kepada ba
yinya.
     
Sekarang tinggal pada metode, bagaimana urutan prioritasnya ? Jangan sampai
yang
 lambat dicerna didulukan ketimbang yang cepat ditangkap, karena itu namanya
mel
oncat.
     
Nah berikut ini akan disampaikan beberapa kiatnya (kita batasi pada
aritmatika :
 salah satu cabang dari Matematika)
     
MEMPERLIHATKAN BOLA
     
Perlihatkanlah sejumlah bola dengan beberapa kali +pindah posisi, yang
berwarna 
gelap dan berbahan sama.
     
Diameternya lima ukuran saja dulu, 1 cm s/d 5 cm, yang rasanya standar
dengan da
ya penglihatannya. Bukankah puting susu dan daerah hitam pada payudara, yang
umu
mnya sering dilihat bayi ketika mulai menyusu, sekitar itu juga ?
     
Penampilan awalnya hendaknya berurutan dengan selisih waktu yang cukup.
Tampilan
  acak dilakukan bila bayi sudah akrab.
     
Pada waktunya timbul kesan adanya perbedaan dan persamaan, yakni ketika
semuanya
 diperlihatkan, serta membandingkan besar kecilnya.
     
Dipilih lingkaran mengingat kesempurnaan, kesederhanaan, dan keteraturannya,
mes
kipun
diproyeksikan ke bidang, sifat yang tidak dimiliki bangun lainnya.
     
Satu ukuran yang warnanya berlainan pun boleh, asal tajam serta sudah
populer pa
da diri manusia sepanjang hidupnya. Hitam, hijau, merah, biru, dan kuning,
misal
kan.
     
Mana sajalah dulu yang dipakai. Substansinya hampir sama juga, hanya
jenisnya la
in.
     
Ketika tahap sekaligus, pengertian lainnya muncul pada bayi, tepatnya kaitan
war
na, ukuran, dan satuan melalui penggabungan dua macam input monumental yang
suda
h dikuasainya.
     
Pakailah lima bola berdiameter sama serta bisa digenggam. Sebanyak lima kali
dip
erlihatkan, yang masing-masing diambil satu dan lima. Ini untuk pengurangan.
Seb
aliknya penjumlahan dengan menambahkan satu, sampai empat pada bola yang
tergeng
gam.
     
Mengingat cirikhas pada setiap jumlah bola yang sering dilihatnya, bayi pun
akan
 melihat
kejanggalannya ketika dikurangi atau ditambah. Intersan serupa yang muncul
seben
tar-sebentar membuatnya semakin memahami hakikat bertambah dan berkurang,
yang d
itandai perubahan luas kelompok.
     
Apalagi pada peragaan bola yang diameter dan warnanya beragam. Pemahamannya
tida
k lagi terikat dengan ukuran, tetapi pada jumlah bola yang tampak.
     
Adanya perasaan terpisah bila sendiri dan bersama saat digendong, yang sudah
mun
cul sebelumnya, sedikit-banyak ikut mempercepat pemahaman tersebut.
     
Bila sudah maksimal barulah bangun lain dilibatkan yang kerumitannya
setingkat d
i atas bola, yaitu kubus, mengingat ketiga sifat bola tersebut masih
terkandung 
juga di dalamnya.
     
Proses pengajarannya sama. Hanya waktunya semakin pendek karena formulanya
sudah
 terjaring pada otak bayi dalam pengajaran bola. Tinggal mengaplikasikanya
pada
kubus. Bak mudahnya siswa SD menjawab 2 mangga + 3 mangga di rumah hanya
karena 
sudah memahami hakikat 4 permen + 1 permen di sekolah.
     
Bisa diteruskan dengan menampilkan keduanya, kotak dan bola, dalam setiap
peraga
an. Ukuran dan warna tidak perlu dipersoalkan lagi, karena yang dibahas
terbatas
 pada Aritmatika. Masalah jumlah sebaiknya tidak beranjak dari lima, agar
semaki
n memperkuat basis intelektualnya. Toh nanti akan terangsang untuk
mempertanyaka
n objek dengan jumlah berikutnya.
     
Akhirnya bayi akan benar-benar menganggap gabungan dan pisahan bisa
dilakukan de
ngan benda apa saja. Terutama setelah bangun-bangun lainnya diperagakan.
Pengert
iannya tidak akan terpaku pada seragam atau beragam. Yang penting tampak
langsun
g. Misalkan, setelah melihat dua bola dan tiga kotak di meja, yang
penyimpananny
a dengan tenggang waktu beberapa detik, ia pun mengerti adanya lima buah
benda.
     
Tentu saja dalam setiap pengajaran diselingi dengan mengajak bayi melihat
benda-
benda yang mudah diinderainya di berbagai ruang di rumah. Selesai
memperagakan d
ua bola, misalnya, bisa dilanjutkan dengan memperlihatkan kedua mata kita.
Pokok
nya yang sepadan serta sering tampak.
     
Tiada lain untuk membentuk karakter pengasosiasian, sehingga terasalah, apa
yang
 diajarkan terhubungkan dengan apa yang dilihatnya.
     
Terang saja bila dua lemari yang diperlihatkan akan susah, karena matanya
belum 
sanggup dipakai untuk melihatnya sekaligus. Bisa-bisa ia memandangnya
sebagai sa
tu benda saja. Berarti tidak nyambung.
     
Dua kaki pun sama, mengingat jarang tampak, sehingga kurang ampuh untuk
memperko
koh pengertian.
Lagi pula jarang orangtua memperlihatkan kakinya. Terlihat oleh bayi pun
mungkin
 tidak.
     
MENYERTAI KEHIDUPAN BAYI
     
Jadi pengajaran ini dimaksudkan untuk menyertai kehidupan bayi sehari-hari,
khus
usnya dalam memandang benda-benda, serta merangsangnya menghubungkan satu
sama l
ain. Bayi yang sudah sering melihat payudara ibunya, maka dengan peragaan
dua bo
la dan tiga kotak, masing-masing segera terbayang olehnya akan persamaan
atau pe
rbedaan intuisinya.
     
Sebaliknya bila tidak, bayangan itu memang akan muncul juga. Tetapi tidak
akan s
ecepat itu.
     
Persis dengan dua WNI yang ber-IQ sama disuruh mengumpulkan sejumlah kata
dengan
 awalan huruf tertentu. Apakah sama cepat bila salah satunya menggunakan
kamus ? 
 Tidak toh !
     
Ingat ! Kemampuan menyerap pengajaran matematika pada siswa kelas I SD tidak
han
ya tergantung tingkat kecerdasan, juga pengalaman era pra sekolah berupa
frekwen
si pengamatan objek-objek melalui peragaan seperti contoh di atas di samping
lan
gsung terhadap objek-objek sekitarnya.
     
Tidak heranlah bila banyak ilmuwan berkata bahwa banyaknya memori semacam
itu er
patri pada bayi akan mempengaruhi daya : kreatif, kritis, atau aktifnya
kelak. T
erlebih otak saat itu sangat ampuh untuk merekam.
     
Sesungguhnya masih bayi tidak tepat dijadikan alasan untuk menangguhkannya.
Mend
ingan alasan takut salah. Tetapi terakhir ini perlu ditindaklanjuti dengan
menca
ri metodenya. Bila diam saja itu  namanya nrimo !
     
BERAKOMODASI DENGAN FISIK/MENTAL BAYI
     
Hanya sebagai konsekwensi fisik/mental bayi masih rawan, caranya harus serba
tel
aten. Dengan kata lain, sesuai dengan karakteristik khasnya. Bagaimana
memanjaka
n dan mencermati dalam memandikan, membobokan, dan menyusui demikian juga
hendak
nya dengan pengajaran matematika.
     
Jangan coba-coba berpedoman pada sistim untuk anak usia sekolah. Metode TK
pun b
elum saatnya dipakai. Pokoknya sesuaikan saja dengan dunianya pada usia
tersebut
.
     
Waktunya harus tepat, ketika badannya sedang bugar dan wajahnya sedang
ceria. Sy
ukur-syukur kamar pun tenang dan adem.
     
Jangan sampai alat peragaannya menimpa badan, apalagi mukanya, karena
dikhawatir
kan menimbulkan trauma, yang gilirannya bersikap kapok. Taroklah terjadi
juga. P
ertimbangkanlah mencari alternatif sepadan. Misalkan warnanya diganti.
     
Bila bayi tiba-tiba rewel segera hentikan. Ikuti dulu kemauannya. Apakah mau
dig
endong, tidur, atau menyusu ? Bisa juga karena popoknya kurang memuaskan
atau te
rkena kencing.
     
Pokoknya kita harus mempunyai kira-kira, kapan si bayi dalam kondisi prima
dan g
embira. Untuk itu pribadi khasnya harus dipahami pada berbagai suasana.
     
 MEMPERDENGARKAN ANGKA
     
Sebutan angka, satu, dua, dan seterusnya, cukup diperdengarkan secara
berurutan,
 pelan, dan bernada. Tanpa itu akan memberi kesan heboh, kaku, dan marah,
yang b
isa membuatnya terkejut dan menangis, sehingga tidak termakan sedikit pun.
     
Mengingat pendengaran bayi sudah berfungsi ketika masih dalam rahim, berarti
itu
 bisa dilakukan sejak lahir.
     
Memang mulanya tidak akan mengerti juga. Tetapi karena sering didengar, akan
ira
ma verbal akan terekam juga. Berarti kelak semakin mudahlah bayi
mengucapkannya 
ketika sudah bisa berbicara.
Tinggal nanti mengaplikasikannya ke sejumlah benda yang terkait, sehingga ia
pun
 akan mengerti, apa yang dimaksud dengan masing-masing. Proses pengajaran
ini bi
sa dilakukan setelah usianya setahun.
     
Semua itu akan memberikan kredit point terhadap wawasan intelektual.
Substansiny
a tidak bisa dianggap kecil. Demikian juga terhadap kemampuannya bergulat
seputa
r matematika di bangku sekolah.
     
Sering kita lihat beberapa mainan/makanan kesukaan bayi berusia dua tahun
diambi
l saudaranya secara diam-diam. Reaksinya beragam, saat itu juga, beberapa
detik 
kemudian, atau tidak sama sekali. Ini mengindikasikan daya hitungnya yang
berlai
nan, terlepas pelit-sosial, takut-berani, dan cuek-pedulinya.
     
Celakanya bila sampai dilakukan orang luar, sementara harganya mahal dan
nilainy
a tinggi.
     
Jadi sesungguhnya dengan pendidikan sejak lahir itu akan memperbesar daya
kritis
 di kemudian hari, khususnya sikap tanggap terhadap perubahan hak miliknya.
     
MILYARAN NEURON BAYI
     
Sejak lahir otak manusia yang terdiri dari milyaran neuron itu sudah siap
dianya
m menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena yang datang dari
kehidu
pannya sehari-hari. Jadi tiada alasan untuk memisahkan bayi dengan
matematika sa
mpai usia sekolah, mengingat keduanya sudah berintegrasi otomatis sejak
dini.
     
Walaupun sifatnya autodidak, berdasarkan pengideraan sehari-hari, namun
dasar-da
sar pengajaran matematika sudah diperolehnya, yakni yang berlangsung secara
alam
iah.
     
Warna iramanya perlu dikenali sebagai referensi. Kemudian dikembangkan
dengan me
mperkenalkan materi pengajaran yang kira-kira akan membuat si bayi merasakan
ada
nya sambungan memori.
     
Taroklah bayi sudah sering melihat benda berjumlah satu, dua, dan tiga.
Bukan be
rarti materi selanjutnya dengan lambang bilangan empat, karena akan bengong,
tet
api dengan memperlihatkan benda  yang jumlahnya empat, agar perbendaharaan
memor
inya semakin banyak.
     
Tanpa memperhitungkan irama, itu ibarat seorang guru TK yang menyanyikan
sejumla
h lagu, tetapi masing-masing hanya pada bait pertama, dengan alasan, bisa
dilanj
utkan di rumah.
     
Nah ... bagaimana pun setiap muridnya akan merasa kurang sreg atau belum
lengkap
. Perasaan kecewa seperti inilah membawa mereka malas mendengarkan, apalagi
meng
ikutinya.
     
PENUTUP
     
Akhirnya berpulang pada antusias mereka yang berkompeten untuk merintis
sampai m
engwujudkannya sebagai budaya pendidikan segmen matematika di kalangan bayi
baru
 lahir. Maka seyogyanya dipikirkan sejak dini.
     
     
     
>> Received via Mail system of Information System & Technology Group <<

>> Transferred via Mail system of Information System & Technology Group <<


Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com 
Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]










Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com 
Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]










Kirim email ke