Bagi yang udah pernah baca, just deleted it.




Subject: PEDULIKAH ANDA?



PEDULIKAH ANDA?

Anak-anak menangis itu hal biasa. Namanya juga anak-anak. Tapi,
bagaimana perasaan anda saat mendengar lengking angis anak tetangga
diantara omelan dan teriakan orang tuanya? Tentu itu bukan tangisan
sekedar merajuk memintabalon. Apa yang akan Anda lakukan?

Anak Korban Kekerasan
Dalam kasus kekerasan pada anak, posisi korban benar-benar tidak
berdaya. Dari segi fisik anak jelas tak dapat berbuat apa-apa menghadapi
manusia dewasa yang seolah seperti raksasa baginya. Bayangkan, apa yang
dapat dilakukan seorang anak berusia dua tahun ketika ayah tirinya
menghajar dan melemparnya ke tembok hanya karena ia buang air sampai dua
kali!
Secara psikologis anak tidak berani menceritakan apa yang dialaminya di
rumah pada orang lain. Biasanya anak hanya sanggup menangis atau
menjerit pada saat kejadian dan setelah itu kembali tenggelam dalam
dunia polos anak-anak. Ia sanggup menyimpan deritanya dalam lubuk hati
yang paling dalam.
Seperti halnya Andi. Bocah 5 tahun itu kerap menangis menjerit-jerit.
Ibu Iski, tetangga sebelah rumahnya, mendengar jelas tangisan Andi. Tapi
setiap kali ditanya, Andi hanya diam. Sesekali ia mnjawab, "Cuma
dicubit, kok. Habis Andi nakal. Gangguin ade..." Setelah itu ia kembali
asyik tertawa-tawabersama Irwan, anak Ibu Iski. Siapa nyana dibalik
keceriaannya Andi menyimpan bilur-bilur biru di sekujur tubuhnya. Pernah
suatu kali Andi keluar dengan mulut dan mata bengkak serta jalan
terpincang-pincang. Baru saja tangannya menjangkau pintu pagar rumah
Irwan, suara mamanya yang menggelegar membuatnya membalikkan badan. 
Ya, Andi memang sering menjadi sasaran kemarahan sang mama. Pengalaman
tidak menyenangkan yang ia rasakan ketika dipukuli atau dicubiti
membuatnya belajar untuk tidak menceritakan apa pun yang terjadi. Ia
tidak mau ambil resiko mamanya akan marah dan kembali memukulinya. Ia
sangat takut bahkan bisa jadi trauma. Karena itu Andi lebih suka
menyimpan dukanya daripada mendapat tambahan pukulan.
Ibu Iski terhenyak saat mendengar Andi digotong ke rumah sakit dalam
keadaan pingsan. Ia menyesal karena selama ini tidak berbuat apa-apa
untuk menolong Andi. "Kalau saja saya sedikit peduli, mungkin Andi tak
perlu berbaring di rumah sakit," katanya lirih.
Bagaimana dengan anda? Anak malang seperti Andi bisa jadi ada di sekitar
rumah anda. Atau bahkan di rumah anda. Sesuai fitrahnya sebagai anak, ia
takakan sanggup menolong dirinya. Ia cuma bisa menangis atau menjerit
kala menghadapi orang dewasa yang marah yang seolah ingin menelannya
bulat-bulat.Anda harus peduli dan menolongnya. Jangan terhanyut oleh
peran si kecil yangtricky dalam Home Alone atau Lost in New York.
Percayalah itu cuma ada dalam film. Dalam kenyatannya, anda harus
melakukan hal-hal di bawah ini:

Waspada!
Sejak pertama kali telinga anda mendengar tangis atau jerit anak yang
tidak biasa, segeralah waspada. Apalagi bila disertai suara-suara heboh
semisal bantingan barang, atau teriakan orang dewasa yang meluapkan
amarah. Perhatikan situasi di sekitar anda. Telitilah apa yang
menyebabkan anak 
menangis atau menjerit.
"Sejak saya tahu Pak Thomas suka menghukum anaknya dengan gesper di
kamar mandi, saya selalu waspada setiap mendengar anak-anaknya menangis.
Saya juga selalu mengawasi kalau anak saya kebetulan main di rumahnya,"
cerita Ibu Tati.

Segera Bertindak
Anda harus segera bertindak kala menjumpai kekerasan yang dilakukan
orang dewasa pada anak-anak. "Saya kaget sekali ketika tiba-tiba kakak
saya menjerit keras lalu memukuli pantat anaknya yang sedang disusuinya.
Rupanya keponakan saya itu menggigit putting ibunya. Refleks saya rebut
si bayi yang menangis keras dari pangkuan kakak saya. Saya heran, kok
bisa ya, seorang ibu memukuli bayinya seperti itu...," cerita Asri yang
sempat meneriaki 'gila' pada sang kakak.
Bisa jadi, pada saat itu memang sang kakak jadi 'gila' karena rasa sakit
yang dideritanya. Nah, anda harus waspada menjumpai hal-hal semacam ini.
Bila perilaku orang tua sudah menjurus pada tindak kekerasan, selamatkan
sang anak. Anak harus dilindungi dari kekeraan yang menimpanya, setelah
itu baru selesaikan urusan.

Mengajak Bicara
Kasus kekerasan pada anak tidak cukup diselesaikan dengan sikap
mengkasihani si anak. Anak harus ditolong. Jangan diam saja tatkala ada
perilaku orang tua atau orang dewasa lain yang menjurus pada tindak
kekerasan. Sementara orang berpendapat, konflik orang tua dan anak
adalah hal biasa yang berada di wilayah pribadi. Kita tak berhak
mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Pendapat ini betul bila tidak
ada bahaya bagi si anak. Bila kondisinya berbeda, anda harus bicara.
Bicaralah dengan halus pada orangtuanya. Ajaklah bertukar pikiran
tentang pendidikan anak. Berikan buku-buku atau majalah yang membuka
wawasannya.

Musyawarah
Setelah anda tidak berhasil mengubah perilakunya, jangan sungkan untuk
mengangkat persoalan ini pada tingkat yang lebih luas. Anda dapat
membicarakannya pada forum RT/RW untuk meminta bantuan penyelesaian.
Sikap ini selain bertujuan menyelamatkan anak juga berguna untuk
mensosialisasikankepedulian tetangga lain akan nasib anak-anak di
lingkungan.

Laporkan
Untuk tindak kekerasan yang sudah tidak dapat ditolerir semisal
menyebabkan anak dirawat, anak celaka, terancam jiwanya, perkosaan dan
sebagainya, anda tidak lagi boleh kompromi. Segera laporkan kasus
tersebut pada aparat kepolisian. Tindakan kekerasan termasuk tindak
penganiayaan adalah delik hukum yang tidak mengenal kekerabatan dan
harus diselesaikan lewat jalur hukum.
"Sebaiknya segera melepaskan hal tersebut kepada aparat terdekat seperti
ketua RT, Satpam atau pihak kepolisian apabila usaha intervensi langsung
kepada orang tua yang bersangkutan tidak membuahkan hasil," kata Seto
Mulyadi, ketua Komnas Anak yang memang telah lama berkecimpung dalam
dunia anak.
Melaporkan adalah tindakan yang penting. Tanpa adanya delik aduan akan
sulituntuk menyelenggarakan proses peradilan pidana dan dapat
menimbulkan dark figures of child abuse.

Membantu Sang Anak
Bantulah anak mengatasi beban psikologis, semisal trauma, akibat tindak
kekerasan yang terjadi pada dirinya. Perlakukan anak korban kekerasan
dengancara yang tepat. Mereka bukan butuh dikasihani tapi butuh
pertolongan. Ajaklah bicara dari hati ke hati, berikan kehangatan dan
rasa aman yang mungkin telah tercerabut dari hatinya. Bila perlu
mintalah bantuan psikolog.Penanganan kondisi psikis harus dilakukan
dengan hati-hati hingga tidak menimbulkan masalah lain di masa depannya.
Buatlah sang anak merasa nyaman hingga bisa memahami bahwa kejadian yang
menimpanya adalah suatu musibah yang membutuhkan
kesabaran dalam menghadapinya. Jangan sampai ia menyimpan dendam dalam
hatinya. Kondisi fisik anak juga perlu diperhatikan. Ungsikan atau
jauhkan anak dari tempat kejadian sampai keadaan memungkinkan. Rawatlah
luka fisiknya dengan baik. Setelah lebih dari 15 tahun, kasus semisal
Arie Hanggara masih saja muncul di sekitar kita. Salah satunya
disebabkan kita kurang peduli. 
Masihkah kita ingin menambah panjang daftar anak korban kekerasan karena
menganggap hal itu bukan urusan kita? 

Kirim email ke