Menindak  lanjuti keterangan saya mengenai PPA/Phenyl PropanolAmine, bersama ini
saya  informasikan bahwa Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen
POM),  Departemen  Kesehatan  dan  Kesejahteraan  Sosial  sampai  saat ini masih
mengizinkan peredaran obat yang mengandung Phenyl Propanol Amine (PPA).
     Selama  ini  di  Indonesia,  PPA  dinilai hanya digunakan dalam dosis kecil
didalam   komposisi  obat  flue  sebagai  nasal  dekongestan  (melegakan  hidung
tersumbat)  sedangkan  di  Australia  dan  Inggris  dosis  maksimal  yang  masih
diperbolehkan adalah 100 mg per hari, di Amerika 150 mg per hari. Dosis maksimal
per  hari  yang  diizinkan di Indonesia jauh lebih kecil dari negara-negara itu,
yaitu  75  mg  untuk orang dewasa dan 37,5 mg untuk anak (6-12 tahun).  Artinya,
dosis  setiap  takaran  (tablet  atau  sendok obat) hanya 10-25 mg.  Selain itu,
penggunaan  untuk  anak  di  bawah  enam tahun tidak dianjurkan. Walaupun begitu
untuk  melindungi  masyarakat  dari kemungkinan efek samping PPA, akan dilakukan
public warning.
     Menurut Dirjen POM Sampurno, produk obat yang mengandung PPA biasanya telah
mencantumkan  peringatan  bahwa  penggunaannya  tidak  boleh melebihi dosis yang
dianjurkan  dan harus dihentikan apabila muncul gejala jantung berdebar, pusing,
atau sulit tidur.
     Obat ini tidak boleh digunakan pada penderita yang hipersensitif, penderita
dengan   gangguan   fungsi   hati  yang  berat,  hipertensi,  gangguan  jantung,
hipertyroid  dan pasien yang sedang diterapi dengan antidepresan tipe penghambat
monoamin  oksidase  (MAO).  Selain  itu PPA bisa memperburuk keadaan pada pasien
dengan diabetes, glaukoma dan hipetrofi prostat.
     Sekarang  ini  pemerintah  akan menambah aktivitas kegiatan monitoring efek
samping  obat  (MESO)  yang mengandung PPA, serta melakukan kaji ulang formulasi
PPA  dalam  obat  flu  dan  obat  batuk  terhadap  dosis  dan  atau  kemungkinan
penggantiannya.   Hal  itu  akan  dibahas  dalam  rapat  Komisi Nasional Panitia
Penilai Obat Jadi (Komnas PPOJ) 5 Desember 2000.
     Jika  obat  ini  digunakan  sesuai  aturan  pakai, efek samping yang timbul
umumnya  ringan  dan  bersifat  sementara.   Misalnya  mengantuk,  sakit kepala,
kemerahan pada kulit, mual atau muntah.
     Alternatif  obat flu dan batuk yang tidak mengandung PPA adalah obat-obatan
yang  hanya  mengandung  zat  penurun  panas, antihistamin, pengencer dahak, dan
penekan batuk.
     Namun,  tindakan terbaik untuk mengatasi flu adalah beristirahat dua sampai
tiga  hari  dan  mengurangi kegiatan fisik berlebihan.  Selain itu, meningkatkan
gizi  makanan  dengan  kalori  dan  protein tinggi juga akan menambah daya tahan
tubuh.  Demikian juga buah segar yang mengandung banyak vitamin.
     Banyak  minum  air,  teh,  atau  sari  buah, akan mengurangi rasa kering di
tenggorokan,   mengencerkan   dahak,   dan  membantu  menurunkan  demam.   Untuk
mengurangi rasa nyeri di tenggorokan, dianjurkan berkumur air garam.

                               ------SEKIAN------

******* End *******


>>>> 2.5 Mbps InternetShop >> InternetZone << Margonda Raya 340 <<<<
>> Cake, parcel lebaran & bunga2 Natal? Klik, http://www.indokado.com
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
















Kirim email ke