FYI


>  -----Original Message-----
> 
> Selasa, 23 Januari 2001
> Kontroversi Vaksin MMR dan Autisme
> 
> Mencegah lebih baik daripada mengobati. Agaknya ini pula yang mendasari
> para ahli kesehatan untuk melakukan vaksinasi ketika manusia -- sebagai
> bayi yang mungil -- baru saja lahir ke dunia.
> 
> Tak heran bila beberapa hari setelah persalinan, ibu sang bayi --bila
> melahirkan di rumah sakit, atau rumah bersalin -- langsung disodori kartu
> menuju sehat. Di dalamnya tertera sederet vaksin yang harus diberikan
> kepada sang bayi, lengkap dengan jadwal pemberiannya, seperti vaksin BCG,
> Hepatitis B, DPT, MMR, HIB, Tifa, dan Polio.
> Sejauh ini memang tidak pernah terdengar ada keluhan terhadap
> vaksin-vaksin tersebut. Para orang tua rata-rata cuek. Para ahli kesehatan
> pun --khususnya di Indonesia-- tak pernah mempermasahkan keamanan
> vaksin-vaksin itu.
> 
> Salah satu prinsip vaksinasi adalah memasukkan mikroorganisme yang sudah
> dilemahkan ke dalam tubuh, agar tubuh membentuk kekebalan terhadap
> mikroorganisme tersebut yang masih ganas. Suatu hal yang bukan tidak
> mungkin terjadi jika mikroorganisme itu malah mengganggu proses
> metabolisme tubuh.
> 
> Dan, inilah yang dicurigai terjadi pada vaksin MMR (measles, mumps, and
> rubella). Vaksin ini spesifik untuk penyakit cacar air, gondongan, dan
> cacar jerman. Profesor Dr Andrew Wakefield, seorang konsultan
> gastroenterologis pada Rumah Sakit Free Royal di London, menyatakan vaksin
> MMR dapat menyebabkan autisme pada anak.
> 
> Autisme adalah penyakit gangguan sosial. Anak tidak responsif terhadap
> lingkungan sekitarnya, bahkan terhadap ibunya sendiri. Gejalanya sudah
> tampak sebelum anak berusia tiga tahun.
> 
> Klaim Profesor Wakefield itu didasarkan atas kasus 170 anak yang datang ke
> kliniknya. Anak-anak tersebut mengalami sindrom autisme dan penyakit usus,
> setelah mereka diinjeksi dengan vaksin 'three in one' MMR.
> Prof Wakefield dalam wawancara eksklusif dengan The Telegraph akhir pekan
> lalu mengatakan, "Pekan lalu di klinik kami melihat sembilan atau 10 anak
> baru, dengan cerita yang sama. Mereka dikirimkan oleh ahli anak dari
> seluruh negeri dengan mengatakan anak ini awalnya berkembang secara
> normal. Tapi setelah divaksinasi MMR, sekarang autis."
> 
> Kesimpulan Wakefield itu diperkuat dengan data yang ada pada kebanyakan
> orang tua mereka. Menurutnya, para orang tua yang anaknya mengalami
> autisme memiliki dokumen perkembangan fisik dan mentalnya, yang
> menunjukkan penurunan setelah vaksinasi MMR berlangsung.
> 
> Atas dasar itulah ia sempat mengatakan bahwa pejabat yang menyatakan MMR
> aman sebagai hal yang memalukan. "Ketika teman menganjurkan anak-anak
> harus diimunisasi MMR, saya jawab tidak."
> Perhatian profesor ini terhadap MMR telah dilakukannya sejak 1998, saat
> kasus ini 'meledak'. Ketika itu ia menemukan 12 kasus serupa. Dan mulailah
> perdebatan tentang bahaya MMR mengemuka.
> 
> Departemen Kesehatan Inggris termasuk yang menentang pendapat Wakefield.
> Departemen itu menjamin bahwa MMR aman. Pernyataan itu misalnya datang
> dari Dr David Salisbury, kepala program imunisasi pemerintah, pada bulan
> ini.
> 
> "Departemen mengatakan bahwa keamanan MMR telah terbukti. Argumen itu tak
> dapat dipertahankan. Itu tidak dapat dibenarkan oleh ilmu pengetahuan. Itu
> tidak hanya pendapat saya tapi ditambahkan pula oleh ahli kesehatan dan
> masyarakat," kata Wakefield.
> 
> Ia mengatakan, "Berbagai uji telah menunjukkan waktu dan waktu lagi bahwa
> kita sedang menghadapi fenomena baru. Departemen kesehatan berpendirian
> bahwa MMR telah terbukti aman melalui studi, setelah studi, setelah studi
> yang tidak pernah berakhir. Terus terang, itu penilaian tidak jujur dan
> menurunkan derajat ilmu pengetahuan pada level terendah."
> 
> Wakefield sadar tindakannya berbicara secara blak-blakan sekarang akan
> membuat marah pejabat kesehatan setempat dan menambah dilema orang tua
> tentang perlu tidaknya vaksinasi MMR bagi anaknya. Bisa jadi orang tua
> akan shock. Namun, risiko itu diambilnya. Alasannya, berbagai bukti tak
> dapat ditolak.
> 
> Di Inggris sendiri jumlah dokter dan perawat yang khawatir terhadap risiko
> vaksinasi MMR meningkat pada bulan lalu. Muncul berbagai tekanan untuk
> memisahkan pemberian vaksinasi MMR secara terpisah. Tidak 'three in one'
> tapi satu per satu, dalam jangka waktu tiga tahun. Selain itu, ada tekanan
> kepada pemerintah untuk menetapkan kebijakan vaksinasi baru.
> 
> Vaksin MMR yang mengandung virus cacar air, gondongan, dan rubella hidup
> ini telah diberikan kepada jutaan anak di Inggris sejak diintroduksi pada
> 1998. Tapi, kemudian jumlah itu turun sejak Dr Wakefield mengungkapkan
> temuannya.
> 
> Sepuluh hari yang lalu kepala kesehatan setempat memperingatkan para orang
> tua bahwa Inggris dapat menghadapi wabah cacar air, kecuali kalau banyak
> anak-anak mereka telah divaksinasi dengan MMR. Terhadap peringatan itu
> Profesor Wakefield mengatakan, "Bagaimanapun, jika wabah meledak ini
> menunjukkan sebuah kegagalan dari departemen kesehatan, di mana mereka
> 'gagal menghadapi isu-isu keselamatan'."
> 
> Kini dokter itu dan kolega-koleganya sedang menguji hipotesis bahwa virus
> measles (cacar air) dari vaksin dapat menjadi rumah sementara dalam usus
> pada anak yang rentan, membahayakan bagi usus dan mengakibatkan autisme,
> serta virus mumps (gondongan) berkembang lebih dari yang diramalkan.
> 
> Bagaimana di Indonesia? Dr Rudy Sutadi SpA, spesialis anak RS Medical
> Center, Jakarta, mengatakan, "Dari pengakuan orang tua yang berobat ke
> tempat saya atau orang tua yang mengoborol dengan saya, memang ada
> beberapa orang tua yang mengakui setelah anaknya diberi vaksin MMR, mental
> si anak menurun secara perlahan-lahan, misalnya kontak mata anak mereka
> mulai menurun perlahan-lahan," ungkapnya.
> 
> Namun demikian, menurut Rudy, tidak semua anak yang diberi vaksin MMR akan
> menjadi autisme. Semuanya, lanjutnya, tergantung pada si anak. "Ada anak
> yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita autisme, dan ada yang tidak,"
> katanya.
> 
> Biasanya anak yang berisiko tinggi autisme, jelas Rudy, adalah kalau ada
> saudaranya atau orang tuanya juga menderita autisme, menderita retardasi
> mental. "Karena itu, anak yang mempunyai risiko tinggi untuk autisme
> sebaiknya ditunda dulu vaksinasi MMR. Setelah tiga tahun didiagnosis tidak
> terjadi perubahan perilaku baru dilakukan MMR," katanya.
> 
> Rudy mengatakan harus disadari pula bahwa apabila tidak diberikan
> vaksinasi MMR terhadap anak, kemungkinan terjadi wabah.
> 
> Terlepas dari apakah ada atau tidak hubungannya antara autisme dan
> vaksinasi MMR, Rudy mengakui kasus anak penderita autisme di Indonesia
> dari tahun ke tahun memang meningkat. Menurut dia, MMR ini biasanya
> diberikan ketika anak berusia 1,5 tahun.
> 
> Peningkatan itu, menurut Rudy, berhubungan dengan dua persoalan. Pertama,
> adanya informasi yang sampai tentang autisme kepada profesi, sahabat,
> tetangga, dll sehingga meningkatkan kasadaran/kewaspadaan masyarakat.
> 
> Kedua, angka kejadian anak autisme dari kepustakaan memang meningkat. Dulu
> angka kejadian autisme 2-10 per 10 ribu kelahiran, sedangkan dari
> konferensi dunia tentang autisme tahun 2000 adalah 1:250, jelasnya.
> 
> Menurut Rudy, para ahli memang sekarang sedang melakukan penelitian untuk
> mencari sidik jari apakah benar vaksin MMR itu yang menyebabkan autisme
> dan penyakit saluran pencernaan akut. "Hal itu sedang diteliti terus,
> kalau benar, memang hal itu tidak bisa disangkal lagi." ian/nri
> 
> Sumber : Republika
> 

>> http://www.indokado.com -> kirim cake & bunga ke 20 kota di Indonesia
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

















Kirim email ke